Lihat ke Halaman Asli

Apa Jadinya Apabila Seorang Presiden Memburu Vampire?

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Abraham Lincoln: Vampire Hunter / ALVH (3D)

Kalau mau disebut latahan sih yah memang begitulah adanya. Setelah era 2 Snow White berakhir, sekarang saatnya era 1 tokoh Presiden Amerika, Abraham Lincoln. Tentu saja dengen genre yang berbeda seperti halnya Snow White.

Sedikit susah memang menyadur sebuah buku yang fenomal kedalam sebuah film terlebih lagi ketika film itu menuntut cerita seorang tokoh dunia, Abraham Lincoln. Tokoh yang terkenal akan idealismenya mengenai pembebasan perbudakan. Bukan hanya itu saja, tuntutan lainnya adalah ketika tokoh super terkenal ini dipadupadankan dengan fantasy aneh mengenai vampire. Jadi, memang inti ceritanya adalah bagaimana menggabungkan idealisme pembebasan perbudakan dengan pembrantasan vampire. Sulit kan! Sebenarnya saya sendiri sedikit skeptis dengan film ini ketika tau kalau durasinya yang saya rasa kurang cukup, hanya 105 menit.

Abe kecil sudah benci dengan bentuk perbudakan, orang tuanya memiliki hutang yang harus dibayar dan dengan bentuk perbudakan-lah cara menebus bayarannya. Bukan hanya itu saja, pemberontakan Abe kecil ini harus dibayar dengan mahal dengan kematian ibunya. Inilah yang mendorong Abe untuk membalas dendam. Ketika dia sudah cukup putus asa untuk membalas dendam, Abe dewasa (Benjamin Walker) bertemu dengan Henry (Dominic Cooper) dan mengetahui bahwa orang yang dia buru, Jack Barts adalah vampire. Pertemuan ini membuat Abe bekerja sama dengan Henry untuk membantai para vampire. Abe selalu saja teringat kata Henry, selama menjalankan hidup seperti ini sebaiknya dia tidak menjalin hubungan sangat dekat dengan orang lain. Hal inilah yang membuat dia sedikit membatasi hubungannya dengan Mary Todd (Mary Elizabeth Winstead), seorang wanita terhormat dan keturunan bangsawan. Walaupun begitu, justru Mary Todd lah yang berusaha mendekati Abe, dan kisah mereka pun berlanjut. Saat malam Abe adalah vampire hunter, saat siang dia adalah Abraham Lincoln yang bekerja di toko Joshua Speed dan mencintai akan hukum juga permasalahan perbudakan. Tingkah laku Abe ini menarik perhatian Adam (Rufus Sewell) yang merupakan vampire tingkat kakap dan menjadi ketua dari semua vampire dan merupakan pangkal dari permasalahan perbudakan di Amerika. Mau tidak mau Abe harus memilih dari kehidupan 'ganda'-nya, antara menjadi politikus atau tetap menjadi vampire hunter. Lalu ketika Abe telah menjadi Presiden, perang sipil dan pemberontakan idealisme sang Presiden tetap berlangsung. Lalu bagaimana sang Presiden harus menghadapi situasi yang sulit ini? Kenapa vampire terlibat dengan permasalahan perbudakan di Amerika?

Inti ceritanya memang menarik, dan tampaknya memang fokus film bukanlah kehidupan Abraham Lincoln dalam dunia perpolitikan, melainkan kehidupan dia sebagai vampire hunter. Hanya sedikit yang diperlihatkan intrik politik di film ini. Jadi jangan berkespektasi melihat pesona dan wibawa Abraham Lincoln di film ini. Mari berekspektasi dia menjadi seorang vampire hunter dengan kapak sebagai senjatanya. Tentu saja dengan jaminan arahan Timur Bekmambetov yang didukung oleh Tim Burton sebagai produser. Nuansa kelam ada, action menggiurkan dengan teknik slow motion dramatis juga banyak, iringan musik 'score' yang mendukung juga ok, dan akting 3 pemeran utama juga mantab. Tapi ada unsur yang terpenting yang sangat lemah, cerita yang serba nanggung dengan naskah dan storyline yang serba cepat. Pengunaan narasi sebagai preview tujuan atau visi dan misi Abraham saya rasa malah menjelekkan film ini. Penonton seakan-akan dibawa ikut berlari cepat mengikuti alur cerita yang cepat, mengira bahwa penonton film ini pasti mengetahui betul sejarah Abraham Lincoln. Hal inilah membuat mereka yang tidak tau sejarah presiden Amerika ke-16 ini menjadi bingung dan kehilangan arah. Apalagi mixing antara fantasy vampire dengan dunia politik sangat sulit diterima oleh orang awam. Setidaknya untuk film ini saya rasa durasi 105 menit sangatlah kurang, setidaknya fokus karakter lainnya juga digali lebih dalam dan hilangkan narasi lalu jadikan visualisasi.

Visualisasi 3D di film ini ternyata sama dengan Prometheus, 3D tingkat kedalaman. Ada beberapa adegan yang pop up (terutama adegan action) yang muncul, tetapi tingkat kedalaman di film ini sangat dominan, seakan-akan para penonton melihat langsung peristiwa ini. Alangkah lebih baik lagi kalau dengan layar IMAX karena daya pandang mata untuk layar biasa masih terlihat tepi-tepi layar sehingga masih terasa seperti nonton secara tidak langsung.

Saya pribadi sangat senang dengan penampilan Mary Elizabeth Winstead, suatu kebetulan dia bernama sama dengan Mary Todd. Pertama kali lihat dia bermain di film remaja tanggung dengan penampilannya yang berambut warna ungu di Scott Pilgrim vs. the World. Siapa sangka dia berubah menjadi wanita anggun dan menjadi "first lady" di film ini. Karakternya sudah pass dengan didukung kecantikan wajah aristrokrat yang dia miliki, seakan-akan dia adalah wanita jaman dulu yang lahir di era modern. Benjamin Walker sendiri memang memiliki karisma sebagai Abe dimasa dewasa dan saat menjadi presiden, tetapi dia masih kurang digali pendalaman karakternya karena semuanya serba cepat. Oh ya memang benar muka Benjamin Walker itu mirip banget sama Liam Neeson hal ini juga didukung dengan gaya bicaranya yang tegas dan jelas.

Bukan jaminan dalam sebuah film apabila penulis novel asli-nya menjadi penulis naskah untuk filmnya. Seth Grahame-Smith terbukti gagal membawa nuansa bukunya untuk diterjemahkan ke dalam film. Dia masih harus belajar banyak.

Overall 3/5

Sejak kapan mulai adanya budak dan sistem perbudakan, tidak ada satu keterangan pun yang dapat memastikannya. Yang jelas usia perbudakan mungkin sudah se-tua umur peradaban manusia itu sendiri. Masa lalu yang kelam dengan kisah perbudakan disekitarnya yang membuat Abraham Lincoln tertarik dengan pembebasan perbudakan. Bukan hanya itu, sudah ada revolusi perancis yang telah menghapuskan perbudakan di Eropa. Tapi apakah perbudakan di era modern ini sudah hilang? Setiap orang berhak untuk hidup merdeka dan bebas atas kehidupannya masing-masing. Walaupun begitu masih banyak ke-bias-an perbudakan di era modern, dan banyak yang tidak sadar akan hal ini. Cara yang mudah menghadapi perbudakan adalah dengan saling menghargai dan bersikap adil antar sesama manusia, walaupun dengan budaya, ras, suku dan agama yang berbeda. Mulai dari yang kecil, dan membina mereka yang kesusahan di sekitar kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline