Lihat ke Halaman Asli

Tragedi Pernikahan Jingga (ECR 2#85)

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari demi hari telah terlewati. Suasana hati kian berdebar. Saat yang dinantikan tak lama lagi akan dihadapi. Jingga senantiasa brada di depan crminnya yang besar. wajahnya berseri senantiasa terlihat. bersamaan dengan cemas dan harapan yang kian menari di hatinya. karena saat yang dinantikan itu tak lama lagi akan datang.

Pagi ini Jingga terlihat sangat bahagia. Dia terlihat sibuk membolak balik halaman tambloit yang baru dibelinya, mencari cari model gaun pengantin yang akan di kenakan pada acara pernikahanya minggu depan.

Tidak bisa digambarkan bagaimana kebahagiaan yang dirasakanya saat ini. Menikah dengan seseorang yang selama ini sangat ia cintai. Dengan mata berbinar dia mencermati satu persatu gambar desine yang tersedia dalam setiap halaman tabloid tersebut. Terkadang senyumnya nampak sumringah dengan sesekali dia membayangkan bagaimana cantik penampilanya saat mengenakan gaun yang menjadi sasaran penglihatanya.

“Ting Tong”

Terdengar bel rumah Jingga berbunyi. Dengan semangat dan senyum yang mengembang Jingga bangkit dan segera berlari kearah pintu seolah dia tahu siapa orang yang datang.

“Hi, sayank lagi ngapain” sapa pemuda gagah yang berdiri di depan pintu sembari mencium kening kekasihnya Jingga yang beberapa hari lagi akan menjadi istrinya.

“Hmmm lagi lihat-lihat model gaun, yuk masuk”senyum Jingga terlihat mengembang. Segera dengan manja memeluk lengan Lala kekasihnya untuk diajak masuk.

Di Sofa yang terletak disudut ruangan dekat jendela, Jingga dan Lala tunanganya kemudian terlihat sibuk bersama mbolak balik halaman tabloid. Memilih gaun yang cocok untuk acara akbar mereka.

“Sayank, yang ini bagaimana menurutmu? Lala rasa sangat cocok untuk kamu”Lala menunjukkan satu gambar model gaun untuk Jingga. Gaun dengan warna dasar putih yang di kombinasi dengan pernak pernik yang terdapat warna ungu terlihat sangat cantik dan indah.

“Kamu suka?” jawab Jingga singkat.

“Hu uh, aku rasa sangat cocok untuk kita sekaligus selaras dengan dekorasi ruangan yang sudah kita pilih”

“Ok. Kalo gitu kita langsung ke butiknya yuk kan saat ini sudah tersedia dari keteranganya lagian kayaknya sizenya juga pas ko dengan postur Jingga”

“Ok Yuk”

Jinga dan Lala akhirnya berangkat ke butik dimana Gaun itu bisa didapatkan.

***

Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Suasana desa Rangkat ramai melebihi hari biasanya. Lengkungan janur kuning terlihat menghiasi gapura yang merupakan pintu masuk kedesa Rangkat. Terlihat para penduduk desa lalu lalang seolah sibuk menyambut pernikahan si kembang desa.

Di rumah kepala desa terlihat tenda biru yang megah.Ya Jingga adalah anak pertama dari kepala desa Rangkat yang hari ini akan segera mengakhiri masa kesendirianya. Hari ini Jingga akan segera menjadi seorang istri. Bersuami dengan seseorang yang sangat dia cintai dan sayangi.

Para tamu terlihat mulai memenuhi ruang yang telah tersedia. Jingga terlihat sangat cantik dengan Gaun yang sudah dipilihnya. Matanya berbinar indah.Senyumnya mengembang. Meski sedikit terlihat kegelisahan dari wajahnya. Tetapi kecantikanya hari ini benar benar terlihat sempurna.

Lala terlihat sangat gagah. Sesekali dia terlihat sedikit murung dan gelisah, hingga tanpa disadari Jingga melihat senyum yang seolah dia paksakan.

“Sayank, kenapa kok kamu kelihatan gelisah begitu”tanya jingga curiga

“Ah, enggak sayank…ini kok penghulunya lama sekali ya”jawab lala gugub.

Pucuk di cinta ulampun tiba. Pak penghulu yang di tunggu tunggu akhirnya datang. Suasana jadi hening. Jingga terlihat gelisah. Hatinya menjadi berdebar debar. Dia mencoba tersenyum untuk menghilangakan kegelisahanya. Sesekali dia terlihat menggenggam tangan lala erat erat.

Acara akad nikah akan segera dimulai. Pak penghulu membuka acara. Di tengah tengah pembacaan akad nikah tiba tiba seseorang datang dan menghentikan acara tersebut.

“Tunggu!!”suara seorang perempuan tiba tiba menghentikan acara pembacaan akad nikah. Jingga, Lala pak penghulu serta semua undangan yang berada dalam acara tersebut terkejut dan semua tatapan tertuju pada sosok perempuan yang datang secara tiba tiba tersebut.

“Lia, kenapa kamu sampai ada disini?”sapa Lala kaget

“Iya, kenapa?terkejut?”Jawab perempuan itu yang sejatinya bernama Lia.”Dengar semua yang ada disini. Saya minta maaf karena sudah mengganggu acara ini, tapi memang saya harus menghentikanya karena laki laki yang akan kalian nikahkan adalah calon bapak dari anak yang saya kandung. Dia masih sah suami saya”jelas Lia panjang lebar.

“Apa?Jingga bangkit dari tempatnya air mata seketika mengalir basahi pipinya nan putih bersih.

“ya, maaf mbak kita sama sama perempuan. Asal mbak tahu laki laki yang akan menjadi suamimu dia sudah beristri”jawan Lia kepada Jingga

“Lala, apa benar yang dikatakan perempuan ini? Apa benar kamu sudah menikah dan anak dalam kandungan perempuan ini adalah anak kamu? Jawab Lala!!!” Jingga terisak dalam tangisnya.

Lala terlihat bingung dengan keadaan. Dia gelisah tidak tahu mesti berbuat apa. Sesekali dia menggaruk garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

“Iya Jingga. Dia istriku tapi aku juga sangat mencintai kamu” jawab lala

“Plakkk!”Tangan Jingga spontan mendarat di pipi Lala. Lala langsung tertunduk mukanya terlihat memerah. Sementara Jingga terisak dalam tangisnya

“Lala kamu sungguh keterlaluan!! Kamu jahat.Pernikahan kita batal!! Jingga tak sudi mempunyai suami seperti kamu” dalam isaknya lalu Jingga berlari meninggalkan ruanagan itu. Semua tamu undangan terlihat bingung. Suasana menengang terlihat Lala berlari mengejar Jingga.

Jingga terus berlari berlari dan berlari. Berlari dalam isaknya. Hatinya sakit. Dia kecewa teramat kecewa. Dalam kekecewaanya kali ini dia teringat seseorang. Seseorang yang sangat mencintai dia yang sudah dia kecewakan dan dia adalah Roni keponakan om Hesya yang merupakan salah satu warga Rangkat yang sangat disegani di desa itu.

“Kang Roni, maafkan jingga”Jingga berguman disela isakan tangisnya.

Sementara di kediaman om Hesya tampak ramai juga hari itu. Terlihat sekitar sepuluh orang berada di rumah tersebut. Ternyata om Hesya baru saja menunangkan keponakanya dengan seseorang. Roni yang sudah berhasil mencegah kepergian Shelly yang pada awalnya ingin pergi menjadi salah satu TKI ke Singapura membuktikan kata katanya untuk segera menikahinya karena pada akhirnya dia menyadari bahwa dia juga menyayangi Shelly seperti Shelly menyayanginya.

“Rony, kamu harus menjaga Shelly keponakanku baik baik ya awas kalau kamu sampai mengecewakan dia!!”ucap bunda Fitri tegas seraya matanya menatap tajam kea rah Roni.

“Iya mbak Fitri tenang saja beres pokoknya”Jawab Roni tetep dengan gayanya yang selengehan.

Sementara Shelly yang memang seorang pemalu hanya diam sesekali tersenyum mendengarkan orang yang di sayanginya bercanda dengan tantenya itu. Sesekali dia tersipu kalau Roni memandanginya sambil tersenyum. Kebahagian jelas terpancar di wajahnya yang manis. Sebentar lagi dia tidak akan sendiri karena ada seseorang yang akan selalu menjaga dan selalu menemaninya.

Di tengah tengah obrolan orang orang yang ada di dalam rumah tersebut tiba tiba semua dikagetkan dengan kedatangan Jingga yang tiba tiba dan masih dengan Gaun pengantinya lengkap. Dengan terisak tanpa peduli dengan orang orang yang ada Jingga berlari dan langsung memeluk Roni.

“Kang Roni maafkan Jingga” suara Jingga hamper tak tertahan karena tangisnya.

“Jingga, kamu kenapa?bukanya seharusnya kau saat ini menikah?tanya Roni heran

“Enggak kang Jingga batal nikah”

“Lho kenapa?”

“Lala ternyata sudah beristri, Jingga menyesal memilih dia. Jingga salah. Maafkan Jingga kang,,…”

Perlahan Roni melepaskan pelukan Jingga. Mencoba menenagkan dan terlihat bingung serta salah tingkah karena merasa tidak enak hati dengan Shelly juga orang orang yang ada di tempat itu.

“Jingga coba sekarang kamu tenang, ceritakan sama kang Roni apa yang terjadi sebenarnya?” bujuk Roni

“Mbak, coba minum dulu mbak biar tenang”Shelly memberikan gelas yang berisi air putih kepada Jingga.

“Kang Roni, gadis ini siapa?”tanya jingga seraya menatap Shelly

“Jingga, dia Shelly keponakan mbak Fitri dan sekarang aku sama dia sudah tunangan”terang Roni mantap

Mendengar jawaban dari Roni jingga menjadi limbung. Dia tidak percaya dengan semua yang sedang menimpanya, ditambah orangyang tadinya dia tuju akan mampu membuat hatinya sedikit tenang ternyata malah sebaliknya. Roni yang akhirnya diharapkanya ternyata sudah memberikan hatinya pada gadis lain. Jingga lemas seolah tulang tulangnya tak lagi mampu menyangga badanya dia ambruk dan pingsan.

Saat tersadar Jingga sudah berada dalam kamarnya. Matanya perlahan terbuka. Tatapanya nanar sesekali terlihat dia mengernyitkan keningnya seolah mencoba mengingat apa yang sudah dia alami. Tiba-tiba tangisnya pecah. Dia terisak setelah menyadari apa yang sudah terjadi padanya. Acara pernikahanya berantakan. Dia gagal menikah. Dia menyesal karena baru mengetahui bahwa orang yang sangat dia sayangi dan dia cintai selama ini adalah orang yang  sudah berkeluarga.

Bu kades dengan sabar dan penuh kasih sayang memeluknya, membiarkan putrinya menangis sepuasnya dalam dekapanya. Di belainya lembut rambut Jingga anak kesayanganya sambil mendaratkan kecupan dengan harapan memberikan ketenagan pada buah hatinya.

"Sabar ya sayang, mama yakin semua ada hikmahnya. Kamu adalah anak mama yang paling kuat. Mama yakin Jingga mampu dan bisa menghadapi semua ini. Mama yakin itu sayang," di daratkanya sekali lagi kecupan hangat pada kening putri kesayanganya itu.

"Meski semua baru kita ketahui tetapi semua belum terlambat sayang, setidaknya kamu tidak jadi istri dari orang yang sudah bersuami. Mama yakin semua ada hikmahnya. Allah akan menggantikan ini semua dengan kebahagiaan yang lebih untukmu suatu saat nanti," lanjut bu kades mencoba membesarkan hati anaknya.

Jingga terlihat mulai terlihat tenang. Isak tangisnya mulai berkurang. Perlahan dia melepaskan pelukan mamanya. Mencoba kuat dan tegar. Di tatapnya bu kades dengan sendu.

"Ma, maafkan Jingga. Seandainya waktu itu Jingga mau mendengarkan nasehat mama agar mencari tahu terlebih dahulu asal-usul dia seutuhnya hal ini tidak akan pernah terjadi ." ucap Jingga dengan suara yang parau.

"Sudahlah sayang, tidak ada yang salah. Semua kejadian pasti ada hikmahnya. Semoga kedepan kamu akan bisa lebih berhati-hati dalam menentukan langkah kehidupanmu selanjutnya," terang bu kades mantab.

"Tapi Jingga malu ma"

"Jingga malu kenapa sayang. Jingga tidak perlu malu. Sudah pokoknya mulai sekarang Jingga mulai dengan hal baru. Meskipun tidak mudah coba lupakan semua. Karena kalau kamu mengingatnya selalu, itu hanya akan membuatmu sedih dan merasa bersalah selamanya, Jingga maukan?"

"Iya ma, Jingga akan mencoba."

Setelah peristiwa gagalnya pernikahanya itu hampir satu bulan Jingga malas untuk keluar rumah apalagi untuk berkumpul dengan teman-temanya. Dia banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah. Di dalam kamarnya. Bergelut dengan hobby lamanya berselancar di dunia maya.

Hari berganti, waktu semakin cepat berlalu. Kini Jingga semakin mantap dan percaya diri menyiapkan masa depanya. Membuka lembaran baru kembali. Melupakan dan menjadikan semua yang sudah terjadi sebagai batu pijakan dalam langkah kehidupanya selanjutnya. Senyum penuh semangat dan motivasi yang dia miliki membuat wajah ayunya semakin terlihat berbinar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline