Lihat ke Halaman Asli

Cinta di Tepian Senja

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hargailah setiap detik yang kau miliki bersama orang-orang yang Kau cintai, selagi mereka masih berada di sisimu, selagi mereka masih bisa tersenyum untukmu, membagi cerita, lara, tawa dan candanya padamu. sebab,,kau takkan pernah tahu kapan mereka akan pergi meninggalkamu untuk selamanya..."

***


27 Mei 2012

Hujan sore ini sudah berhenti, meninggalkan basah yang menyelimuti setiap sudut jalanan kota Bogor dan  sisa-sia airnya pun masih melekat di pucuk-pucuk pepohonan seolah menciptakan kembali gerimis tatkala dahannya tersentuh oleh sang bayu. Senja temaram dibawah lukisan yang Tuhan ciptakan begitu sempurna dalam kanvas langit. Ya,,selalu ada pelangi sehabis hujan batin Shella dari balik jendela kamarnya sambil menghela nafas panjang seolah-olah ingin membuang semua beban yang semakin hari semakin menghimpitnya. Sekali lagi dipandanginya lekat sebentuk wajah yang tersimpan rapi dalam sebuah figura. Wajah yang sangat Shella rindukan, wajah yang teramat Shella cintai yang selalu tersenyum untuknya setiap kali Shella menatapnya. Tiba-tiba saja pikiran Shella melayang pada senja yang sama, senja beratapkan pelangi yang terlukis indah saat dimana Shella masih dapat melihat wajah Pram, masih dapat mendengar suaranya, masih dapat melihat senyumnya... untuk yang terakhir kalinya.

08 Mei 2012

"Sampai kapan Shel?"

Suara Pram memecah kesunyian diantara mereka. Pertanyaan yang sama. Yang selalu terlontar dari Pram dalam setiap pertemuan-pertemuannya dengan Shella. Dipandanginya perempuan yang kini duduk dihadapannya. Perempuan yang sangat ingin Pram miliki. Tapi, sampai detik ini ia masih belum mampu membiarkan Shella memberikan sedikit ruang di hatinya untuk cinta Pram. Perempuan yang dikenalnya enam bulan yang lalu saat Pram sedang bertugas.  Gadis manis dengan bola mata cokelat yang indah dan selalu menatapnya teduh. Ah..entah sejak kapan Pram mulai jatuh hati padanya. Mungkin saat pertama kali Pram melihat Shella dengan seragam batik merah dan rambut yang digelung rapi berjalan anggun beriringan dengannya ketika Pram dan Shella sama-sama bertugas dalam penerbangan yang sama. Jakarta - Bengkulu ya...Sejak saat itu senyum ramah Shella selalu tak pernah absen mengisi hari-harinya.

"Shella...,sampai kapan kamu akan terus diam?" tanya Pram lagi tanpa melepaskan pandangnya dari Shella. Sejenak keduanya saling beradu pandang seolah sama-sama menyelami isi hati dan pikiran masing-masing. Apa yang harus dia katakan?bisik suara hati Shella. Kenapa bibirnya tiba-tiba terasa keluh. Harus menyampaikan alasan apa lagi pada Pram?Shella bingung dengan hatinya. Satu sisi dia ingin sekali menerima Pram menjadi bagian dari hidupnya. Bagian dari sekeping hatinya yang lama hilang. Namun, perih itu masih membekas terlalu dalam. Shella tak ingin lagi merasakan sakit itu. Luka yang tersisa kini memaksa Shella untuk membentengi hatinya dari cinta laki-laki! siapapun itu, termasuk cinta yang disuguhkan laki-laki dihadapan Shella saat ini.

"Kumohon, mengertilah Pram,.aku belum bisa melupakan semuanya,,aku takut jika kupaksakan malah akan melukaimu..." kata Shella pelan, tapi cukup membuat Pram kembali menghelakan nafas berat. Ya...untuk kesekian kalinya.

"Luka yang seperti apa yang tak kamu harapkan untukku, Shel..?Justru inilah yang melukaiku. Belum cukupkah yang kulakukan untuk bisa membuatmu yakin bahwa aku benar-benar tulus mencintaimu. Aku bukan Dion. Bukan seperti laki-laki yang pernah melukaimu, mengecewakanmu.." sahut Pram. Diraihnya jemari Shella dengan lembut. Digenggamnya erat, seolah tak ingin melepaskannya. Ditatapnya kembali mata cokelat yang teduh milik Shella. Ingin mencoba kembali meyakinkan Shella bahwa dia takkan pernah membuat gadis ini kecewa, sedih apalagi sampai meneteskan air mata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline