Sebenarnya apa sich anak generasi millnial. Definisi yang mudah digambarkan untuk generasi anak millennial adalah anak yang lahirnya antara tahun 1981-1994 (beberapa yang lain menyebut hingga sebelum tahun 2000). Mereka aktif baik sebagai konsumen maupun produsen dengan menggnunakan gadget sebagai media utama.
Namun, kali ini saya tidak ingin membicara generasi milineal dari kegiatannya atau keaktifannya . Yang ingin saya bicarakan tentang bagaimana orang tua belajar memahami generasi millineal . Jurang batas umur antara orang tua dan anak millineal cukup jauh. Apalagi bagi orang tua yang jarak umurnya dengan anaknya yang terkecil atau orang tua yang baru memiliki anak saat umurnya sudah cukup senior katakan umur 40 tahun baru mendapatkan anak, maka ada generaton gap antara orang tua dengan anak yang disebut dengan generasi millienal.
Gap generation antar orang tua dengan anak millenial adalah
1.Cara berpikir:
Mereka berpikir secara pragmatis dan praktis dan serba cepat. Apa yang dilihat itu dipahami sebagai yang benar. Awalnya, ingin bekerja di suatu kantor yang nyaman dan sesuai dengan passionnya. Begitu masuk kerja beberapa bulan dan merasa bahwa pekerjaan itu tak lagi sesuai dengan passionnya, bahkan merasa tidak ada masa depan di kantor itu, cepat-cepat memutuskan untuk ke luar dari pekerjaan.
Orang tua yang punya pengalaman dari masa mudanya, selalu memberikan nasehat kepada anaknya agar tidak cepat memutuskan sesuatu tanpa berpikir panjang dulu. Memberikan nasehat agar mendapatkan pekerjaan baru dulu baru ke luar dari pekerjaan yang lama.
Kenyataaannya anak millenial tidak menggubrisnya nasehat atau pemikiran orang tua. Mereka beranggapan cara berpikir itu di atas kuno dan tidak lagi sejalan dengan kondisi saat ini yang sudah berubah dari zaman dulu.
2. Kesenangan vs kenyamanan
Usia dari generasi millennial yang memasuki dunia kerja menganggap bahwa bekerja itu harus sesuai dengan kesenangan. Bekerja itu punya waktu yang bebas dan flexible. Misalnya bekerja sebagai partimer atau sebagai freelancer. Bagi generasi millenial, waktu bekerja ditentukan oleh dirinya bukan dari perusahaan atau owner dari perusahaan . Kebebasan waktu dan ide jadi satu hal yang membuat mereka merasa jadi generasi "millenial " tulen.
Sementara orang tua merasakan sedihnya dan tidak nyaman menghadapi generasi millenial yang dianggap tak punya punya masa depan yang cerah karena tidak adanya kemapanan atau ketidak teraturan bekerja sebagai free lancer atau sebagai partimer.
3. Ketergantungan kepada teknologi vs keimanan