Lihat ke Halaman Asli

Teori Bertoilet

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu 28 April lalu, saya dan teman pengurus Young On Top (YOT) Yogyakarta mengadakan meet up and gathering dengan pendiri Young On Top yang juga seorang entrepreneur, Mas Billy Boen. Acara ini diadakan di Muara Kapuas, Jalan Kaliurang utaraalmamater saya. Tepat 14.30, selepas Mas Billy ngisi di Seminar National Youth for Indonesia (NUSA) di UII, gathering pun di mulai. Di situlah teman-teman pengurusYoung On Top Yogyakarta kali pertama bertemu dengan pendiri YOT (kecuali saya dan Enggar).

Satu ilmu dari sekian banyak ilmu dari Mas Billy yang bisa saya share untuk teman-teman di sini adalah tentang “teori (ber)toilet”. Apa itu? Apakah kamu merasa aneh? Sekilas, saya merasa agak aneh (sekaligus penasaran) ketika Mas Billy melontarkan kata tersebut. Apa maksud teori toilet ini? Pikir saya waktu itu. Setidaknya demikian yang saya tangkap dari raut muka beberapa teman pengurus yang waktu itu juga mendengarkan kata “teori toilet” dari Mas Billy. Teman, kamu pasti pernah, bukan, pergi ke toilet? Pas lagi kebelet banget, nggak nahan banget. Pasti kamu akan segera pergi ke toilet. Ketika kamu lagi senggang, it’s ok. Langsung aja pergi ke toilet. Nggak ada halangan yang merintang. Tapi akan berbeda kondisi dan aksi saat kamu dalam kondisi yang sangat terjepit. Begini. Coba bayangkan saat kamu misalnya, sedang dalam kondisi mengikuti ujian tengah semester, atau pas rapat penting. Lalu perut kamu mengharuskan untuk pergi ke toilet saat itu juga. Kamu udah benar-benar nggak kuat nahan rasa sakit buat buang hajat. Nah, apa yang akan kamu lakukan ketika ada orang lain melarang kamu untuk tidak pergi ke toilet? Apakah kamu akan tetap bertahan dalam kondisimu yang lagi “terjepit” menahan sakit perut kamu? Atau kamu langsung cuss….lari cari toilet? Jika ditarik pertanyaan: apakah kamu cuma mau aja (ke toilet) atau mau banget (ke toilet)? Contoh lagi ya… Jika kamu dalam kondisi rapat penting sama Bos kamu. Dan kamu merasa ngantuk karena penjelasan bos kamu membosankan. Lalu kamu ingin pergi ke toilet.Then….dengan serius saat mimpin rapat, bos kamu bilang. “Eh, Haris! Kamu mau kemana?” tanya Bos kamu saat kamu mau ke Toilet. “Mau ke toilet, pak” jawab kamu, santai. Ingat. Kamu hanya pengen aja. Soalnya bos kamu cara mimpin rapatnya bikin bosenin. “Nggak usah! Ini rapat penting. Nggak boleh ada yang pergi dari ruangan ini!!” Bos kamu suaranya tegas banget menjawab. Nah, karena kamu nggak pengen-pengen amat pergi ke toilet, nggak jadi deh kamu pergi ke toiletnya. Terus akhrinya kamu duduk kembali dan mendengarkan bos kamu mimpin rapat meski sambil bilang dalam hati “Ih, bete tahu, bos!” Kalau kamu memang benar-benar sangat terpaksa banget pengen pergi ke toilet, harusnya kamu udah sejak tadi-tadi perginya.  Bos kamu mau bilang apa pun, pasti kamu tetap pergi ke toilet. Iya, bukan? Value Cerita Value yang bisa kita petik dari cerita dan teori (ber)toilet di atas adalah hanya keinginan yang sangat kuat dan utuh yang mampu menembus segala ‘rintangan’. Orang mau bilang apapun, tapi ketika kamu sudah sangat, sangat, dan sangat kepengen banget. Kamu butuh banget sama apa yang pengen kamu tuju. Maka orang mau bilang apa pun, kamu pasti akan terus go on, kamu pasti akan terus go a head. Nggak peduli mereka mau ngelarang atau mau apa. Begitu juga jika kamu punya mimpi. Jika kamu hanya pengen aja, bisa dipastiin, kamu ngga akan dapat tuh apa yang kamu impikan. Tapi jika kamu emang benar-benar kepengen banget, kamu butuh sama mimpi kamu banget, maka bisa dipastiin, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan dan kamu pun dengan cepat meraihnya. Salam @harisnurali




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline