Lihat ke Halaman Asli

Ayo Hindarkan Isue SARA dalam Berpolitik...!!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Refleksi Dari Pra Dan Paska Pemilihan Bupati Kabupaten Sintang) Berpolitik merupakan alat seseorang untuk menuju sesuatu yang hendak dicapai baik dalam hal yang birokratis maupun dalam hal yang sifatnya tidak formal. Politik merupakan sesuatu ilmu pengetahuan yang sebenarnya semua orang tanpa disadari, sudah melakukan tindakan tersebut (berpolitik), haya bagaimana kita mampu untuk memenejemen etika berpolitik tersebut. Berbicara politik adalah berbicara menang kalah walaupun untuk menuju kemenangan tersebut mengunakan beribu macam cara. Bagi orang yang kalah politik bisa mengatakan bahwa politik itu sangat kejam dan justru bagi orang yang katakanlah berhasil dalam berpolitik bisa mengatakan bahwa politik adalah alat yang paling ampuh. Kira-kira beberapa pekan yang lalu, di Kabupaten Sintang Propinsi kalimantan barat melaksanakan roda pemerintahan dengan pemilihan Bupati baru. Ketika menjelang pencalonan, sudah kelihatan ada beberapa orang yang mengangap bahwa dirnya mampu untuk memimpin seluruh masayarakat Kabupaten Lahat. Dan masing-masing calon mempunyai misi dan program kerja yang sangat bagus semua. Dalam proses perjalanan pencalonan, disini diantara calon yang menurut bahasa saya adalah mengunakan berbagai macam etika berpolitik, baik berpolitik dalam berkempanye dengan menyerang saingannya dengan ungkapan yang tidak benar maupun dalam hal tindakan money politic.. dan yang lebih menarik lagi diantara calon dalam proses kempanyenya lebih menitikberatkan nuasa SARA, kalau seandainya orang daerah itu (salah satu daerah dikabupaten sintang) yang menjadi Bupati, maka orang kita tidak ada yang bisa menduduki posisi yang penting. Dan kalau seandainya calon itu jadi, maka kejahatan justru akan merajalela, dan banyak lagi Black Proganda lainnya. Dengan demikian, setelah kita memahami beberapa penjelasan diatas, maka disini penulis mengangap ada beberapa hal yang perlu kita resapi dan kritisi. Pertama, diantara calon ada yang ketika kempanyenya lebih yang menyingung nuasa SARA. Padahal masalah SARA adalah masalah yang sangat sensitif, dan ironisnya yang paling berbahaya adalah propaganda ini digembor-gemborkan kepada masyarakat awam di Kabupaten Sintang, sementara sebagaimana kita tahu bahwa penduduk Kabupaten Sintang terdiri dari beberapa suku dan daerah, melayu, dayak, jawa, batak dll.. . Kedua, money politic. money politic dalam berkempanye adalah sesuatu hal yang tidak bisa ditinggalkan baik dalam kempanye pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati, Anggota DPR , dan menurut pengamatan saya perbutatan jahat ini juga dilakukakan oleh calon Pemimpin Kabupaten Sintang. Ada beberapa alasan mengapa penulis mengankat menulis strategi dan etika berpolitik dintara calon Bupati di Kabupaten Sintang. Pertama, semakin di gembor-gerborkan persoalan SARA ke masyarakat Kabupaten Sintang, ini bukan meningkatkan layolitas untuk daerah atau pemimpin., justru akan memecah belah dintara beberapa masyarakat simpatisan dan suku di Kabupaten Sintang. Salah satu fakta dari dampak perbuatan tersebut, adalah munculnya KKN, dimana kebanyakan pegawai Pemda dari keluarga Penguasa yang terpilih. kedua., ada beberapa hal dampak negatif dari money politic ini adalah pertama buat yang diberi uang (sebagian masyarakat), ini akan membodohkan masyarakat untuk tidak berpendirian. dan buat calon, dengan memberikan uang kepada masyarakat untuk dipilih, padahal masyarakat belum tentu akan memilihnya, dan tindakan ini akan mengecewakan sekali kalau yang melakukan ini tidak terpilih. Selain itu juga, ada hal menyedihkan buat kita semua khususnya warga Kabupaten Sintang dengan melihat beberapa sosok dari pemimpin kita saat ini, ada beberapa hal menurut hemat penulis pertama, pemimpin kita saat ini belum mampu untuk merealisasikan aspirasi masyarakat Kabupaten Sintang, contoh sederhana, dari dahulu warga Kabupaten Sintang sangat mendambakan sekali jalan raya yang bagus, keamanan diri terjamin, dan bisa menikmati bangku sekolah bagi masyarakat yang kurang biaya, namun dari beberapa pemimpin yang berkuasa hingga saat ini belum ada yang dapat merealisasikan impian masyarakat Kabupaten Sintang tersebut. Kedua, pemimpin warga Kabupaten Sintang tersebut berprinsip KKN. Menurut penyelidikan penulis mayoritas pegawai Pemda dari orang yang pemimpin senangi bahkan dari sanak familinya dan yang lebih memprihatinkan adalah yang diangkat menjadi pemimpin-pemimpin institusi daerah hanya orang yang sejalan, seSuku ,seAgama dan lain sebagainya yang tentunya hal itu sangat merugikan orang lain yang lebih punya intensitas untuk masuk kedalam birokrasi dan jika dipandang dari segi keadilan ini sungguh sangat tidak adil . Ketiga, pemimpin Kabupaten Sintang sangat feodal, hingga masyarakat Kabupaten Sintang khususnya susah sekali untuk menemui untuk memberikan aspirasinya untuk ikut serta membangun daerahnya,terutama mahasiswa. Padahal mahasiswa adalah generasi penerus untuk nasib Kabupaten sintang kedepannya, nah kembali kepersoalan SARA yang diangkat ketika kampanye dan mungkin juga dalam kehidupan sehari-hari yang sangat memprihatinkan tersebut juga merambah keMAHASISWA, terutama mahasiswa yang berada diluar pulau(menuntut ilmu dinegeri orang) yang sangat kelihatan sekali bahwa isu SARA tersebut sudah menempel dan membatu diotak mahasiswa yang tentunya hal ini sangat tidak baik untuk keutuhan daerah maupun negara kesatuan republik indonesia ini. Pemimpin hanya akan memberikan Dana/ Beasiswa secara tebang pilih kepada Mahasiswa yang seAGAMA, seSUKU dan satu Ras dan tentunya yang mendukungnya ketika pemilukada berlangsung. Sungguh sangat tidak adil hidup ini ketika manusia hanya memikirkan perut sendiri dan keluarganya, seakan-akan yang berhak hidup hanyalah dia dan keluarganya sedangkan yang lain tidak. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang adil, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan berpolitik dan tentunya tidak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan SARA karena hal tersebut sangat sensitif sekali ketika disinggung. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Demikian beberapa ulasan dari hati nurani penulis yang selama ini di simpan, karna penulis menyadari mau tidak mau bahwa penulis asli bagian daerah Kabupaten Sintang, semoga dengan tulisan ini akan senantiasa mengingatkan kita semua untuk tidak berbuat demikian, terutama buat penulis sendiri. dan penulis terus berdoa semoga warga Kabupaten Sintang akan menemukan pemimpin yang mereka harapkan demi terwujudnya kota Sintang yang lebih maju dan kreatif dalam berbagai sendi kehidupan yang tentunya hasilnya kita juga yang merasakan dan menikmatinya kelak dikemudian hari. Aminn… Oleh: Bambang supriadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline