Seorang mantan pemusik Jalanan, Andi Malewa, yang pernah mengalami bagaimana pahitnya mencari nafkah dengan mengamen dari suatu bus kota ke bus kota yang lainnya, penuh lika liku dikejar oleh petugas penertiban. Bahkan harus main petak umpat dengan petugas.
Namun, dia tak berhenti menyerah meskipun perjalanan hidupnya yang sangat penuh lika liku menjadi pemusik jalanan atau disebut pengamen. Dia berhasil membangun Institut Musik Jalanan. Lokasinya Jalan Baru Kp. Lio, RT 06 / RW 03, Pancoran Mas, Depok, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16431.
Dalam talk show dengan Metro TV di hari Selasa 29 Maret 2017, dia mengutarakan alasan utamanya adalah sederhana saja banyak pengamen jalanan yang punya bakat untuk main musik tetapi tidak memiliki kesempatan untuk bermain music di tempat yang permanen dan tempat terhormat seperti kafe, hotel.
Insitute Musik Jalanan menjembatani para pengamen untuk mengembangkan pendidikan musiknya menjadi lebih professional dengan adanya beberapa tenaga pengajar musikus kondang yang mau mengorbankan waktu tanpa dibayar untuk mengajar di sana.
Lebih lanjut Andi mengatakan bahwa dengan adanya penertiban dari Pemda yang melarang pemusik jalanan masuk angkot , bus, kereta api maka mereka kehilangan pekerjaan dan nafkah hidup sehari-harinya. Penertibank itu seolah menjadi momok bagi pemusik jalanan. Padahal mereka perlu hidup. Itulah sebabnya Andi tergerak hatinya untuk menampung mereka yang memang punya bakat dasar untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan bermusiknya. Setelah mereka mempunyai ketrampilan , mereka pun akan mendapatkan sebuah pengakuan sertifikat berupa Kartu Super Card. Upaya keras Institut Musik Jalanan (IMJ) dalam menerbitkan Kartu Bebas Ngamen agar musisi jalanan mendapatkan ruang berekspresi yang direkomendasikan secara resmi akhirnya membuahkan hasil.
Ada Kartu Bebas Pengamen sejenis dengan Kartu Super Card yang dikeluarkan atau diluncurkan dan diluncurkan oleh pemerintah Bandung pada tahun 2014 berfungsi sebagai pengakuan dari Pemerintah untuk pengamen yang telah berhasil mencapai ketrampilan tertentu dan mereka diperbolehkan untuk mencari pekerjaan di hotel, restoran dan café-café.
Sayangnya, ternyata Kartu Bebas Pengamen ini terhenti dan tidak diberlakukan lagi atau tidak optimal penggunaannya. Akibatnya pengamen terpaksa mencari kembali tempat yang layak untuk bisa mencari nafkah dengan mengamen. Mengaitkan kartu dengan kualitas dari performance mereka memang sangat penting, tetapi ketika tidak ada jaminan keberlangsungan dari peraturan itu, membuat nasib mereka terkatung-katung.
Tetapi M. Idris dari birokrat Depok mengatakan bahwa ada dilema dalam penertiban pengamen di kota Depok Di satu sisi, tugas birokrat pemerintahan Bekasi adalah untuk menertibkan keamanan dan lingkungan sehingga menjadi lebih baik lagi. Namun, di sisi lain, mereka juga melihat jika para pengamen itu ditertibkan dengan mengusir mereka untuk tidak mengamen di bus kota, artinya mereka mematikan nafkah hidup dari pengamen tanpa memberikan solusi tepat.
Oleh karena itu , birokrat Depok itu mengadakan sosialisasi bahwa pengamen itu perlu mendapatkan ketrampilan dasar dan lanjut di Insitut Musik Jalanan . Dengan adanya sosialisasi dan pendampingan, para pengamen itu telah mengakomodasikan anak-anak atau remaja pengamen musik untuk mengembangkan ketrampilannya . Pada saat mereka selesai belajar, mereka mendapatkan pekerjaan di tempat-tempat yang terhormat seperti hotel, café, restoran. Otomatis martabat mereka pun menjadi naik.
Namun, ada respon yang tidak baik ketika semua pengamen mengetahui bahwa pemerintah kota Depok mempunyai program pendampingan itu, mereka semua beramai-ramai baik itu yang punya ketrampilan atau tidak, datang berbondong-bondong ke Depok. Mereka minta pendampingan. Tentunya hal ini sangat menyulitkan karena pemerintah Depok memprioritaskan untuk pengamen yang lokasinya berada di Bekasi. Oleh karena itu Pemerintah Depok pun mengharapkan agar pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Pendidikan turun tangan untuk membantu memberikan pendidikan di setiap lokasi tempat pengamen berada.
Sementara itu, Syaful Anwar yang pernah bergabung dalam Institute Musik Jalanan dan penerima Super Card mengatakan bahwa belajar musik di Instistut Musik Jalanan itu sangat menyenangkan karena kreativitas pengajar pun memperhatikan satu persatu bakat dari setiap pengamen yang tidak sama.