Lihat ke Halaman Asli

Nikmatnya “Digauli” dan “Menggauli”

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Waktu bekerja disalah satu perusahaan di Jakarta, saya punya sahabat. Awalnya sih dia kelihatan baik, care dan setia kawan. Dengan anggapan seperti itu, saya putuskan untuk mengontrak disalah satu rumah di daerah Kebon Jeruk.

Selang beberapa bulan saya jenuh dengan sikapnya. Egois dan suka memaksakan kehendak. Kalau memaksakan kehendaknya ke arah kebaikan, no problem bagi saya. Tapi kalau keburukan, ini yang jadi masalah.

Kadang, ngajak nongkrong bareng di salah satu tempat yang biasanya banyak ditongkorongi para artis. Parahnya lagi, nongkrong sambil minum bir bintang dan mix max, yang bagi saya tidak terbiasa dengan itu.

Tak hanya itu, prilaku buruknya juga seperti minum-minuman keras, bermain remi dengan uang alias judi, kerap kali dilakukan tiap malam. Ini yang buat saya segan untuk menjadikan dia seorang teman. Saya pun putuskan pindah kostan.

Tak disangka ini menjadi masalah juga ditempat kerja. Kadang saya juga merasa tak enak jika bertemu di tempat kerja. Kadang saling marah-marah sampai kekerasan fisik. Jika saya ladeni dengan kekerasan, kemungkinan saya akan rebut. Tapi tetap saya tahan, dengan pertimbangan ini perusahaan tempat mencari nafkah bukan tempat unjuk kekerasan apalagi buat preman-premanan.

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, karangan Imam Ghazali, memang setiap orang tidak patut dijadikan teman. Rosulullah pun memberikan peringatan, “Manusia itu mengikuti kebiasaan temannya, maka hendaklah seseorang dari kamu melihat siapa yang akan dijadikan temannya.”

Imam Ghazali menyarankan, dalam memilih teman harus ada yang dipertimbangkan, di antaranya berakal, berakhlak baik,  tidak fasik, tidak melakukan bid’ah dan tidak berambisi dalam keduniawian.

Bahkan, Amirul Mukminin, Ali RA, mengatakan :

Janganlah bereman orang bodoh

Awaslah kamu terhadapnya

Betapa banyak orang bodoh yang membinasakan

Seorang penyair juga berkata :

Aku merasa aman dari musuh

Yang berakal

Dan takut teman yang tertimpa

Kegilaan

Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kita memutuskan persahabatan dengan orang-orang yang bodoh, apalagi sifat dan kelakuannya jauh dari apa yang diperintah dan dilarang Allah.

Siapa yang takut kepada Allah, tentu tidak akan melakukan dosa besar. Sebaliknya, siap ayang tidak takut kepada Allah, maka ia suka sekali mengganggu atau berbuat jahil kepada orang  lain.

Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya,” (QS. Al-Kahfi : 28)

Ada nasihat yang sangat indah sekali dari Al-Qomah kepada anaknya dalam mencari teman yang baik. Dia bilang :

Hai anaku, jika engkau perlu berteman dengan orang, maka bertemanlah dengan orang yang apabila engkau melayaninya, ia pun melindungimu, dan jika berteman dengannya, ia menghiasimu. Jika engkau  tidak mampu menggunakan hartamu, bertemanlah dengan orang yang apabila engkau berbuat baik kepadanya, ia pun membalasmu. Dan jika engkau berbuat dosa, ia pun mencegahnya. Bertemanlah dengan seseorang yang apabila engkau meminta sesuatu darinya, ia pun memberimu, dan jika engkau diam, ia pun menyapamu. Dan jika engkau mengalami musibah, ia menolongmu. Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau berkata, ia benarkan perkataanmu, dan apabila engkau hendak melakukan sesuatu, ia pun menasehatimu, dan jika kalian bertengkar, ia lebih mengutamakanmu.

Manusia memang tak ada yang sempurna. Ada kekurangan yang dimiliki seseorang. Sebab, kesempurnaan itu hanya miliki Allah. tapi patut juga dicatat, ketidak sempurnaan yang bagaimana yang kita benci dan kita senangi. Tentunya, ketidaksempurnaan yang kita benci adalah ketidaksempuraan dalam sikap dan sifat yang merugikan orang lain.

Andaikata ketidaksempurnaan seperti fisik, kemisikinan tak patut kita membencinya.

Seorang penyair berkata :

Engkau tidak akan mendapatkan teman

Bila engkau tidak memberikan dalam kekurangannya

Sebab, manusia manakah yang terdidik sempurna




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline