Lihat ke Halaman Asli

Surat Cinta Untuk Rena

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja merekah jingga. Indah membuat hati bungah. Sirnakan segala gundah.

Di taman Rangkat yang tidak jauh dari rumahnya, terlihat Rena menikmati senja menunggu waktu buka puasa tiba. Sesekali terlihat dia tersenyum menyaksikan kupu-kupu yang menari indah mengitari area taman Rangkat.

“Rena!”

Terdengar satu suara memanggil namanya. Dia menoleh dan tersenyum melihat siapa yang datang.

“Bang Inin, ada apa?” jawab Rena sembari tersenyum

“Nih, ada surat.” Bang Inin memberikan surat dengan amplop biru muda itu kepada Rena

“Buat Rena Bang? Dari siapa?” rena mengernyitkan keningnya karena penasaran. Di lihatnya surat yang di terimanaya tetapi tidak ada nama dan alamat pengirimnya.

“Bang, kok tidak ada pengirimnya. Ini dari siapa?”

“Maaf abang tidak tahu itu tadi abang lihat di kotak pengirim saya baca buat kamu makanya saya anterin kesini.” Terang bang Inin

“Ya Sudah bang Inin pamit ya mau siap untuk berbuka” pamit bang Inin yang segera beranjak pergi.

“Makasih ya Bang.”

Karena penasaran Rena membuka surat yang diterima dengan hati berdebar.

Teruntuk Rena yang ku damba.

Dinda, ijinkanlah aku meluahkan rasa yang menyesak didada ini. Terlalu lama kurasa, dan kini ku ingin engkau tahu semuanya.

Sayup-sayup terdengar desahan

Di terpa angin malam

Menusuk menjerat hati menggelisah

Dada bidang seakan sesak tanpa nafas

Bila akan hadir kau peri penjajak

Kan ku jelang dirimu dalam sanubari

Kemanakah kan ku tandangkan sesak ini selain dirimu

Tiada sobat tiada karib

Untuk berbagi duka dan gelisah

Tanpa kusadari

Terpecik benih-benih kasih di hati ini

Membuat risau tapi ku tahu itu cinta

Kepadamu kasih permata hati

Kau hadir dalam relung hatiku yang paling dalam

Menyatu terpaku tanpa ragu

Resah ini sisakan galau

Mata sayu menatap bayang-bayangmu

Ku cinta, kusayang, kurindu padamu

Ingin ku peluk dan ku dekap dirimu takkan ku lepas

Dinda maafka aku

Aku mencintaimu

Ini adalah bulan puasa, bulan suci yang aku pilih untuk mengungkapkan rasa yang suci di hati. Semua akan ku buktikan kepadamu sedalam apa rasa ini untukmu.

Aku akan menunggu jawabmu. Bila ada waktunya ku ingin berbuka puasa denganmu. Walau hanya menikmati seporsi siomay di bawah pohon talok di ujung desa, bersamamu itu terlalu indah kurasa.

Ijinkan ku mengajakmu di malam takbir nanti, kita berdua berkuda keliling desa mengumandang takbir bersama. Kemenangan sesama dan merekatnya cinta kita berdua.

Yang mendambamu

Pangeran berkuda.

Rena tersenyum selesai membaca surat itu, sepertinya dia mulai tahu itu dari siapa. Mukanya seketika terlihat merona dengan senyum yang tersimpul sedemikian indah menambah cantik wajahnya yang putih.

Terdengar bedug magrib tiba. Rena beranjak kerumah untuk berbuka puasa.

DESA RANGKAT  menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda,  datang, bergabung  dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline