(Oleh : Habib Amin Nurrokhman)
Sebuah cerita yang berawal dari suatu desa indah nan subur dipesisir selatan pulau jawa, hiduplah sebuah keluarga kecil yang terdiri atas ayah,ibu dan satu anak.Dirumah yang sangat sederhana tempat mereka tinggal , ada seorang yang sudah cukup renta yaitu kakek dari Jaya anak laki-laki pasangan Abdullah dan Fatimah.Setiap hari menjadi kewajiban Jaya untuk merawat kakeknya yang sudah pikun dan suka buang kotoran sembarangan ini.
Ayah Jaya,Abdullah adalah seorang yang tidak banyak menonjolkan diri,namun sebenarnya dia adalah keturunan dari Sultan Agung Hanyokrokusumo,Dia juga seorang yang sangat pandai sejak sekolah Dasar hanya saja nasib kurang baik dialaminya,karena pada masa mudanya praktik KKN begitu kental dia tidak bisa masuk sebagai pegawai negeri sipil karena tidak mau menyogok “orang dalam” untuk menjadi pegawai.Kini keseharianya hanyalah mencari rumput untuk makan hewan ternaknya.Sedangkan Ibu Jaya yaitu Fatimah adalah keturunan Sunan Giri salah seorang waliyulloh penyebar islam ditanah jawa,nasibnya lebih beruntung dari sang suami karena masih bisa diterima sebagai pegawai negeri sipil di usianya yang tidak lagi muda.
Pasangan Abdullah dan Fatimah memiliki seorang anak yang diberi nama Jaya,seorang anak laki-laki yang gagah berani bagaikan satria di medan laga.Jaya tentu saja bukan keturunan sembarangan karena memiliki trah darah biru baik dari ayah maupun ibu namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang kurang mendukung dia harus hidup dengan bekerja keras,sejak kecil dia sudah di didik untuk hidup mandiri dengan lingkungan keluarga yang sangat kondusif dan agamis.Jaya kemudian tumbuh menjadi seorang yang sangat cerdas sejak sekolah dasar.Pada mulanya dia sangat diragukan sebagai anak yang baik karena kebetulan,ketika mendaftar SD ada siswa yang namanya Jaya,adalah siswa yang sangat nakal dan bandel.
“Bapak,sebaiknya menyekolahkan anak ini disekolah lain saja pak ?” kata kepala sekolah.
Ayah Jaya menyahut,”Memangnya kenapa pak,apa salah saya ?”
“Disini ada siswa yang bernama Jaya,dan sangat nakal,saya tidak ingin ada siswa yang namanya Jaya lagi.bersekolah disini,bikin repot saya saja !”
“Jangan suudzon dulu pak,insya Allah anak saya anak baik-baik,percayalah pak.”Pinta ayah Jaya.
“Ya sudah,tapi kalau dia sampai berbuat nakal,akan langsung saya keluarkan dia.”
“Insya Allah tidak pak.”Ayah Jaya membela anaknya.
Setelah diterima di SD tersebut,Jaya disepelekan oleh guru dan temanya,namun ketika pembagian raport terlihat prestasinya yang memukau yaitu selalu peringkat satu dikelas.Kecerdasanya mulai dikenal luas dimasyarakat,segala macam buku dilahapnya dari buku atheis hingga agamis,sosialis,komunis,fasisme dll.Dia benar-benar seorang kutu buku sehingga cakrawala keilmuanya sangat luas.
Pujian dan hinaan diterimanya silih berganti dari tetangga-tetangganya,dari yang bilang amis atau anak miskin,madesu atau masa depan suram.Ataupun yang memujinya sebagai anak yang berbudi pekerti luhur dan berprestasi meskipun kondisi ekonomi keluarga carut marut.
Kondisi ekonomi keluarga yang sulit membuat Jaya berpikir untuk tidak melanjutkan sekolah namun,Ayahnya selalu menyemangatinya untuk bersekolah.
“Jaya,kamu anak bapak satu-satunya kamu harus sekolah,apapun yang terjadi bapak akan bekerja keras agar kamu tetap bisa bersekolah.”
Jaya mencoba menolak permintaan ayahnya karena tahu betul bagaimana keadaan ayahnya.”Bapak saya ini kan tahu betul bagaimana kondisi bapak yang kurang mampu,bagaimana kalau saya bekerja dulu baru kelak ambil kejar paket untuk mendapatkan ijazah ?”
“Jangan nak,kamu harus sekolah dari sekarang,harus !”Sahut ayahnya sembari berdiri.
“Baiklah pak,semoga Allah meridhoi upaya keluarga kita untuk menjadi lebih baik.”Jaya sudah tidak bisa lagi menolak dan didalam hatinya mengucap syukur kepada Allah SWT,karena memiliki orangtua yang sangat memperhatikan pendidikanya.
Pada suatu hari,Jaya mengalami sebuah kejadian aneh dia ditemui sosok kakek tua yang berjubah putih yang sangat berwibawa,pada waktu itu usia Jaya adalah 15 tahun,kemudian sang kakek memberi nasihat yang sangat berharga untuk Jaya
“Jaya,cucu kakek yang baik,ingatlah bahwa hidup didunia ini sangat singkat,maka pergunakanlah waktumu hanya untuk hal-hal yang bermanfa’at”
Jaya menjawab,” Baik kakek,lalu bagaimana saya bisa hidup yang bermanfa’at ?
“Engkau bisa belajar dari sosok rasul panutan umat sayyidina Muhammad SAW yang sangat berkasih saying terhadap sesama” sahut kakek.
“ Baiklah kek,do’akan saya terus agar Allah selalu membimbing saya dalam jalan yang lurus”.Pinta Jaya.
“Pasti Cucuku,kakek akan selalu mendampingimu hingga Allah SWT menakdirkan hal yang lain untukmu,karena kelak engkau akan menjadi pemimpin besar negeri ini”.Jawaban kakek yang terakhir ini diikuti dengan lenyapnya sosok tua yang berwibawa itu dari pandangan Jaya.
Jaya tetegun dan merenungkan kata-kata terakhir kakeknya,namun karena usianya yang masih terlalu muda dia tidak begitu paham,apa yang dimaksud oleh kakeknya.Yang pasti dia harus sanantiasa berbuat baik terhadap siapa saja.
Kini,hari-harinya senantiasa dihiasi dengan hal-hal yang bermanfa’at selain bersekolah dia rajin bekerja membantu orang tuanya dengan berjualan baju keliling.Karena kejujuran dan sikapnya yang santun bajunnya sangat laris dipasaran,akan tetapi banyak pedagang-pedagang pesaingnya yang iri hati dengan kesuksesan jaya berdagang,hingga tiba pada suatu hari dia dihadang oleh pedagang lain yaitu Bakir untuk dihajar agar tidak berjualan lagi.
Bakir menghadang Jaya dengan berteriak,”Heh,cecenguk busuk berhenti kau !”
Jaya berhenti dan memandang teduh wajah Bakir.”Ada apa pak Bakir kok marah-marah,apa ada yang bisa saya bantu ?”.
“Diam kau,mulutmu bau !,Pakai pesugihan apa kau biar daganganmu laris ?”
“Saya tidak pakai pesugihan apapun pak Bakir,semata-mata hanya karena Allah semata”.Jawab Jaya dengan lembut.
“Ah,Tak usah kau berkilah lagi,rasakan pukulanku ini ! (Bakir melayangkan pukulanya ke muka Jaya)
Jaya kemudian tersungkur ke tanah,namun dia tetap tenang dan tidak mau membalas,untuk menghindari pertikaian yang lebih parah Jaya pura-pura pingsan sehingga Bakir meninggalkan tubuhnya yang tergeletak dipinggir jalan itu bersama barang-barang daganganya yang berserakan.Setelah merasa Bakir sudah jauh meninggalkanya Jaya kemudian bangun dan menata kembali barang daganganya didalam keranjanganya.Setelah selesai menata barang-barang tersebut didepan jaya kembali muncul sosok kakek yang menemuinya kemarin.
“Sabarlah cucuku,sesungguhnya setelah ada kesulitan itu pasti ada kemudahan !”.
‘Iya kek,Saya akan berusaha bersabar semoga Allah memberikan hidayahNya untuk pak Bakir”.Jawab Jaya sambil meringis kesakitan.
“Kakek perhi dulu ya nak,hati-hati dijalan !”
Setelah kata-katanya yang terakhir lagi-lagi sang kakek menghilang dari pandangan Jaya.Sampai saat ini Jaya tidak mengetahui siapa sebenarnya kakek yang sudah dua kali menemuinya itu.Hanya menurut beberapa guru ngaji Jaya kakek tersebut adalah seorang yang waskita yang ditugaskan oleh Allah untuk menjaga Jaya dari segala mara bahaya.
Jaya kemudian pulang kerumah,untuk beristirahat dan paginya melanjutkan pekerjaanya sebagai pelajar yaitu sekolah.Disekolah dia sangat disegani karena perilaku jujur dan kecerdasnya yang amat memukau,dia kemudian diikutsertakan dalam Olimpiade Ekonomi mewakili sekolahnya,dengan kecerdasanya yang luar biasa itu dia mampu menembus tingkat nasional bahkan berhasil meraih medali emas olimpiade sains Internasional di Belanda.Prestasinya yang luar biasa ini membuat dirinya kebanjiran tawaran beasiswa didalam maupun luar negeri,sehingga dia tidak lagi kebingungan dalam masalah biaya pendidikanya hingga jenjang universitas.
Meskipun prestasinya sangat melejit Jaya bukanlah seorang yang lupa akan kulitnya,dia tetap menghormati orang tuanya dan guru-gurunya.Sesekali dia bersilaturahim dengan gurunya ketika SD,SMP maupun SMA.
Ketika Kuliah Jaya pernah jatuh cinta pada seorang gadis putri Guru SD yang kelak menjadi istrinya yang sholehah,namun dia diberi nasihat oleh orang tuanya agar tidak berpacaran dulu dan konsentrasi terhadap pendidikanya.
Ibunya berkata“Nak,gampanglah nanti kalau kamu sudah sukses mau wanita seperti apa pasti kamu dapat !”
“Ya Bu,mohon do’a restu ibu,ananda ingin menjadi orang yang sukses dan berhasil”.
“Kamu pasti bisa berhasil kalau kamu bersungguh-sungguh,doa ibu menyertaimu, manjada wajada !”
“Terima kasih Ibu.” Sahut Jaya dengan wajahnya yang cerah,karena baru saja mendapat ridho orang tuanya.
Lalu dia menemui gadis yang dia sukai itu,untuk menjelaskan rencana masa depanya.
“Ukhti,aku adalah seorang laki-laki yang harus bertanggungjawab untuk diriku sendiri dan kelak keluargaku.”
“Saya paham akhi,memang kamu harus menjadi orang sukses untuk kehidupanmu dimasa depan.”
“Mohon do’anya ukhti,aku akan berjuang sebagai manusia sejati.”
“Ya,akhi aku mendukung perjuanganmu.”
Jaya kemudian meninggalkan gadis tersebut untuk merajut masa depanya yang cerah,menamtkan SMA dengan nilai yang sangat memuaskan.
Setelah berhasil lulus SMA,Jaya kemudian melanjutkan Pendidikanya ke Universitas hingga jenjang S-3 ,dia kemudian menjadi dosen dan widyaswara yang cukup terkenal.
Tibalah pada suatu hari dimana pemerintah republik Indonesia mendengar tentang kegemilangan prestasi Jaya yang kini telah menjadi dosen dan bergelar Doktor dalam di Universitas Indonesia untuk membantu program penelitian dibidang pembangunan ekonomi.
Jaya,semakin terkenal dan menduduki strata yang tinggi dimasyarakat,saat itulah datanglahg kembali sang kakek yang sewaktu kecil menemuinya.
“Hai cucuku,kini engkau sudah menjadi orang besar rupanya !” Suara kakek mengalun lembut.
“Kakek,terimakasih atas do’a dan bantuanmu kek,aku teringat betul betapa susahnya hidupku dahulu.”
“Kini tiba saatnya untukmu nak,untuk ikut membangunkan garuda yang tertidur sekian lama.”
“Maksud kakek ?” Tanya Jaya sambil kebingungan memahami ucapan kakeknya.
“Membangun Negara Indonesia yang sudah carut marut ini cucuku.”
“Bagaimana caranya kek ?”
“Teruslah berjalan dan berbuat baik kepada siapa saja,nanti akan kau temui jawabanya.”
“Baik kek,do’akan saya terus.”
“Pasti cucuku !” Sang kakek kembali lenyap dari hadapan Jaya.
Jaya merenungi dalam-dalam ucapan kakenya,dia menatap pada kenyataan zaman bahwa bangsa Indonesia yang telah memberinya kedudukan yang tinggi tu,hakikatnya sedang menangis karena kemiskinan dan kebodohan yang merajalela.Dia sadar betul harus turun tangan membangun negeri ini.Oleh karena itu dia menemui Professor bidang Tata Negara.
“Prof,Negara ini butuh bantuan kita ?” Ucap Jaya memulai pembicaraan.
“Memang apa yang kau rencanakan Dr. Jaya ?”
“Kita mendirikan Organisasi Masyarakat yang benar-benar amanah untuk membangkitkan kembali negeri ini.”
“Organisasi Politik ?”
“Bukan,bukan politik kita jangan berorientasi pada kekuasaan semata,namu berorientasi pada kemakmuran rakyat.”
“Mari kita mulai langkah kecil ini dengan mengajak orang-orang yang berkompeten dan peduli terhadap nasib rakyat Indonesia.”
“Insya Allah banyak kawan-kawan saya bersedia membantu.”
Organisasi Masyarakat yang Jaya dirikan bersama beberapa kawanya itu,akhirnya menjadi organisasi yang besar dan disegani karena profesionalisme pengurusnya,dan juga ketulusan yang luar biasa.Organisasi itu berhasil mengentaskan jutaan rakyat Indonesia dari kemiskinan dan kebodohan.Namun Jaya tetap tidak suka menonjolkan diri,dia menunjukkan keberhasilan tim kerja bukan hanya dirinya sebagai penggagas.Hingga tiba pada suatu ketika teman-temanya mendorong Jaya untuk maju sebagai calon Presiden Republik Indonesia.
“Dr, Jaya sudah pantas engkau memimpin negeri ini.” Ucap salah seorang kawanya yang mengatasnamakan perwakilan semua rakyat Indonesia.
“Saya masih harus belajar dulu menjadi orang yang baik,karena ukuran baik sangat beragam,maka ini menjadi sangat susah.”
“Tidak,engkau sudah cukup mumpuni Dr.Jaya,keilmuanmu dan dedikasimu untuk bangsa dan Negara ini tidak diragukan lagi.” Sahut salah seorang temanya yang lain,yang merupakan direktur salah stu BUMN terbesar di Indonesia.
“Apabila ini benar-benar merupakan harapan masyarakat pada umumnya,saya tidak keberatan.Namun,saya tidak ingin mendapatkan jabatan tersebut dengan cara-cara politik kotor,baik money politik,maupun praktik politik keji lainya.”
“Kami akan siap membantu Dr.jaya semaksimal mungkin.”
“Lalu siapa yang akan menjadi wakil saya ?”
“Ada seorang petani sukses yang sangat peduli terhadap bangsa ini yang tinggal dilereng gunung semeru,saya kira beliau pantas menjadi wakil Dr.jaya.”
