Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Hedonisme Anak Muda terhadap Budaya Asing

Diperbarui: 12 Oktober 2015   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terus terang, baru tahun-tahun terakhir saya memahami apa arti hedonisme.  Sebelumnya ngga pernah mendengar apa itu "hedonisme".  Serasa asing, dan tak pernah mendengarnya.

Setelah melihat di kamus , o ternyata  arti Hedonisme :  itu dalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.[1] Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.[2] Terdapat tiga aliran pemikiran dalam hedonis yakni Cyrenaics, Epikureanisme, dan Utilitarianisme.

Saya hanya ingin berbicara hedonisme  yang berkaitan dengan mencari kesenangan atau kenikmatan yang merupakan tujuan/tindakan manusia.

Satu pagi, kami bertiga ibu-ibu pulang dari senam tera.  Salah seorang ibu yang memang masih memiliki anak remaja dan puber sekitar 19 tahun, menceritakan kepada kami.   Cerita yang sangat mengagetkan bahwa anaknya itu ingin menonton konser Korea (K-pop).  Wah saya sendiri ngga pernah nonton dan tak pernah tau personilnya.    Sebagai orangtua, tentunya dia mengatakan bahwa konser itu cukup mahal harganya, juga penontonnya begitu banyak, kemungkinan untuk keamanan sangat kurang kondisif. 

Jawaban sang anak sangat mengejutkan ibunya.   "Ya, ini seumur hidup cuma sekali aja, kok, kalo ibu merasa tidak yakin keamannya, ibu ikut saja".

Intinya anak itu mendesak agar ibunya tetap membelikan tiket konser dan jika ibunya merasa khawatir, ibunya bisa ikut bersamanya.   Berhubung sang ayah, merasa kasihan kepada anak remajanya ini, yach, dia pun rela membelikan tiket untuk anak dan istrinya.  Harganya pun cukup mahal untuk kantong keluarga menengah, sekitar RP.2 ,4juta.

Pada hari H yang ditentukan, ibu dan anaknya ini sudah hadir untuk mengantri pada pagi hari sekitar jam 9 pagi.  Padahal konsernya baru diadakan sekitar jam 15.00.   Loh kenapa kok pagi sekali, iya karena harus antri lagi untuk beli tiket karena tidak dijual via agent maupun on-line.  

Saat mengantri, ada seorang anak remaja putri yang pucat pasi karena ternyata dia baru saja mau beli tiket di loket tetapi ibunya hanya membawa uang pas Rp.2.1 juta dimana dia mendengar informasi harga tiket cuma RP.2.1 juta.  Entah kenapa jadi naik.  Anak remaja ini berasal dari Bekasi.  Tentu ibunya juga kaget karena dia tak kelebihan uang.  Mondar mandir dan merasa kesal kepada ibunya, anak remaja ini cukup ngamuk kepada ibunya.

Ibunya sangat sedih sekali karena atas apa yang dicupakan anaknya itu.  Jika tidak dibelikan tiket atau tidak dapat nonton konser itu dia tidak akan kuliah .  Biar saja ngganggur.

Kesedihan si Ibu untuk merelakan uangnya untuk membeli tiket.  Bahkan sampai menjual perhiasan satu-satunya demi sang anak. Sekarang uang pun masih kurang.  Dia menelpon kesana kemari untuk menambahkan dana.

Pertanyaan yang mendasar bagi kita sebagai orangtua:  "Kenapa anak-anak remaja sekarang hidup dalam hedonisme budaya asing".   Seolah-olah menonton pertunjukkan asing itu suatu prestige atau suatu kenikmatan yang tak dapat diganti apa pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline