Lihat ke Halaman Asli

Eki Tirtana Zamzani

Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Berebut Kursi Panas Istana Jilid II

Diperbarui: 16 April 2019   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://kartun.inilah.com

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sebentar lagi akan ditentukan melalui coblosan di bilik-bilik suara di tempat pemungutan suara (TPS). Rakyat Indonesia akan mempunyai pemimpin baru. Hanya ada dua pilihan yakni Presiden Jokowi atau Prabowo Subianto. Pilihan rakyat dan ketetapan Tuhan yang akan mengantarkan salah satu capres menuju kursi Istana jilid II.

Rakyat yang berhak untuk menentukan siapa yang akan menjadi Presiden Indonesia pada lima tahun berikutnya. Presiden Indonesia begitu istimewa karena menjadi kepala negara dan sekaligus sebagai kepala pemerintahan. 

Hal ini sesuai dengan sistem pemerintahan presidensial. Presiden tidak hanya sebagai simbol negara. Namun Presiden juga berhak untuk membentuk kabinet dalam pemerintahan. Sehingga Presiden juga berkewajiban untuk memilih Menteri untuk memimpin di lembaga-lembaga pemeintahan.

Hak pilih rakyat harus di pakai pada saat hari-h pencoblosan. Jangan sampai kita berfikiran suara kita tidak berpengaruh terhadap hasil pemilu. Bayangkan apabila banyak rakyat yang berpikiran seperti itu maka otomatis akan banyak suara yang menjadi golongan putih (golput). 

Pemenangnya bisa jadi kursi kosong. Tentu hal ini akan menambah rumit pilpres tahun ini. Hal ini bisa menyebabkan diadakannya pemilihan ulang lagi yang pastinya membutuhkan biaya yang besar. Dampaknya akan membebani anggaran biaya pembelanjaan negara (APBN). 

Apabila kita belum punya pilihan Presiden pada hari Rabu, tanggal 17 April 2019. Jangan malu untuk meminta pertimbangan kepada keluarga, seperti : ayah, ibu, dan saudara kita. Meskipun dalam satu keluarga ada perbedaan pilihan. Hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan. Karena sebagai wujud demokrasi di lingkungan keluarga. Saat kita berdiskusi kepada mereka. Kita akan mendapatkan pengetahuan baru mengenai keunggulan dan kelemahan masing-masing kandidat calon Presiden.

Jokowi adalah Kita

Jokowi merupakan sosok pemimpin sederhana. Paras wajahnya begitu khas yakni wajah pribumi. Berbaju putih dengan kain lengan panjangnya yang dijinjing dan bercelana hitam. Tutur katanya yang sederhana dan tidak berlebihan. Selain itu ada sisi humoris pada diri beliau. Keluarganya terlihat begitu harmonis dimata publik.

Jokowi bukan seorang ketua partai politik. Saat beliau maju pada pilpres 2014 karena dorongan dari rakyat. Ketua umum partai PDI-Perjuangan yakni Megawati Soekarno Putri melihat kans yang besar untuk menang jika Jokowi maju pada pilpres tahun itu. Jokowi yang saat itu menjadi Gubernur DKI Jakarta menerima mandat langsung dari Megawati untuk maju sebagai capres dari partai PDI-Perjuangan.

Suara rakyat pada pilpres tahun 2014 menunjukkan kemenangan Jokowi dari rivalnya Prabowo Subianto. Presiden Jokowi di lantik bersama wakil Presiden Jusuf Kalla pada bulan Oktober tahun 2014 sebagai pemenang pilpres. Kemenangan saat itu adalah kemenangan rakyat Indonesia. Partai PDI-Perjuangan menuai hasil gemilang setelah bersabar untuk menjadi oposisi di masa pemerintahan dua periode Soesilo Bambang Yudhoyono.

Jokowi yang berasal dari warga sipil begitu dekat dengan rakyatnya. Beliau tidak melupakan rakyatnya yang telah memilihnya untuk menjadi Presiden. Berbagai kebijakan yang pro rakyat diambil, seperti : penerbitan beberapa kartu yang bisa diterima langsung oleh masyarakat untuk dimanfaatkan fungsinya. Mulai dari kartu indonesia pintar, kartu indonesia sehat, dan juga kartu indonesia sejahtera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline