Sebuah desa bernama Ngawenombo, Kecamatan Kunduran,Kabupaten Blora, Jawa Tengah telah bertransformasi. Dulunya warga desa itu hidup dalam kemiskinan, tanahnya kering, terpencil dan kesehatannya pun kurang baik karena kurang gizi.
Namun, sekarang telah berubah total karena penemuan tanaman yang disebut dengan kelor. Kelor yang membawa perubahan ekonomi maupun kesehatan bagi warga Desa Ngawenombo itu memang sangat berpengaruh sekali dalam kehidupan warga desa itu.
Hampir semua warga desa Ngawenomobo Blora menanam daun kelor di tanam di tepi jalan depan rumahnya. Walaupun mereka tak punya tanah luas, tapi halaman seluas hanya l/2 meter cukup mampu untuk mengolar daun kelor.
Saya pun hampir tak percaya bahwa magnit dari tanaman kelor itu sehebat apa sehingga dapat berdampak luar biasa mengubah kesehatan dan ekonomi warga. Ketika saya membaca di sebuah media yang memuat asal usul daun kelor yang bernama aslinya Moringa Oleifera sering disebut dengan Miracle Tree. Tinggi batangnya sekitar 7 sampai 11 meter, bunga berwarna putih kekuning-kuningan dan mengeluarkan aroma bau yang sermerbak, memiliki buah bentuknay segitiga memanjang dan digunakan untuk memasak.
Penelitian tanaman kelor , baik daun, kulit batang, buah dan bijinya ternyata telah diketahui sejak tahun 1980 di negara Somalia, Etiophian dan Sudan. Dipercaya sangat bermanfaat bagi kesehatan, dan mereka memasak dan memperjual belikan.
Kembali kepada desa Ngawenombo, hampir sebagian besar warganya itu adalah petani yang mengandalkan pertanian palawija, jagung, singkong dan kedelai. Mereka hidup secara pas-pasan, mereka tak punya jaringan irigasi untuk sawah yang hanya kecil saja.
Desa ini ternyata jauh dari perkotaan , terpencil dan tidak terhubung dengan jalan aspla. Hanya ada jalan tanah sepanjang 2,5 kilometer. Penghasilannya sangat rendah, hanya Rp.1 juta setahun. Dengan penghasilan rendah itu mereka itu tak bisa membeli makanan yang mengandung nutrisi. Akibatnya kesehatan mereka sangat rentan. Warga sering sakit, dan mereka hanya mengobati dengan obat tradisional . Warga tidak bisa mengakses Puskemas karena Desa mereka sangat jauh dari Puskesemas.
Perubahan terjadi:
Tanpa disangka, ada seorang bernama Ai Dudi Krisnadi dan Moringa Organik Indonesia memperkenalkan daun kelor kepada mereka. Mereka diajari bagaimana menanam, mengolah makanan berbahan dasar daun kelor. Hasilnya setelah hampir 2 tahun pohon kelor itu jadi basis makanan sehari-hari mereka dan daun kelor itu meningkatkan kesehatan mereka.
Tidak sia-sia apa yang diperkenalkan oleh MOI yang merupakan penggagas rumah konservasi di Nusa Tenggar Timur. Dudi mengenal MOI dan akhirnya dengan semangat mereka menyosialisaikan kepada masyarakat Desa Ngawenombo untuk bertanam dan sekaligus memasaknya untuk nutrisi bagi mereka .
Rupanya kepopuleran daun kelor di desa bukan hanya didengar oleh masyarakat sekitar itu, tapi sudah banyak orang-orang dari luar negeri seperti Jerman,Israel, Haiti, Malaysia, Jerman, Kanada ,Amerika Serikat, Belgia dan Austria.