Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Impian Anak Indonesia, Tantangan untuk Mewujudkan

Diperbarui: 18 Agustus 2015   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

HUT RI ke-70 baru saja kita lalui. Dimeriahkan dengan upacara bendera dan perlombaan yang diadakan baik di Istana Negara maupun di seluruh bagian di bumi Indonesia. Menarik sekali ketika ada 2 orang anak Indonesia yaitu Erlanga Abiantara dan Maria P. Lintang Kristiani membacakan puisinya. Profil Erlanga Abiantara, murid Kelas VIIIC, SMP Labschool,Jakarta Timur. Maria P.Lintang Kristiani, Kelas VI B SD Maria Fransiska Bekasi.

Iis dari puisi yang berjudul “Impian Anak Indonesia”
• Sepuluh Tahun mendatang tak ada lagi korupsi sehingga uang untuk pendidikan tak lagi kurang.
• Anak Indonesia pintar sehingga Indonesia menjadi negara superpower.
• Tiga tahun mendatang, akses internet bisa di seluruh Indonesia, Wi-FI gratis dan cepat.
• Indonesia jadi juara olimpiade.
• Semua orang bisa minum dari air keran, bersih,sehat,uang jajan tidak berkurang.
• Lima tahun mendatang ingin melihat Indonesia yang lebih kompak sehingga negara lebih kuat.
• Sepuluh tahun mendatang ingin melihat Indonesia jadi mutiara yang berkilau, bukan kita yang cari pekerjaan ke negara lain tapi mereka mencari kerja di Indonesia.
• Sepuluh tahun mendatang ingin melihat Indonesia jadi mandiri,tak tergantung negara lain.
• Hasil bumi dan tambang dikelola sendiri

 

Ada yang mengatakan bahwa puisi di atas itu merupakan sindiran bagi Jokowi.  Saya berpikir itu bukan sindiran untuk Jokowi, tapi tantangan bagi kita semua untuk mewujudkannya.

Masalahnya apakah ada tahap-tahap atau proses panjang yang harus dilalui untuk mewujudkannya.  Jika tidak ada, maka mimpi itu hanyalah sebuah fatamorgana di siang hari.

Dari 9 mimpi itu cukup untuk 1 atau 2 saja yang dapat diwujudkan. Saya lebih memilih agar 10 tahun mendatang korupsi tidak ada lagi sehingga uang BOS atau anggaran pendidikan memang dipakai untuk proyek yang seharusnya diprioritaskan untuk pembangunan pendidikan.

Pendidikan bukan hanya bersifat tataran luarnya saja, tetapi pendidikan karakter yang sesuai dengan Ki Hajar Dewantara, harus diimplementasikan, Mendidik manusia Indonesia dengan jiwa, raga . Menghasilkan anak berkarakter kuat, tidak korupsi, dan mental baja, serta penuh dengan kasih, tidak ada lagi kekerasan dalam pendidikan.

Tantangannya sangat besar karena semua stakeholder harus turun tangan membenahi, mulai dari pemerintah, guru, birokrat pendidikan sampai kepada orangtua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline