Lihat ke Halaman Asli

Progeria: Anakku Sayang Anakku Malang

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel



Judul Film : PAA

Sutradara : A.B Corp Ltd dan Sunil Manchanda

Writer and director : R.Balki

Manusia dengan tingkat kesadarannya yang tinggi, dianggap wajar menginginkan segala kebutuhannya terpenuhi. Termasuk kriteria anak yang ia inginkan. Maka menjadi wajar pula, Jika setiap orang tua mendambakan anak yang sempurnabaik segi fisik dan lainnya. Meski di lain sisi, orang tua juga sering lalai, bahwa ada banyak kebutuhan yang harus mereka penuhi jika menginginkan anak seperti itu, seperti pemenuhan gizi yang seimbang untuk calon bayi, pengontrolan emosional yang baik pada ibu, dan beberapa hal penting lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan ibu.

Banyak orang tua yang tiba-tiba putus asa karena kelahiran anak tidak sesuai dengan harapannya. Cacat secara fisik, seperti  tangannya mengecil, telinga yang kecil, hidung yang bermasalah, rambut yang tak kunjung tumbuh, atau mengalami buta dan bisu. Bahkan yang lebih  parah lagi cacat fisik yang diikuti dengan cacat psikis. Cacat psikis ini juga yang kemudian diidentifikasi sebagai anak yang memiliki kebutuhan khusus. Berbagai permasalahan anak ini telah dialami oleh manusia sejak dahulu kala, namun baru di abad ke 18 ditengarai lahirnya ilmu psikologi.

Di tahun 1752, tepatnya di London Inggris telah ditemukan satu penyakit pada anak yaitu Progeria. Progeria merupakan penyakit kesalahan kode genetik (terjadi mutasi), tepatnya kelainan protein (Lamin A) di sekitar inti sel atau menurut para ahli lainnya kesalahan terdapat di kromosom nomor 1, pada seseorang yang mengakibatkan penuaan dini sebelum waktunya.

Progeria terdiri atas dua jenis yaitu sindrom Hutchinson-Gliford (progeria yang dialami di masa kanak-kanak) dan sindrom Werner (progeria yang dialami di masa dewasa)
Progeria masa kanak-kanak atau yang disebut sebagai sindroma Hutchinson-Gliford ditandai dengan adanya kegagalan pertumbuhan pada tahun pertama kehidupan.

India, salah satu negara yang pernah meluncurkan film yang mengusung tema penderita Progeria. Auro, sang tokoh utama yang diperankan langsung oleh aktor senior Boliiwood Amitabh Bachchan. Film yang mengusung semangat kemanusiaan ini mengandung banyak pesan moral untuk para calon orang tua dan para orang tua, termasuk masyarakat umum yang masih memandang anak yang berkebutuhan khusus dengan sebelah mata.

Auro, yang lahir dari hubungan cinta dari Vidya (Vidya Balan) dan Amol (Abhishek Bachchan), yang saat itu masih menempuh studi. Vidya sebagai mahasiswa kedokteran dan Amol sebagai mahasiswa Ilmu perpolitikan. Terkejut, menerima kabar tentang kehamilan Vidya, Amol yang saat itu masih sangat idealis ingin mewujudkan cita-citanya sebagai politikus, tiba-tiba memutuskan untuk mengaborsi janin yang ada di kandungan Vidya. Sedang vidya ditengah-tengah keputus asaannya hampir mengiyakan untuk mengaborsi janin tersebut, mengingat ia juga ingin mewujudkan cita-citanya menjadi doktor muda. Semangat dan dorongan serta kekuatan untuk tetap bertahan dari ibu Vidya saat itu menyelamatkan segalanya, termasuk nasib janin yang dikandung Vidya.

Selayaknya penderita progeria lainnya, Auro lahir dalam keadaan normal, tidak ada tanda-tanda kecatatan sama sekali. Namun tepat di usia 6 bulan, Auro harus mendapat perawatan yang sangat intens di Rumah Sakit. Tubuh Auro lemah dan sangat rawan terserang penyakit.

Sejak saat itu, dokter pun memvonis bahwa Auro adalah penderita progeria. Seperti lazimnya, anak penderita Progeria, pada umumnya, baru ‘disadari’ setelah usia anak mencapai satu tahun. Gejala utamanya, rambut rontok hingga botak, tubuhnya mengecil, dan ada kelainan serta perkembangan tulang yang tak sempurna.

Setelah enam bulan itu juga akan ditemukan Indikasi lain, seperti pembuluh darah di batok kepala terlihat jelas, kulit tak mulus, kuku menjadi rapuh, melengkung, dan kekuning-kuningan. Kaki pun mengalami pengeroposan. Selain itu, gigi tumbuh jarang.

Saat kondisi ini terjadi, dipastikan tidak banyak orang tua yang siap secara mental dan finansial dalam menangani anaknya. Vidya pun demikian, Ia banyak mengahabiskan waktumempelajari lebih banyak tentang progeria.

Minimnya pengetahuan masyarakat tentang permasalahan-permasalahan anak di masa modern ini mengakibatkan mudahnya mencibir dan memandang sebelah mana anak-anak yang melewati batas normal atau abnormal. Cemoohan dan cibiran dari masyarakat umum saat Vidya mengajak Auro bermain ke taman kota pun dirasakannya. Saat ia ditanya, ia menjawab dengan sikap tegasnya, “ini karena kelainan kromosom. Setiap manusia memiliki kode genetika sendiri. Kombinasi kromoson A C G & T. Karena akibat dari mutasi genetis, maka kromosom T menggantikan C. Namanya Auro, anak yang beruntung bukan?”.

Penderita progeria adalah anak-anak yang mengalami penuaan diri secara fisik, termasuk seluruh organ tubuh. Fungsi jantung, fungsi ginjal dan kekuatan tulang juga mulai menua. Ia tidak berfungsi normal sesuai usianya. Maka penderita progeria selalu rawan penyakit. Auro tidak pernah diizinkan bermain-main dan memforsir tenaganya secara berlebihan. Saat jam istirahat datang, teman-temannya banyak menghabiskan waktu untuk bermain bola basket di lapangan sekolah, tapi ia hanya melihat dan berteriak-teriak memberi semangat dari kejauhan.

Beruntung, pertumbuhan Auro didukung oleh lingkungan yang baik. Di sekolah Auro memiliki teman yang sangat menyayanginya, serta guru yang memahami kondisinya.Hingga hampir tidak pernah mereka memandang Auro dengan sebelah mata. Keadaan ini otomatis memberi pengaruh yang baik untuk perkembangannya.

Besarnya pengaruh kesehatan psikis dengan dunia medis, menjadi kajian tersendiri dalam pembahasan ini. Layaknya kasus progeria, hubungan antara kelainan fisik dengan psikis satu sama lain saling melengkapi kondisi buruk penderita. Seperti karena keterbatasan maksimalisasi kerja organ-organ fisik; otak yang mudah merasa lelah membatasi perkembangan kognisi penderita, tulang yang mulai rapuh membatasi perkembangan motoriknya. Namun, dalam narasi film PAA, didapati sutradara member pengecualian pada kasus Auro. Sangat jelas digambarkan, di usia 12 tahun saat Auro mulai tampak seperti kakek-kakek berusia 80 tahunan, daya ingat dan kecerdasannya tetap seperti anak di usia perkembangannya. Pernah suatu ketika, temannyamengutuki teori aljabar, “Auro, menurutmu mengapa hitungan ini harus dijabarkan x=(2.57+6)X3 dan Y=(7.76-4)X6. Maka Y+X= berapa?... ini sangat susah sekali. Kenapatidak langsung disebutkan saja (2.57+6)X3 + (7.76-4)X6=?.. untuk apa diperlukan X dan Y?.”

Tapi dengan cerdasnya Auro menjawab,

“Siapa namamu? “

“Visnu”

“Siapa namaku?”

“Auro”

“Lalu kenapa jadi susah?, kenapa tidak disebutkan saja menjadi 2 mata, 2 telinga, 1 hidung, 1 mulut, 2 tangan, 2 kaki, 1 pankreas, 1 jantung, 1 otak dan 0 rambut. Dan kenapa kau tak disebut menjadi 2 mata, 2 telinga, 1 hidung, 1 mulut, 2 tangan, 2 kaki, 1 pankreas, 1 jantung, otak nol dan 100 ribu rambut? apa perlunya Visnu dan Auro?.” Sebuah analogi sederhana yang cukup cerdas yang lahir dari anak penderita progeria.

Namun dalam pandangan medis, berkenaan dengan kinerja jantung, paru dan beberapa organ penting lain yang semakin hari semakin melemah. Usia anak progeria tidak pernah bisa lama, diusia 12 seluruh organnya sudah menjadi organ lansia berusia 70-80an tahun. Maka bukan hal yang mengejutkan, para penderita progeria tidak pernah memiliki kesempatan hidup lebih lama. Mereka hanya bisa hidup sampai usia 13-14 tahun saja. Setelah itu tak ada harapan jantung dan semua organ yang lain akan tetap bekerja.

Gejala yang bisa berakibat fatal adalah jika mengalami kekakuan pembuluh darah. Terlebih bila kekakuannya terjadi di pembuluh darah jantung, maka kemungkinan besar si penderita akan mendapat serangan jantung atau stroke. "Pembuluh darah jantung mesti diperhatikan karena menjadi penyebab utama kematian di kalangan penderita progeria. Begitupun Auro, dalam satu adegan, ia jatuh tertungkup di halaman sekolah saat bermain kasti dengan teman-temannya. tenaga dan daya fisik yang sangat terbatas, membuat ia sangat mudah sakit. Di usianya yang hampir 13 tahun, dokter menyarankan untuk berhenti sekolah dan sebanyak mungkin beristirahat untuk tetap menjaga daya tahan tubuhnya. Namun Vidya tetap bersikeras, “tidak dok, ia senang sekolah”.

Terlepas dari keadaan fisiknya yang terlihat tua, Auro tetap anak kecil yang tumbuh dengan segala permasalahan anak-anak. Tentang pertemanan, tentang kebutuhan dimanja, dan emosional yang masih mudah labil. Di usianya yang ke 13 tahun, ia kemudian diresahkan dengan keberadaan ayahnya di sampingnya. Pengaruh hubungan pertemanan di usianya memang sangat besar dalam membentuk karakternya. Ia mendapatkan definisi ayah sesuai dengan apa yang ia dengar dari temannya. anak-anak progeria memiliki sensitifitas yang tinggi dan emosional yang sangat sering labil.

Di halaman sekolah, saat teman-temannya membicarakan tentang sumpah serapah untuk anak haram, karena tidak memiliki ayah. Ternyata hal itu cukup mengganggu emosional Auro, tak lama ia tiba-tiba terlihat lemas, dan jatuh tertungkup hingga tak sadarkan diri. Inilah saat terakhirnya di rawat di Rumah sakit, dan seperti nasib anak-anak penderita progeria yang lain, ia pun meninggal dunia di usia 13 tahun.

Minimnya pengetahuan tentang permasalahan anak-anak membentuk pola pikir yang juga terbatas bagi seluruh masyarakat. Banyaknya pandangan yang masih sebelah mata untuk orang-orang yang memiliki nasib yang kurang beruntung mengindikasikan belum terbukanya pola pikir dan cara pandang yang lebih luas dari masyarakat. Padahal jika ingin dikoreksi lebih lanjut, banyak alasan dan latar belakang orang-orang tersebut juga tak banyak yang tahu. Mestinya konsep “yang sadar yang lebih peduli” bisa diterapkan dalam hal ini, agar tercitanya kehidupan yang harmonis dalam kehidupan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline