Peningkatan mutu pendidikan senantiasa diupayakan, karena pendidikan pada dasarnya menyiapkan peserta didik yang berkualitas, cakap, dan terampil dalam penguasaan iptek, sehingga peserta didik siap untuk terjun mandiri di masyarakat. Dahulu dalam sistem pembelajaran kita pernah digunakan pendekatan Teacher Center, namun dirasa pendekatan ini lebih pada pementasan kemampuan guru, namun seiring dengan perkembangan zaman, menurut Mulyani S dan Johar Permana (2011: 90) dicarilah alternatif yang dapat mendorong dan menciptakan keseimbangan kekatifan antara pihak guru maupun peserta didik.
CBSA merupakan konsep dalam mengembangkan kekatifan proses belajar mengajar, yang menekankan pada kekatifan siswa dalam pembelajaran, keaktifan itu terwujud melalui partisipasi siswa dalam mendengar, menulis, bertanya, mengukur, membandingkan, dan sebagainya. Kekatifan yang tampak lebih diutamakan namun kekatifan yang tidak tampak tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan proses pengembangan. CBSA memusatkan pada peranan, inisiatif, dan keterlibatan anak didik dalam menetapkan masalah, mencari informasi, dan memecahkan masalah. Kondisi demikian akan semakin memberikan kebebasan bagi anak untuk berpikir, menggali, dan mandiri, sehingga tumbuhlah manusia yang mandiri dan produktif.
CBSA diarahkan untuk membentuk manusia yang mampu berpartisipasi bagi penyempurnaan pembangunan bangsa, selanjutnya CBSA bertujuan untuk mengembangkan kemampuan murid agar mampu belajar mandiri dan memiliki harapan agar siswa menguasai materi seoptimal mungkin (Y. Padmono, 2012: 19). Sedangkan prinsip CBSA ditinjau dari siswa, pada prinsipnya adalah mengurangi dominasi guru dan mengarahkan kebiasaan siswa belajar sendiri dengan belajar teratur, dan memanfaatkan berbagai sumber informasi, dengan semangat yang kuat dalam belajar.
CBSA diharapkan akan mampu mengembangkan keaktifan siswa secara baik, melalui pengembangan kemampuan berpikir akan membentuk pengetahuan, sikap, dan nilai. Sedangkan proses pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial akan membentuk ketrampilan mental, fisik, dan sosial. Dalam kedua proses tersebut dibutuhkan keterlibatan secara aktif dalam belajar, selanjutnya siswa mengadakan proses penyaringan, pemaduan sikap dan nilai dan hasil yang diharapkan adalah pembentukan sikap dan nilai sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.
Pengembangan CBSA dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media belajar, seperti buku teks. Namun, pada sekolah yang jauh dari akses toko buku maupun akses teknologi, dapat dioptimalkan penggunaan lingkungan sebagai sarana dan bahan belajar, siswa dapat belajar dari lingkungan sekitar dan segala persoalanya, dengan memanfaatkan lingkungan akan dapat menghemat biaya dan dapat mengembangkan pengalaman murid dalam kehidupanya sehingga apa yang dipelajari akan lebih bermakna.
Pembelajaran dalam CBSA adalah mengembangkan kekatifan semua personil yang terlibat dalam KBM, kekatifan yang diharapkan adalah keaktifan mental dan keaktifan sosial, berbagai model pembelajaran dapat dikembangkan baik diskusi atau kerja kelompok, dapat juga dikembangkan dengan problem-problem sehingga merangsang anak untuk senang, cinta, merasa butuh, berpikir, memecahkan masalah, berkreasi, sehingga dengan kondisi tersebut anak akan dapat belajar dengan sepenuh hati. Pengajaran juga dapat diorganisasikan dengan individual maupun kelompok, dalam pengelompokan perlu diperhatikan besar kelompok, organisasi kelompok, sifat kelompok, dan tujuan kelompok, dalam membuat kelompok juga harus memperhatikan kemauan, minat, bakat, dan prestasi belajar anak. Pengelompokan berdasar prestasi harus dipertimbangkan, bahwa anak pintar akan mudah bekerja dengan anak pintar, karena anak pintar bersifat aktif sedangkan anak bodoh bersifat pasif, pengelompokkan tanpa memperhatikan tingkat prestasi akan merusak mental anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H