Majunya Agus Yudoyono sebagai calon Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 tentu diluar prediksi semua orang. Dengan hak preogratif mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di partai Demokrat. Maka beliau punya hak untuk bisa mencalonkan putranya dalam pilkada DKI Jakarta tahun depan. Partai Demokrat dengan beberapa partai Islam (poros Cikeas) bersatu untuk mendukung Agus Yudhoyono pada pilgub DKI Jakarta tahun 2017.
Agus akan maju sebagai cagub dari koalisi partai Demokrat, PKB, PAN, dan PPP. Dengan dukungan politik dari mayoritas partai Islam di Indonesia. Apakah Agus dan pasangannya mampu untuk menandingi popularitas Ahok dan Anis? Tentu lawan-lawan politiknya tidak bisa dianggap remeh. Ahok sudah berpengalaman dalam memimpin suatu daerah mulai dari kota hingga provinsi. Sedangkan Anis sudah berpengalaman dalam memimpin institusi pendidikan hingga Kementrian pendidikan nasional.
Agus berkarir di bidang kemiliteran sebagai prajurit sejak masih muda. Dan kini, institusi militer yang sudah membesarkan namanya harus segera ditinggalkan demi bisa menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Beliau lebih memilih untuk mengabdi di pemerintahan sebagai Gubernur dari pada melanjutkan karirnya dibidang militer. Hal ini tentu sangat disayangkan oleh pimpinan di institusi militer tempat beliau berdinas. Menurut pimpinannya di militer, pada bulan April 2017 nanti Agus akan mendapatkan kenaikan pangkat di militer karena prestasi yang telah diraihnya selama ini. Tentu kesempatan ini tidak akan datang untuk yang kedua kalinya.
Hal ini, tentu menjadi pilihan yang sulit bagi Agus. Karir sebagai militer sudah bisa menjamin kehidupannya dan keluarganya di massa tua. Sebagai abdi negara (pegawai negeri) maka biaya kehidupannya juga akan ditanggung oleh negara. Pasca mengundurkan diri dari TNI. Maka Agus Yudhoyono akan beraktivitas politik seperti berkampanye untuk mengenalkan dirinya dan pasangannya di masyarakat.
Jabatan Gubernur itu selama lima tahun. Dan hanya bisa bertahan hingga dua periode. Setelah itu tidak boleh mencalonkan lagi. Bila menang tentu tidak akan ada yang perlu dipikirkan dampak psikologisnya. Namun SBY perlu memikirkan kemungkinan terburuk yakni apabila putranya kalah dalam pertarungan pilkada DKI. Hal ini tentu juga akan berdampak negatif terhadap kepercayaan diri putranya ketika berkumpul di masyarakat. Setelah punya aktivitas kemiliteran dengan jadwal yang padat. Bila kegagalan ini terjadi tentu bisa menjadi pukulan yang berat.
Keputusan Pak SBY untuk mencalonkan putranya tentu sudah dipertimbangkan secara matang. Pasti beliau sudah punya solusi untuk dampak-dampak negatif yang terjadi pasca pilkada. Selanjutnya, apa karir yang harus dijalani putra sulungnya pasca mengundurkan diri dari militer dan bila ternyata gagal jadi Gubernur Jakarta? Kemungkinannya ada dua yakni pertama terjun ke politik yaitu menjadi anggota partai Demokrat menuju pemilu caleg dan pilpres 2019. Dan pada pilihan yang kedua adalah mungkin memilih untuk menjadi pengusaha.
Politisi, Akademisi, dan Militer berebut Kursi DKI 1
Kubu patahana Ahok sudah dikenal publik dengan ketegasannya dalam memimpin Jakarta selama lima tahun terakhir. Karir Ahok memang berasal dari pemimpin daerah yaitu Bupati Bangka Belitung. Masyarakat mengira bahwa wali kota Surabaya, Risma yang akan maju menantang Ahok di pilkada. Namun pada kenyataanya berbeda.
Ahok pernah punya rencana untuk maju pilkada melalui jalur independent dengan menggandeng teman Ahok untuk mengumpulkan ribuan KTP warga Jakarta. Namun akhirnya beliau maju lewat jalur parpol. Beliau dipinang oleh partai PDI Perjuangan. PDI Perjuangan mendukung Ahok dengan menggandengkannya dengan kader PDI Perjuangan yakni Djarot sebagai wakilnya.
Lawan berikutnya adalah Anis Baswedan. Beliau mendapat dukungan penuh dari partai Gerindra dan PKS. Beliau berpasangan dengan Sandiago Uno pengusaha nasional yang juga menjabat sebagai wakil dewan pertimbangan partai Gerindra. Anis sudah pernah dipercaya Presiden Jokowi untuk memimpin Kementrian pendidikan nasional. Beliau berkarir di bidang akademik (kampus) yakni sebagai dosen dan pernah menjabat sebagi Rektor di perguruan tinggi swasta. Beliau juga sebagai penggagas berdirinya gerakan indonesia mengajar di daerah terpencil Indonesia.
Sedangkan Karir Agus adalah sebagai prajurit di bidang militer. Beliau pernah membawa nama Indonesia dalam perdamaian dunia di Libanon. Beliau juga murid yang berprestasi di sekolahnya dulu. Mulai dari angkatan terbaik di SMA Tarunan Nusantara, Prajurit teladan di akademi militernya, hingga beliau berhasil memperoleh gelar master dibidang pertahanan di luar negeri.