Lihat ke Halaman Asli

Eki Tirtana Zamzani

Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Batuk yang Tak Kunjung Reda Berkaitan dengan Riwayat Jantung Bocor?

Diperbarui: 4 Februari 2019   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://yusvianews.blogspot.com

Murid saya sudah beberapa hari ini tidak masuk sekolah. Dia di rawat inap di rumah sakit karena penyakit batuk yang dialaminnya. Nama anak itu adalam Rama. Tempat tinggalnya di Kweden Kembar Kabupaten Mojokerto. Kulitnya sawo matang, berambut hitam lurus, dan selalu mengenakan arloji di pergelangan tangannya dari pemberian orang tuanya. Namun kini keceriaanya sudah tidak bisa saya lihat lagi didalam kelas karena sudah dua minggu mengamar di rumah sakit. 

"Saat sakit mendera di dalam tubuh kita. Pasti kita merenung bahwa nikmat kesehatan adalah salah satu rezeki yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Tetapi rezeki kesehatan terkadang tidak kita syukuri karena ketidak tampakan-nya. Padahal kita tahu semua bahwa kesehatan itu mahal harganya".

Sebagai pengajar yang mengajar di dua tempat sekolah dan bimbel. Tentunya saya kesulitan untuk menjenguk murid saya yang sakit tersebut. Saya kemudian menjenguknya pada saat hari libur yaitu hari Minggu (27 -02-2019). Saya pergi ke rumah sakit pada sore hari diiringi dengan hujan rintik-rintik yang membasahi tubuh saya tipis-tipis.

Saya mengajak teman kerja di bimbel, namanya Pak Candra. Saya bersepedaan untuk menuju ke rumah sakit umum Mojosari kabupaten Mojokerto. Saya berangkat pada pukul 17.00 WIB. 

"Suasana yang mendung dan teduh di perjalanan sungguh menenangkan hati dan pikiran saya. Saat-saat tersebut adalah sesuatu yang langka dalam hidup saya karena bisa saya temui di akhir pekan saat tidak ada kesibukan memberikan les di bimbel."

Saat sore hari saya biasanya di bimbel. Pemandangan di jalan raya dengan melihat hijaunya persawahan, melewati jembatan yang dibawahnya mengalir aliran air sungai, dan pemandangan gunung dari kejauhan sungguh elok untuk dipandang mata.

Perjalanan ke rumah sakit seperti rekreasi bagi saya yang sehari-harinya dipenuhi dengan berbagai kesibukan bekerja di sekolah dan bimbel. Alangkah bahagiannya saat kita bisa memanfaatkan waktu satu jam hingga dua jam saat libur untuk menyegarkan pikiran dengan melihat pemandangan yang indah.

Perjalanan menuju rumah sakit sekitar 45 menit. Kita sampai di rumah sakit sebelum shalat maghrib. Sepeda motor saya parkir di tempat parkir depan rumah sakit. Kemudian kita bertanya pada petugas keamanan rumah sakit ruangan murid saya dirawat. Beliau menjelaskan arah-arah jalan menuju ruang kamar inap murid saya.

Dokter, perawat, dan orang-orang yang menjenguk pasien berjalan berlalu-lalang di dalam rumah sakit. Saya melihat petugas administrasi dengan kesibukannya mencatat kegiatan operasional rumah sakit. Rumah sakit menjadi tempat untuk beristirahat bagi pasien yang harus di rawat di ruang inap selama 24 jam lebih hingga kesembuhannya.

Saat kita ke rumah sakit. Kita datang untuk menghibur orang yang sakit. Semoga dengan kehadiran kita bisa sebagai penyejuk orang yang kita jenguk. Saat kita berkunjung tujuannya adalah untuk mendoakan kesembuhan penyakitnya. tidak lupa pula kita membawa buah tangan seperti roti dan air minum. Tujuannya agar buah tangan yang kita bawa bisa di konsumsi oleh orang yang sakit dan penjaganya.

Murid saya di jaga oleh kedua orang tuanya. Saat saya sampai disana saya bertemu ibunya. Kebetulan ayahnya saat itu lagi menunaikan ibadah shalat maghrib di masjid. Ketika saya datang langsung saya menyalami ibunya dan murid saya. Terlihat wajah sumringah ibu murid saya. beliau terlihat begitu senang saat saya kunjungi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline