Lihat ke Halaman Asli

Eki Tirtana Zamzani

Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Pedagang Asongan Mengais Rezeki di Keramaian

Diperbarui: 8 September 2019   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Tuhan menciptakan mahluk hidup dengan menjamin rezekinya. Bagi manusia untuk mendapatkan rezeki harus bekerja terlebih dahulu. Bagi pekerja kantoran rezeki sudah ada jatahnya untuk setiap bulan dari perusahaan.

Bagi pedagang asongan rezeki tidak menentu tergantung dari jumlah pembeli. Adanya pawai ta'aruf kota mojokerto kemarin (8-09-2019), banyak pedagang asongan berjualan di sekitar area pawai karena banyaknya masyarakat yang ingin menonton. Keuntungan dari berdagangan bisa digunakan untuk menambah asap yang mengepul di dapur. Selain itu untuk kebutuhan anak-anaknya di sekolah.

Tuhan Menjamin Rezeki Hewan
Ketika kita melihat burung, pagi berangkat mencari makan ketika sore menjelang akan pulang ke sangkar dengan membawa makanan. Cicak di dinding hanya berdiam saja mengawasi lengahnya nyamuk, saat nyamuk lengah hap-hap lalu di tangkap.

Laba-laba dilengkapi Tuhan dengan kemampuan membuat sarang untuk menjebak mangsanya. Saat terperangkap maka mangsa akan dibungkus dengan benang lalu disimpan dulu sebagai makanan cadangan. Hal ini tentu sabagai bukti kalau Tuhan sayang dan peduli terhadap kelangsungan hidup mahluk-Nya.

Dalam jaring-jaring makanan ada siklus mengalirnya makanan untuk mahluk hidup. Mulai dari tanaman (produsen), hewan pemakan tanaman (konsumen 1), kemudian hewan pemakan daging (konsumen 2), setelah itu jika hewan sudah mati maka akan busuk dan diuraikan oleh bakteri.

Tuhan Menjamin Rezeki Pedagang Asongan
Pedagang asongan bekerja siang hari saat sinar mentari berada diatas kepala. Ada pejaja makanan dan minuman, mainan anak-anak, buku bergambar, hingga kipas. Mereka tidak tinggal diam, mendatangi calon pembeli untuk menawarkan barang dagangannya.

Teman-teman saya ada tiga orang, Bu Liya, Bu Fi'ah, dan Bu Aram. Ketiga teman saya ini sudah berkeluarga. Mereka melihat pawai dengan anak-anaknya. Sebelum acara pawai, teman-teman saya sarapan terlebih dahulu. Ada yang sudah membawa bekal dari rumah. Ada juga yang tidak menyiapkan bekal dari rumah sehingga membeli mie instan yang sudah matang.

Waktu itu Bu Liya membeli air mineral berbotol isi 600 ml  seharga Rp.5000,00. Tentu harga ini naik dua kali lipat dari harga normal. Biasanya harganya sekitar Rp.2.500,00 - Rp.3.000,00. Hal ini bisa disimpulkan pedagang mengambil keuntungan senilai harga barang atau mendapat untung mencapai 100%.
Menurut bu Liya pedagang itu sebaiknya tidak boleh mengambil keuntungan senilai harga barang. Mungkin yang dijadikan patokan bu Liya adalah dalam pembagi warisan. Masing -masing Ahli waris dapat 1/3 bagian. Artinya keuntungan hanya sekitar 1/3 dari harga beli.

Rasulullah SAW bahkan, pernah mendapatkan laba hingga 100 persen saat jual beli kambing. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, "Bahwa Nabi SAW memberinya (urwah) uang satu dinar untuk dibelikan kambing. 

Maka, dibelikannya dua ekor kambing dengan uang satu dinar. Kemudian, dijualnya yang seekor dengan harga satu dinar. Setelah itu, ia datang kepada Nabi SAW dengan membawa uang satu dinar dan seekor kambing. Kemudian, Nabi SAW mendoakan semoga jual belinya mendapat berkah. Dan seandainya uang itu dibelikan tanah, niscaya mendapat keuntungan pula". (Republika.co.id/31-12-2019)

Dari sumber tersebut. Hal ini berarti pedagang boleh mengambil keuntungan yang mencapai 100%. Berlanjut ke cerita berikutnya, ada salah satu teman saya yang berbaik hati membelikan kacang tanak. Kita semua ditraktir oleh beliau. Lumayan camilan kacang bisa dimakan untuk mengganjal perut yang keroncongan sambil menunggu anak-anak. Saya saat itu belum membeli sesuatu di area pawai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline