Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Jalan Berliku Temukan Bahagia di Rumah

Diperbarui: 27 Maret 2016   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahagia di rumah bukan kemewahan waktu yang diperoleh

Bahagia di rumah bukan  kebebasan hidup melakukan apa yang diinginkan

Bahagia di rumah memaksimalkan waktu melayani orang-orang yang dicintai dan melakukan passion yang membahagiakan

[caption caption="Jalan Berliku Temukan Bahagia Di Rumah"][/caption]Hampir 25 tahun Aku membagi waktu baik di kantor maupun di rumah. Sebagian besar waktu dihabiskan di kantor. Bayangkan  pukul 5 pagi harus menyiapkan diri untuk keperluan anak sekolah maupun sarapan paginya.  Kesibukan pagi masih dilanjutkan dengan berangkat ke kantor pada pukul 6.00 pagi.  Hampir sepanjang hari sampaimenjelang malam waktu dihabiskan di kantor.  Aku baru sampai di rumah sekitar pukul 19.00 – 19.30.  Lelah , penat, stres karena mengalami macetnya  jalanan dari kantor sampai ke rumah.

Bayangkan ini terjadi hampir setiap hari selama 25 tahun dan aku hanya bisa menikmati kehidupan yang tenang tanpa stres ketika aku cuti dari kantor. Cuti dari pekerjaan yang  kadang-kadang menumpuk dan menggerus tenaga yang cukup besar. Apalagi ditambah dengan kemacetan lalu lintas pagi dan sore hari.

Waktu berlangsung begitu cepatnya berlalu, tiba waktunya aku harus pensiun.   Saat pensiun tiba, aku merasakan kesedihan yang luar biasa.  Kenapa? Aku kehilangan teman kerja, suasana kerja selama hampir 25 tahun,  aktualisasi diriku karena belajar hal-hal yang baru dalam setiap pekerjaan. 

Suasana baru, ketika aku harus di rumah.  Awalnya, seminggu di rumah masih merasa senang karena menanggap seperti cuti biasa. Namun, begitu memasuki minggu kedua, dan ketiga, kegelisahan pun mulai timbul. Yang biasa bekerja dari pagi sampai malam, waktu begitu cepat berlangsung, sekarang tiba-tiba begitu lama sekali karena tidak memiliki kegiatan yang kusukai.

Aku belum bisa menikmati kehidupan dan merasa bosan tinggal di rumah.   Menjelang bulan kedua, aku dikejutkan oleh pembantu rumah tangga yang tiba-tiba sakit keras. Minta pulang ke kampung.  Aku kembali merasa kehilangan karena pembantuku ini andalanku dalam soal masak memasak.

Tak mudah menyesuaikan kebiasaan yang dulunya enak karena ada yang memasak , membersihkan rumah tanggaku. Ternyata dalam prosesnya, tak mudah mencari penggantinya. Akhirnya, aku hanya mempunyai asisten rumah tangga yang hanya membantu dalam waktu 2 jam yaitu untuk membersihkan rumah, mencuci pakaian dan menyetrikanya.Aku harus menyiapkan makanan untuk suami karena kebetulan anakku sekolah di luar kota.

Kehidupanku berubah total, pagi menjelang subuh, aku bangun. Menyiapkan diri untuk senam di suatu taman bersama teman-teman teraku. Senam dimulai pukul 6 – 6.15 dan berakhir pukul 7.00 – 7.15. Selesai senam, aku pergi ke pasar untuk membeli sayur, buah-buahan, daging, ayam untuk masakan yang akan kubuat.   Dari pasar, aku pulang ke rumah.  Sambil sarapan pagi aku masih menyempatkan diri untuk melihat koran, berita tv .

Menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak di dapur. Bayangkan dulu aku tak bisa memasak, tapi setelah mencoba beberapa kali mempraktekkan dan berusaha keras untuk mencoba resep baru, akhirnya aku berhasil juga menghidangkan masakan yang disukai oleh suamiku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline