Lihat ke Halaman Asli

Top oh Top

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perjalanan dari Semarang ke desaku cukup melelahkan. Tiga jam setengah lebih harus berkutat dalam bus. Maklum saya merantau, mencari secercah ilmu dan pengalaman. Hampir tigs bulan saya tak bertemu keluarga, bentuk, rupa, seperti apa pun tak tahu selama itu. Hanya bising suara saja. Oh teknologi kan sudah canggih. Ah tetap saja teknologi hanyalah teknologi. Teknologi yang TOP sekalipun tak ada yang dapat mengobati rasa rinduku. Sepanjang perjalanan saya tidur, E… saat terbangun ada pengamen yang yang menyanyikan sebuah lagu berjudul TOP. “Yang ini Top, Top, Top. Sekali lagi Top. Oh penumpangnya Top,” cuplikan lagunya.

Setibanya di pojok gang jalan, sesosok wanita bergurat kemarahan menghadang. Dia begitu marah-marah, mata melotot, hidung kembang kempis, TOP banget marahnya. Ternyata dia telah menungguku setengah jam yang lalu. Maklum jalanan macet.

Satu hari kemudian biasa orang desa saat bulan puasa pasti banyak yang berburu pahala. Begitu pula dengan Bu Asiyah tetangga sebelah, membagi-bagikan makanan ke tetangga-tetangga. Isinya nasi, ayam, lalap, sambal, dan buah.lima menit kemudian tiba-tiba keponkan saya yang berumur tiga tahun menangis histeris. “Edes, edes”. Wah ternyata sambal Bu Asiyah TOP banget, TOP markotop. Puedese rek rak gadubilah (bahasa orang pesisir).

Sore harinya saya dan sepupu berbelanja ke swalayan yang jarak tempuhnya satu jam. Maklum ke kabupaten sebelah. Di tengah jalan kami di tilang polisi. Karena helm yang saya kenakan belum tertancam pengeratnya. “Ah polisi ini pasti hanya mengada-ada saja, supaya dapat umpan balik dariku,” ujar dalam hati. Benar, polisi itu meminta uang sejumlah seratus ribu, kalau tidak ikut sidang saja. TOP banget polisi itu dalam sekejap puluhan kendaraan ketilang. Jika satu kendaraan seratus ribu di kali sebanyak itu. TOP bangetlah untuk pak polisi.

Saat perjalanan balik dari swalayan sial motor kami mogok. Terpaksa harus nyervis dulu. Satu per satu bagian di lepas. E ternyata oli motor saya sudah pekat tak layak digunakan lagi. Montir menawarkan berbagai merk oli. Namun, hanya satu yang ada di hatiku TOP 1.Sementara adzan berkumandang, akhirnya kuputuskan berbuka di warung sebelah dengan segelas es kelamud, Puasa satu hari ini sungguh melelahkan, namun senang juga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline