Mengasuh anak berarti orang tua memiliki keterampilan dalam mengawal tumbuh kembang anak (Mahpur, Koentjoro, & Subandi, 2021). Berbicara mengenai keterampilan, Parke & Buriel (2006) menuturkan bahwa orang tua harus mempunyai keterampilan untuk menjadi manajer yang efektif bagi perkembangan sosial-emosional anak. Manajer efektif yang dimaksudkan di sini adalah menemukan informasi, melakukan kontak, membantu menyusun pilihan, dan memberikan pengarahan kepada anaknya.
Menjadi manajer bagi anak pastinya bukan hal yang mudah. Apalagi ketika anak menginjak masa krisis identitas, yakni masa remaja. Ketika anak beranjak remaja, mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan bagian penting karena orang tua tidak dapat memonitoring secara fisik perilaku anak (Mahpur, Koentjoro, & Subandi, 2021). Jangan sampai remaja mengalami identity confusion, yakni kebingungan dan rasa tersiksa akan identitas mereka.
Keterampilan lain dalam mengasuh anak tertuang dalam buku "Metode Pengasuhan Anak (Membangun Lingkungan Positif Berbasis Partisipasi dan Kearifan Lokal)" karya Dr. Mahpur bersama dengan dua gurunya, yang tidak lain adalah promotor dan ko-promotor ketika beliau mengambil program doktor di Universitas Gadjah Mada.
Dalam setiap babnya, buku ini begitu menawan menyuguhkan detail pembahasannya. Menurut saya, satu bagian paling menarik dalam buku ini adalah pada bab tujuh, yakni Mengasuh dengan Berpikir Positif tentang Pendidikan. Dr. Mahpur menuliskan bahwa "pikiran positif menjadi semangat sekaligus do'a agar anak-anak memiliki nasib yang jauh lebih baik dari orang tuanya". Mari mengaminkan optimisme beliau, agar terlahir generasi penerus bangsa yang tidak kalah hebatnya seperti beliau dan kedua gurunya.
Buku ini menjadi referensi yang tepat bagi siapapun yang ingin belajar lebih dalam mengenai metode pengasuhan anak, terutama bagi orang tua yang ingin menyempurnakan pengasuhan anaknya. Juga, kita akan belajar mengenai Asah - Asih - Asuh yang menjadi poin penting orang tua dalam mendidik Qurrota A'yunnya.