“Baiklah,besok saya harap kita bisa menemui beliau.”
“Besok akan kami antar doktor,kami do’akan semoga doktor sehat selalu.”Ucap salah seorang kawanya yang lain.
“Terimakasih ,do’a dan dukungan kalian akan membuat Allah SWT ridho terhadap perjuangan tulus kita untuk bangsa dan Negara Indonesia tercinta.”
Dr.Jaya kemudian menemui calon wakilnya tersebut disebuah desa yang sangat hijau permai dilereng semeru.
“Sudah terdengar oleh kami,keindahan budimu Dr.Jaya” ungkap pak Ilham orang yang akan ditemui Dr.jaya.
“Ah,jangan terlalu memuji pak Ilham,saya sam saja dengan panjenengan kok pak.”
Akhirnya Dr.Jaya mengikuti pemilihan presiden republik Indonesia meskipun dia dicurangi oleh lawan politiknya yang gencar melakukan politik uang dia tetap konsisten dengan pendirianya,tidak akan mengorbankan orang lain,karena sejatinya setiap calon berjuang memberikan dharma bakti yang terbaik untuk negeri ini.
Salah satu tim sukses menemuinya,untuk memintanya menyerang balik terhadap lawan politiknya yang menuduh Dr.Jaya adalah agen kepentingan Negara asing.
“Doktor,ini sudah tidak bisa dibiarkan,mereka semakin menjadi-jadi menfitnah doctor,kita harus membalas.”
Dr.Jaya menjawab dengan lembut.”Tidak usah engkau gunakan tenagamu untuk membalas polah tingkah mereka yang khilaf,lebih baik kita perbaiki diri kita agar benar-benar baik menurut Allah,boleh jadi kita ini masih buruk dihadapan Allah.”
“Luar biasa hatimu doctor,amat mulia sekali,memang engkau pentas menjadi pemimpin besar Negara ini.”
“Sudahlah,tidak usah banyak memuji,sungguh kritik itu membangun sedangkan puji itu membunuh,do’akan saya terus agar senantiasa mampu berbuat baik dan mendapat ridho serta hidayahNya.”
“Baik doktor,semoga Allah semakin mencintaimu.”
Pemilihan presiden yang diikuti lima pasang calon tersebut ,akhirnya harus dilaksanakan pemilihan putaran kedua karena belum ada satu pasangan calon yang mendapat suara diatas 50%.Dr Jaya dan Dr.Fahri merupakan calon presiden yang bersama pasanganya masing masing mendapat suara tertinggi dan berhak mengikuti pemilihan putaran kedua.
“Doktor,kondisi sudah mendesak mereka memakai serangan fajar untuk meraih suara sebanyak-banyaknya,kita harus ikuti mereka doktor.”
“Jangan,sekali lagi jangan,itu sama saja engkau mengotori niat tulus kita dengan kotoran syetan.”
“Lalu bagaimana,kalau seperti ini sudah pasti kita kalah ?”
“Dulu engkau yang meminta aku untuk mencalonkan diri,lalu sekarang kau mengajak kita semua bersama-sama terjun ke neraka !”
“Oh..tidak-tidak,bukan itu tujuan kami,sekarang kami serahkan segala kebijakan padamu doktor,kami akan menuruti perintahmu.”
“Berdoalah terus kalian,berbuat baiklah terhadap siapa saja,serahkan semua urusan kalian pada Allah SWT semata,hindari prasangka buruk,insya Allah kemenangan sejati ada di pihak kita,orang-orang yang bertanggungjawab.”
“Baik,terimakasih doktor.”
Pemilihan putaran kedua telah digelar,Dr Jaya dan pasanganya berhasil meraih suara terbanyak,akhirnya mereka mendapatkan jabatan sebagi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.Dr Jaya memerintah dengan arif dan bijaksana sehingga rakyat sangat bahagia,makmur,dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H