Tak terasa tiap tahun tiap tanggal 2 Mei kita menyambut Hari Pendidikan Nasional. Agenda Hari Pendidikan Nasional tahun 2018 mengangkat tema "Menguatkan Pendidikan, Meamjaukan Kebudayaan". Sub temanya: "Membumikan Pendidikan Tinggi, Meninggikan Kualitas Sumber Daya Manusia".
Secara formal, baik dari tingkat pusat, daerah maupun yang berada di luar negeri, mereka akan mengadakan upacara bendera , sambutan dari Pihak Kementrian Pendidikan Kebudayaan , doa dan diakhiri dengan nyanyian Nasional Indonesia Raya, dan Nyanyian bertemakan Pendidikan.
Jika dilihat dari sub tema maupun tema dari Hari Pendidikan Nasional 2018 kali ini, ternyata penekanan dari arah pendidikan tinggi jadi fokus utama dalam rangka menyongsong industri 4.01.
Saya sudah sempat membaca duluan sambutan dari Bapak Mohammad Nasir selaku Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Inti dari sambutan Menristek adalah harus ada terobosan dari perguruan tinggi untuk menghadapi tantangan dari Revolusi Industri 4.0
Relevansi dari pendidikan tinggi diangkat jadi fokus untuk revolusi indostri 4.01 karena secara global Indonesia tidak bisa terhindar dari revolusi yang mementingkan dunia digital sebagai bagian dari kehidupan terutama dalam bidang industri.
Saat ini lulusan dari perguruan tinggi berlum berperan secara maximal karena angka partisipasinya pasar (APK) hanya 31.5% . Jika pembelajaran di perguruan tinggi dilakukan secara konvesional, maka peningkatan hanya 0,50% saja. Untuk bisa menembus sampai ke angka APK meningkat melesat 40% pada tahun 2022 ,perlu adanya terobosan baru dan inovatif sehingga lulusanperguruan tinggi dapat dikategorikan sebagai penunjang atau mitra dari industri .
Sekarang ini fungsi perguruan tinggi hanya sekedar dari pelengkap dari industri. Sisi lemah dari perguruan tinggi seperti tidak adanya revolusi maupun perubahan dalam kurikulum. Kuriklum perguruan tinggi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0 yang sudah datang.
Untuk itu Kementrian Pendidikan Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi sedang menggodok suatu terobosan dengan kebijakan DIKTI yang menggagas kebutuhan di era teknologi dengan Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Nantinya akan ada penjabaran bagaimana pelaksanaan dari PJJ ini dalam PermenRistekdikbud.
Dalam mendukung program PJJ ini akan dibangun sebuah universitas SIBR (Cyber University) dengan cara komunikasi yang sangat modern antara mahasiswa/i dengan pengajar/doesn dengan cara face to face, online, blended.
Selain ini adanya perbaikan mutu dengan mengadakan kerja sama dengan mitra universitas di luar negeri. Kerja sama ini dibangun untuk mendapatkan wawasan dan pengetahun terbaru dari dosen yang datang dari luar negeri.