Di bawah pohon Pala
aku menyapamu lewat imajiku
bersama senja yang menyisakan lambaian mesra angin selatan,
Masih adakah kebenaran kuasa menghimpit sisa dari puing kesetiaan yang sempat berdiri megah di musim lalu yang teruntuhkan oleh keangkuhan indahnya suasana lahiriyah karena biasnya warna jiwa, karena heningnya kepekaan atas makna sebuah keyakinan di atas rangkaian kebenaran demi kebenaran di ruang kesepahaman kita sebelumnya??
Bisakah engkau menyisakan sedikit waktu untuk mengilustrasikan dan menguraikan warna pikiranmu hingga imajiku tidaklah sesesat prasangkamu kelak di masa depan?
Lepaskan ragu jika harus ada ruang luka di setiap sisi harapku
Berharap embun mengairinya di menjelang pagi
Aku menunggu kalimat saktimu sebelum langit menyalin senja menjadi malam