Lihat ke Halaman Asli

Haniffa Iffa

Penulis dan Editor

Doa yang Selalu Kusemogakan

Diperbarui: 8 Agustus 2020   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Bermimpi, berarti merangkai do'a-do'a indah yang kau yakini suatu saat akan menjadi nyata, atas izin-Nya. Andai aku menuliskan semua mimpiku, tak akan habis hingga senja berganti menjadi fajar. Salah satu mimpi besar yang ku ingin setiap orang mengamininya adalah mendirikan sebuah yayasan sosial-pendidikan di desaku. Yayasan ini bertujuan untuk mengaktualisasikan diri seseorang sesuai minat dan bakatnya, juga untuk meningkatkan kualitas pendidikan setiap individu. Utamanya adalah perempuan, karena madrasah utama putra-putri kita adalah seorang ibu.

Ikhtiar peningkatan kualitas diri, tidak lain adalah untuk mencetak generasi hebat dan pastinya sesuai koridor syariah-Nya. Bukan hanya generasi yang berpendidikan, namun juga berakhlak mulia. Seringkali kita mendengar perihal hampanya ilmu tanpa disertai akhlak yang mulia, sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Zakariya An Anbari rahimahullah, "Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh."

Aku berasal dari sebuah desa kecil di salah satu kota di Jawa Timur. Pendidikan bukanlah prioritas bagi masyarakat di sini, hal terpenting adalah mencari sesuap nasi. Yayasan ini diharapkan mampu menjadi benang merah bagi setiap individu untuk meningkatkan potensi agar tidak hanya terpatri dalam diri. Dengan aktualisasi diri pada setiap individu, harapan terbesarku adalah mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan di desaku, utamanya adalah kesejahteraan psikologis.

Sebuah penelitian dari American Psychological Association (2020) menyatakan bahwa anak-anak yang kurang beruntung secara sosial-ekonomi mempunyai lebih banyak masalah perhatian dan kecemasan (gejala depresi). Lagi-lagi kemiskinan mempengaruhi kondisi psikologis seorang anak. Orangtua terlalu sibuk mencari pundi-pundi rupiah sehingga tidak sempat memperhatikan tumbuh kembang buah hatinya.

Lalu aku teringat nasehat yang disampaikan bapak ibu, "jadilah orang yang sukses, agar kelak kamu bisa membantu orang-orang di sekelilingmu." Kata-kata teduh nan sederhana, seperti kehidupan di desa dengan pemandangan sawah hijau yang asri. Ditambah dengan semilirnya angin yang menyejukkan hati. Ah, indahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline