Lihat ke Halaman Asli

Merokok? Apakah Telah Menjadi Budaya?

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MEROKOK??? APAKAH TELAH MENJADI BUDAYA??

Bukan hal yang asing bagi kita semua tentang rokok. Mayoritas perokok adalah pria, walaupun ada dari kaum wanita, pastilah hanya sedikit peminatnya. Yang dipertanyakan di sini adalah, “ Apakah rokok telah menjadi budaya bagi kita? “ Sebenarnya banyak pembahasan tentang rokok dari segi agama, moralitas, dan lain sebagainya, di sini hanya ingin mengulas hal tersebut menjadi sesuatu yang menarik untuk dibicarakan kembali. Sudah banyak kajian-kajian tentang rokok tersebut, tetapi mengangkat realita banyak dari warga Negara Indonesia khususnya, para kaum lelaki mengkonsumsi rokok seperti candu, banyak alasan yang mereka miliki tentang hal ini. Sebenarnya kebanyakan dari mereka mengetahui bahwa rokok dapat membahayakan dirinya sendiri. Bahkan saat ini untuk penanggulangan hal ini, terdapat gambar mengerikan pada bungkus rokok agar para perokok tersadar, tetapi pada kenyataannya mereka belum menghentikan konsumsi rokok tersebut, tetapi hanya menguranginya. Walaupun begitu, ini adalah suatu tanda bahwa mereka ingin berhenti tetapi tidak bisa.

Jika kita telaah lagi, Indonesia termasuk Negara perokok terbesar di ASEAN. Ini yang menjadi titik besar, apakah rokok telah menjadi suatu budaya bagi kita? Mayoritas lelaki perokok dimulai saat mereka remaja, meskipun ada beberapa anak di bawah umur yang berani coba-coba dengan hal semacam ini. Lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan anak, bahkan orang dewasa pun dapat terpengaruh oleh lingkungan. Remaja perokok diawali dengan keingin tahuan mereka yang sangat besar, kemudian mereka mencobanya dan menjadi kebiasaan. Ada isitilah, jika tidak merokok maka anda bukanlah lelaki, istilah ini adalah salah satu aspek munculnya para perokok baru, padahal bukan hanya dengan merokok kita bisa membuktikan bahwa kita seorang lelaki sejati. Tetapi bagi para remaja yang baru mencari jati dirinya dan peralihan dari anak-anak menjadi remaja, istilah tadi dapat mereka telan mentah-mentah dan mengikutinya. Selain itu dengan kurangnya perhatian dari orang tua, ini juga yang menjadi penyebab kenakalan remaja.

Mungkin sampai di sini opini saya, karena kurangnya ilmu yang saya miliki, saya hanya ingin menyampaikan kepada para remaja yang sedang mencari jati dirinya bahwa kehidupan yang kita jalani dengan sejarah yang mengikuti itu adalah hasil dari apa yang kita kerjakan, maka pantaskanlah dirimu untuk mengukir sebuah sejarah yang indah. Jika ada suatu yang kurang berkenan silakan shering. Thank you

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline