Lihat ke Halaman Asli

Mutilasi, Rasa, Busuk

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tunggu beberapa waktu, sayangku.

Aku akan datang menemuimu.

Untuk memotong-motong rasa yang dulu pernah kita punya.

Dan setelah rasa itu habis tak bersisa, tanpa kau sadari tubuhmu yang juga ikut terpotong-potong kini berada dalam kantong-kantong plastik yang kugenggam erat.

meleburkan rasa menjadi tiada
merasakan luka sampai tak terasa
semuanya merata
dan aku sudah tak berasa.
terima kasih

Tanpa rasa, kuseret kantong-kantong yang mulai terasa berat.

Tubuhmu tak terlalu tinggi padahal.

Tak kusangka potongan tubuhmu banyak juga.

Atau aku yang terlalu kecil memotong-motongnya?

Ah, aku tak peduli.

Semakin cepat kuseret kantong-katong ini sebelum aku merasa kantong ini semakin berat.

Kau pasti senang, sayangku.

Karena kau telah kupotong-potong dengan pisau daging yang kemaren kau tunjukkan padaku.

Senjata makan tuan.

aku hanya mau berjalan ringan tanpa rasa itu...

Dan sekarang aku lega.

Walaupun tanganku memerah karena menyeret kantong-kantong itu sendirian.

Toh, aku benar-benar sudah membuangmu.

Dengan langkah santai aku berjalan menjauhi tempat sampah busuk itu.

Ketika akan berbelok menuju gang rumahku, sekilas kulihat, kantong-kantong potongan tubuhmu mulai dirobek-robek anjing jalanan.

biarkan, memang seperti itu akhirnya. merana dalam tempat yang busuk dan dikoyak oleh binatang yang busuk pula.

Tugasku selesai.

Salahmu sendiri, sayang.

Dagingmu memang pantas jadi santapan anjing jalanan yang liar.

Sepantas kau menyakitiku dengan kata-katamu.

Aku puas.

busuk!!!



ジャカルタ、20111年10月31日




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline