Menanam tanaman tanpa lahan seperti hidroponik atau microgreen sangat ideal bagi rumah kami. Rumah kami tak punya lahan atau kebun. Untuk itu kami punya ide sejak lama untuk menanam sayuran dengan hidroponik untuk mencobanya. Sayangnya ide kami belum juga teralisir. Berbagai macam alasan, sibuk, repot mengurus tanaman, dan belum waktunya menanam
Namun, beberapa hari sebegitu seringnya saya mengeluh kepada suami kenapa kualitas sayuran sekarang ini kurang baik mutunya, tidak segar, dan banyak bintik dan bolong-bolong daunnya. Bukan soal ketidak segaran saja, tetapi menakutkan karena tanda-tanda adanya penyemperotan fertilizer di daun membuat saya makin penasaran kenapa tidak mencoba membuat tanaman sayuran sendiri.
Minggu yang lalu, tepatnya 29 Mei , pulang dari suatu tempat dimana saya pergi sendirian tanpa suami, saya kaget mendapatkan suatu alat berupa pipa-pipa sudah dipasang di lahan belakang yang tak punya tanah sama sekali.
Ternyata alat pipa itu adalah tempat pengisian air . Air itu berasal dari tempat khusus (box) yang isinya air dengan nutrisi tanaman (nutrisi ini dibeli langsung dari trubus). Kami mengikuti jumlah takaran air dan jumlah nutrisi yang dipergunakan. Digunakan listrik untuk mengalirkan air dari tempat air ke pipa-pipa.
Air itu sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.
Air itu mengalir ke pipa-pipa dimana kami menempatkan media tanaman. Media tanaman pun sangat sederhana. Terbuat dari gabus. Gabus yang cukup disesuaikan dengan pot kecil. Masukan bibit dalam jumlah yang cukup saja.
Dalam satu minggu bibit itu sudah tumbuh menjadi tanaman kecil. Tanpa perlu disiram. Tumbuhan sayuran diharapkan akan membesar dalam dua mingu kedepan. Nach, ngga sulit dong menanam tanpa lahan.
Ada cara lain untuk menanam tanpa lahan yaitu microgreen:
Keterbatasan lahan menjadi momok bagi manusia di masa mendatang. Telah dilansir oleh McKinsey Global Institute bahwa pada tahun 20130 sekitar 7 dari 10 penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. Jumlah penduduk bertambah, namun jumlah lahan tidak bertambah.
Artinya makin sempit lahan, maka produktivitas tanaman akan berkurang. Pangan akan sulit dan mahal. Apakah harus mengimpor untuk mengatasi problem semacam ini.
Lebih tidak mengimpor, tetapi menyiasati dengan mengubah konsep mengonsumi makanan dari tanaman tanpa lahan dari rumah sendiri.