Lihat ke Halaman Asli

Haniffa Iffa

Penulis dan Editor

Ketika Dunia Berada di Dalam Genggaman

Diperbarui: 29 Desember 2018   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : http://daenggassing.com

Era digital ini, seolah dunia menjelma dalam genggaman kita. Segala informasi dengan mudah kita dapatkan hanya dengan mengetik keyword di google. Dengan demikian, informasi yang ada di ujung dunia pun bisa kita ketahui dengan mudah karena berkembangnya teknologi ini. Secara garis besar, kemajuan teknologi tentunya memudahkan kita dalam banyak hal, mulai dari mudahnya mendapatkan informasi, adanya berbagai macam aplikasi yang mempermudah aktivitas kita, dan masih banyak yang lain.

Di sisi lain, ternyata hal ini menuai hal-hal negatif. Mudahnya penyebaran informasi akan mudah pula diterima oleh khalayak ramai tanpa mengetahui kebenaran dari informasi yang ada. Dengan demikian, banyak warga yang termakan oleh isu-isu hangat yang belum 'terjamin' kebenarannya. Akibatnya, simpang siurlah informasi yang ada. Bentroknya kebenaran dan kebohongan menjadi sulit untuk dikendalikan. Hal ini tentu bisa merusak moral bangsa ini.

Tentunya kita tahu bahwa nilai moral yang luhur, yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Bagaimanapun, nilai moral ini sangat 'riskan' untuk terombang ambing. Budaya barat saja sudah merasuki budaya kita dengan angkuhnya. Dengan demikian, jika kita sendiri tidak bisa menjaganya dengan baik, lantas bagaimana dengan anak cucu dan keturuan kita nanti?

Jurnalisme era ini tentu tidak sama dengan jurnalisme zaman dahulu. Jika dahulu, berita yang tersebar hanya sebatas koran, televisi, dan radio, sekarang jauh lebih luas dengan perkembangan teknologi. Dunia benar-benar hanya ada di dalam genggaman. Semua orang bisa mengaksesnya tanpa batasan apapun. Nah, di sinilah bahaya sebenarnya yang harus kita cermati. Satu hal yang terkadang luput dari perhatian kita adalah membiarkan anak-anak kita memegang gadget dengan bebasnya. Hal ini tentu berimbas pada sang anak.

Dunia dalam genggaman, bukan berarti tidak memberikan 'jeda' pada anak untuk bermain dengan gadgetnya. Apapun alasannya, gadget tentu tidak boleh dibiarkan secara terus menerus ada di dalam genggaman sang anak. Akan sangat disayangkan jika masa-masa perkembangannya justru terusik dengan keberadaan gadget yang bisa jadi mengganggu fase perkembangannya. Di sinilah ada peran besar orangtua yang tidak boleh ditinggalkan. Namun demikian, orangtua juga harus memberikan contoh kepada anak agar tidak bermain gadget di depan sang anak, bahkan lebih baik mengalihkan perhatian anak kepada hal-hal positif lainnya. Masa-masa emas anak tidak boleh terlewatkan hanya karna gadget semata.

Pada intinya, hal utama yang harus kita cermati adalah 'berhati-hati' dalam menggunakan teknologi. Baik ketika menerima informasi maupun untuk menyebarkannya kembali, kita harus menjamin terlebih dahulu bahwa informasi yang kita dapatkan adalah benar. Jika tidak, maka masyarakat luas bisa menjadi korban atas kelalaian kita ini. Jika ragu akan kebenaran sebuah berita, maka lebih baik kita tunggu saja dulu kebenarannya untuk sementara waktu dan tidak segera menyebarluaskan berita tersebut. Informasi akan dengan mudah tersebar luas, jadi kebenaran dan kebohongan akan dengan mudah dibuktikan. Namun demikian, tetap saja kita harus bersabar menunggu waktu yang tepat.

Ketika Tuhan memberikan kemudahan 'dunia berada di dalam genggaman', rasanya akan rugi sekali jika kita lalai dan tidak memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin. Jika hanya untuk menyebar hoax bahkan untuk mem-bully sesama, maka apalah gunanya Tuhan memberikan kita otak untuk berfikir. Tuhan menciptakan manusia untuk saling mengasihi, saling tolong menolong, bukan untuk saling meludahi bahkan menyakiti. Sekali lagi, yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah berfikir bagaimana jadinya jika kita berada di posisi orang tersebut sebelum kita melakukan hal-hal buruk kepada orang lain. Dengan demikian, kita akan menjadi lebih berhati-hati dan saling menjaga antar sesama manusia, tanpa memandang agama, suku, ras, dan budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline