Lihat ke Halaman Asli

Cahya Itu Sirikit

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cahya Itu Sirikit

Tengoklah sebentar
Sebentar saja, satu atau dua detik
Tak perlu terburu-buru
Pelan-pelan saja dan rasakan
Rasakan dengan mata terpejam:
Ia datang, lalu pergi, datang lagi, pergi lagi, datang lagi, lalu pergi, datang lagi, terus begitu...

Kita sering melupakannya
Seolah ia tak pernah datang
Seolah ia tak pernah pergi
Kita nyaris tak pernah merasakannya
Apalagi menikmatinya

Otak  kita hanya berpikir tentang perut kita, makanan minuman, kendaraan, buku-buku, pekerjaan, suami, anak-anak, baju-baju, jalan-jalan, hura-hura, pesta-pesta, nonton film, dengar musik, atau bercengkerama di mana-mana, di mall, di kantor, di jalan, di facebook, di twitter, milis, di teras, di dipan, atau di meja makan...

Hati kita juga sama
Hanya bercerita tentang pengajian, ceramah iman, nasihat kesabaran, kewajiban shalat lima waktu, wisata umroh atau sosialita haji, lalu puja puji, sekadar menggerakkan irama kehidupan semata...

Yang datang tak pernah kita sapa, "hei apa kabar...!"
Yang pergi lupa kita beri salam "waalaikum salam, hati-hati ya."

Kita bukan cuma lupa
Kadang kita tak mengenalnya
Kita tak pernah bertanya ketika ia datang dan memasuki hidup kita "namamu siapa?"

Kita juga tak pernah menawarinya makan atau minum, atau sekadar duduk sebentar sebelum ia pergi dan datang kembali, lalu pergi lagi...

Padahal jika ia tak datang lagi
Seluruh keluarga kita akan menangis dan berkata "Inna lillahi..."
Teman, kawan, saudara, suami, anak-anak semua akan berduka lalu mengantarkan kita dengan luka cita...

Ayo sirikit, ia datang
Sapalah dengan senyummu yang paling manis
Kenalilah dia, sapalah namanya, "Heii...aku selalu menunggumu, merindukanmu, hampir setiap detik, siapa namamu, ajaklah saudara-saudaramu kemari, ayo kita menari, menyanyi, berzikir setiap hari...."

Ayo Sirikit, ia pergi, tunjukkan keceriaanmu agar ia datang lagi padamu...Ia sungguh akan bermain-main dengan jantungmu, berdansa dengan nadimu, mengikuti irama nafasmu...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline