Lihat ke Halaman Asli

Observasi Kewirausahaan (Habib Amin Nurrokhman)

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan karuniaNya sehingga laporan observasi ini dapat terselesaikan. Laporan observasi ini disusun untuk memenuhi tugas sebagai Pra Syarat untuk mengikuti UK 2 Mata Kuliah Kewirausahaan (KWU).

Diharapkan laporan observasi ini dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran dan bahan diskusi bagi mahasiswa serta pembaca pada umumnya dan juga sebagi inspirasi untuk memulai usaha, dan jangan pernah takut untuk berwirausaha.

Ucapan terimaksih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mendorong tersusunya makalah ini, khususnya kepada beliauDrs. Suripto, M.Pd yang telah mendorong dan memotivasi kami demi terselesaikanya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Observvasi ini masih sangat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan peran aktif dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi peningkatan kualitas laporan observasi yang akan penulis buat di masa mendatang.

Kebumen,April2012

Penulis

OBSERVASI LAPANGAN KEWIRAUSAHAAN

PEMBUATAN TAS EINSTEIN, DESA TANAHSARI, KECAMATAN KEBUMEN

Oleh : Habib Amin Nurrokhman

(K7111079/ II A/ 22)

Abstract

Entrepreneurshipisthe pillarof nationaleconomy, and thereforethe ability of individualsinterms ofentrepreneurshipshouldalwaysbe dug, so thatour countrycancompeteandbealignedwithother countriesaround the world.
Indonesiahas thepotential fora verylargepopulation, it shouldbea veryvaluablecapitaltobuilda solideconomic foundation, toempowerallof societyto alwayswant to try andeliminatethe nature oflaziness.

Entrepreneurshipdoes notrequirehighereducation, abundant capital, a descendant of a noble, butwhat is needed isthe seriousness, sincerityandpatiencein working onthe businessthat is built. Many entrepreneursandthe richworld's onlyelementary education, junior highorhigh school. They showin their businessisa strong character, andability to compete.

Entrepreneurshiprequires astrong network, so it will beeasier tomarket the product, looking forcapital, andlastofall kinds ofthe crisis, an entrepreneurshould notgive up easily,hemust be persistent intrying,often a personmayfall, but hadrisenagaintopursuehis dream.

Key word : Enterpreneurship, Capital, Economic

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2% dari prosetase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan, Indonesia sendiri sampai saat ini menurut sebuah riset jumlah penduduk yang menjadi wirausaha baru sekitar 0,18%, menurut informasi yang saya baca di internet tanggal 5 Maret 2012 jumlahnya telah melonjak tajam menjadi 2 %, maka tidaklah mengherankan apabila saat ini, kondisi pereekonomian Indonesia tertinggal jauh dari negeara tetangga yaitu Singapura yang memiliki prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China 10%, apalagi jika harus dibandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat yang hampir 13%penduduknya menjadi wirausahawan.

Sebagai salah satu jalan untuk mempromosikan sektor wirausaha dikalangan mahasiswa, maka perlu dibuka wawasan tentang contoh-contoh wirausahawan yang sukses dan mampu mengembangkan jaringan, dengan berbagai kiat dan strategi. Maka daripada itu untuk memantapkan pengetahuan tentang teori kewirausahaan yang dipelajari sebagai mata kuliah pilihan di PGSD FKIP UNS Kampus Kebumen, saya mengadakan observasi atau penelitian lapangan langsung ke perusahaan tas Einstein yang beralamat di

B. METODE PENELITIAN

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a.Studi literatur

b.Pengumpulan data (wawancara dan pengamatan)

c.Penarikan kesimpulan

C. TUJUAN

1.Sebagai tugas mata kuliah kewirausahaan.

2.Mengetahui usaha-usaha yang ada di kawasan rumah.

3.Membuka wawasan tentang ide kretaif kewirausahaan.

4.Menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam segala aspek kehidupan.

D. PELAKSANAAN OBSERVASI (Objek, Waktu, dan Sasaran)

Hari / Tanggal: Kamis- Jum’at (27 Maret dan 29 Maret 2012)

Tempat: Desa Tanahsari, Kecamatan Kebumen, Kabupaten

Kebumen.

Narasumber: Bapak H. Soderi dan Karyawan Perusahaan Tas

Metode : Tanya jawab dan pengamatan langsung.

BAB II

PEMBAHASAN

Merintis atau mendirikan sebuah usaha sangat diperlukan ide dan kreativitas. Ciri-ciri Wirausaha (Steinhoff dan Burgess) antara lainharus memiliki kemampuan mengidentifikasi suatu pencapaian sasaran (goal) dan memiliki kejelian (vision) dalam bisnis. kemampuan untuk mengambilresiko keuangan dan waktu. Kemampuan dibidang perencanaan , pengorganisasian, dan pelaksanaan. Bekerja keras dan melakukan segala sesuatuyang diperlukanuntuk mau dan mampu mencapai keberhasilan. Serta mampu menjalin hubunganbaik dengan pelanggan, karyawan, pemasok, bankers.

Ketika saya mengadakan observasi langsung ke perusahaan Tas Einstein, disambut begitu hangat oleh pemilik usaha yaitu Bapak Soderi, beliau nampak menunjukkan sikap yang sangat ramah dan bersahabat, senyum semut (2 cm kanan dan 2 cm kiri, dengan pandangan mata yang menyejukkan). Hal ini sepertu yang diungkapkan Pendiri The ESQ 165 Way, Ary Ginanjar Agustian bahwa didalam memajukan sebuah usaha dibutuhkan, watak, sikap dan kepribadian yang menyenangkan, sehingga akan menarik orang lain agar mau bekerjasama denganya bahkan memmberi kepercayaan lebih, termasuk dalam hal permodalan dan pemasaran produk.

Ketika saya masuk ke dalam ruang tamu narasumber, saya mencoba menerapkan teknik yang saya dapat dari Ary Ginanjar Agustian, yaitu membalas senyuman yang diberikan orang dengan senyum simetris pula sambil mengajak bersalaman dan pandangan menyejukkan. Alhamdulillah, pihak narasumber semakin berkenan dalam menerima kedatangan saya. Selanjutnya menggunakan teknik “ mengambil hati” narasumber, saya mulai bertanya tentang hal yang menyenangkan atau kesuksesan yang atau hal yang sangat menyenangkan yang pernah dialamai narasumber,saya bertanya, “Bapak, saya pernah mendengar bahwa pemilik perusahaan einstein diundang ke Belanda untuk menghadiri seminar kewirausahaan ? “. Dengan mata berbinar-binar narasumnber menjawab merendah. “Ah, tidak-tidak itu kan baru rencana, semoga kami dapat pengalaman yang lebih”. Dengan pertanyaan yang sederhana, namun mampu meraih hati narasumber, kami tidak kesulitan didalam mendapatkan informasi, tanpa banyak meminta narasumber langsung menceritakan kisah suka-dukanya dalam mendirikan usaha tersebut mulai dari nol. Beliau menyampaikan bahwa beliau hanya lulusan SD, sehingga secara pendidikan formal, beliau mengaku masih sangat rendah. Maka teringatlah saya akan teory yang dikemukakan oleh Charle Screibe,bahwakeberhasilan wurausaha ditentukan pendidikan formal hanya 15% sedangkan oleh nilai sikap mental dan kepibadian mencapai 85 %.

Fakta yang tersebut diatas menunjukkan bahwa siapapun dapat menjadi seorang wirausaha, karena bukan seberapa tinggi pendidikan seseorang yang diperlukan, namun seberapa baik, kuat, dan menyenangkan sikap mental dan kepribadian seseorang. Awal memulai usaha adalah munculnya hambatan dari dalam keluarga, yang tidak setuju mendirikan sebuah perusahaan tas, dengan modal yang sangat minim pada waktu itu, sekitar tahun 1997, yaitu hanya 500 ribu rupiah, usaha ini mulai dirintis sendiri, dengan membeli produk sendiri dari luar kota, memotong, serta menjahitnya sendiri.

Hambatan itu jangan dijadikan sebagai pengendur semangat, namun menjadi cambuk, bahwa beliau harus bisa membuktikan kepada keluarganya, bahwa usahanya bisa maju dan sukses.

Beliau memulai usahanya ketika menjelang musim tahun ajaran baru, sehingga kebutuhan akan tas sekolah meningkat, dan akhirya produk tas buatan perdananya itu laku dipasaran, sehingga pada musim berikutnya mulai mempekerjakan pekerja untuk mengerjakan pembuatan tas, jumlah pekerja saat ini di perusahaan tersebut sekitar 25 orang pada bagian produksi dan lima orang pada bagian toko. Gaji karyawan rata-rata 30 ribu – 40 ribu rupiah bergantung pada karyawan tersebut merupakan tenaga lama atau tenaga baru, dan berdasarkan tanggungjawab yang dia pegang.

Bahan-bahan pembuatan tas, diperoleh sendiri dengan berbelanja keluar kota, yaitu ke kota bandung. Secara umum, proses pembuatan tas ini bisa dikatakan mudah dan sederhana, karena hanya melewati dua sampai tiga proses, yang pertama adalah pemotongan spon dan kain pelapis tas, yang hanya dikerjakan oleh dua orang selanjutnya diberikan kepada bagian penjahitan, yang langsung dibuat bagian-bagian tas, dari alas, kemudian saku, kemudian, pegangan tas. Selanjutnya bagian-bagian tas tersebut dirangkai dan diberi aksesoris seperti resleting, dan logo.Maka jadilah tas yang siap dipasarkan. Perusahaan ini banyak mepekerjakan warga sekitar sebagai tenaga kerjanya, agar semakin memberdayakan potensi yang ada diwilayah tersebut. Dalam satu hari perusahaan tersebut mampu menghasilkan produksi hingga 300 tas

Pemasaran produk tas enstein telah merambah ke luar kota, ke jakarta, bahkan luar jawa, teknik pemasaranya diakui oleh pemilik perusahaan adalah dengan modal kepercayaan, beliau menuturkan, bahwa produk tasnya, hanya dititipkan di pemilik toko yang merupakan etnis Tiong Hoa, selanjutnya penjualan dipasrahkan dipemilik toko di Jakarta tersebut, tepatnya dikawasan tanah abang. Nilai penjualan tas diumpulkan dulu hingga 70 puluh atau 100 juta rupiah, baru di transfer ke rekening perusahaan. Sampai saat ini dengan modal kepercayaan semua proses transaksi berjalan tanpa ada kendala, bahkan partner yang merupakan etnis keturunan ini, banyak mengajarkan hal berharga bagi beliau untuk terus memajukan usahanya.

Ketika merintis penjualan produk diluar jawa, narasumber menuturkan, dirinya harus merogoh kocek cukup banyak diawal membuka jaringan ini, yaitu dengan menitipkan produk tas kepada perantau di luar jawa yang berasal dari daerah kebumen, tentu saja konsekuensinya adalah dengan membiayai perjalanan dan memberi uang saku, namun pengorbanan tersebut kini telah berbuah manis, produk tas enstein diminati oleh konsumen luar jawa, sehingga dapat menambah omzet penjualan.

Narasumber selanjutnya menuturkan faktor non teknis, namun menurut beliau sangat berpengaruh bagi kemajuan usahanya. Pertama adalah kedisiplinan, bahwa dalam berwirausaha sangat dibutuhkan kedisiplinan, uang perusahaan harus dipisahkan dengan uang pribadi dan tidak boleh digunakan untuk belanja sehari-hari. Kedua, jaminan asuransi dibutuhkan untuk mewaspadai hal-hal buruk yang kemungkinan akan terjadi. Ketiga, ibadah sunnah seperti puasa, dan sholat Dluha, kebetulan narasumber bisa dikatakan sebagai orang yang rajin beribadah dan agamis, menuturkan bahwa apabilakita rajin sholat Dluha insya Alloh rezeki akan mengalir deras, dan jangan lupa kita harus rajin bersedekah, bahwa sedekah adalah kunci pembuka rizki, tidak akan berkurang harta dan kekayaan seseorang ketika bersedekah, namun justru akan bertambah, begitulah kata-kata Nabi Muhammad SAW yang sering dikutip oleh Ustdz. Yusuf Mansyur dalam konsep matematika sedekah.

Mempertahankan usaha tidaklah mudah, begitu Narasumber mengatakan, beliau mengatakan selalu ada hambatan dan tantangan ketika usahnya akan mengalami kenaikan, baik dari masalah intern maupun ekstern, hal tersebut harus diatasi dengan pikiran jernih dan bijaksana agar cepat selesai, bukan justru menambah masalah baru. Dalam hal permodalan menurut beliau banyak sumber yang bisa dimanfa’atkan, modal awal beliau dapatlkan dari orangtua, kemudia beliau kembangkan dan saat ini melihat kemajuan pesat yang dialami perusahaanya banyak lembaga kreditur (bank, koperasi, maupun pemerintah) yang menawarkan kerjasama dalam hal permodalan.

Perhitungan BEP

Break Even Point(BEP) dapat diartikan sebagai su atu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidakmemperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusah aan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biayavariabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tert entu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:

a.Jumlah penjualan minimalyang harusdipertahankanagar perusahaan tidak

mengalami kerugian.

b.Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.

c.Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.

d.Untuk mengetahui bagaimana efek per ubahan harga jual, biaya dan volume

penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Berdiskusi serta tanya jawab dengan petugas administrasi serta sales toko, akhirnya saya mendapatkan informasi tentang keuangan di perusahaan tas ini, berdasarkan informasi yang saya peroleh perusahaan tas Einstein rata-rata perlu biaya Rp 50.000,00 untuk tiap tas. Biaya untuk pembelian mesin pemotong Rp 15.000.000,00. Tiap satuan tas rata-rata dijual dengan harga Rp 100.000,00

Mari kita simak uraian berikut untuk mengetahui BEP (Break Event Point)

Misal X = barang yang diproduksi

FC = 15.000.000

VC = 50.000X

TC = 15.000.000 + 50.000X

TR = 100.000 X

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline