Lihat ke Halaman Asli

Inspirasi Sukses Syahir Karim Vasandani: Bekerja adalah Ibadah

Diperbarui: 1 Juli 2016   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Allah kalau mau kasih rejeki itu kita seperti dikejar,” tutur Syahir Karim Vasandani (SKV). Seorang pengusaha sukses dengan grup SKV-nya yang bergerak di bidang garmen, oleh-oleh haji, bursa sajadah, tours & travel dan banyak lagi.

Syahir Karim Vasandani yang kini usianya sudah 66 tahun itu mengenang kisahnya di hadapan para karyawannya, blogger, dan anak-anak yatim piatu saat acara Buka Bersama Grup SKV di Convention Center Hotel Harris pada 29 Juni 2016 lalu.

Pria kelahiran Surabaya 18 November 1949 itu menuturkan bahwa kesuksesannya terletak dari para karyawannya sebagai ujung tombak bisnisnya tersebut. Dikisahkan pada tahun 1993 sepulang ia dari ibadah haji, teman lamanya datang ke rumah. Temannya tersebut mengucapkan selamat kepadanya, lalu ngobrol macam-macam, dan akhirnya temannya mengatakan bahwa ia sedang membutuhkan pekerjaan.

Saat itu SKV menawarkan pekerjaan kepada temannya sebagai penjaga toko. Ternyata temannya itu merupakan salesman yang handal. “Pak Kisna itu kalau ada calon pelanggan masuk toko, seperti cicak mengejar nyamuk, harus dapat. Jadi tiap tamu yang datang ke toko itu kalau pak Kisna yang melayani, pasti keluar toko tidak dengan tangan kosong.”

Apresiasi SKV terhadap para karyawannya ini memang tinggi, bahkan ada karyawan yang selama 8 tahun bekerja tidak pernah absen, ia berangkatkan untuk pergi umroh belum lama ini.

Pria yang putus sekolah sejak kelas 5 Sekolah Rakyat itu memang memiliki cara kerja sebagai wirausahawan yang unik. Selain menganggap karyawan sebagai asset perusahaan, ia pun tak memikirkan soal Break Event Point. Baginya bekerja adalah ibadah.

Keuletan dalam bekerja ini ia rasakan semenjak ia berusia 14 tahun. Sebagai seorang anak yatim sejak usia 3 bulan, ia tak tega melihat ibunya harus bekerja keras menghidupi dirinya dan keempat saudaranya. Mulailah ia bekerja menjaga toko tekstil milik keturunan India di Surabaya. Ia mengerjakan apa saja; mulai dari membuang sampah sampai menyemir sepatu. Sempat berpindah kerja, mencari peruntungan di Jakarta lalu kembali ke Surabaya dan melamar ke perusahaan tekstil hingga menempati posisi sebagai manajer penjualan.

Sekitar enam tahun ia bekerja di Surabaya, SKV mulai mencoba untuk berdagang produk tekstil sendiri, namun gagal. Tahun 1972, ia hijrah ke Bandung dan melamar kerja ke sebuah pabrik tekstil di Majalaya.

Saat di Majalaya itulah dorongan untuk menimba ilmu dan bekerja lebih keras semakin timbul. Ia kerap mendapat tugas kerja malam, namun siangnya ia sudah muncul kembali di tempat kerja untuk mengamati bagaimana pimpinannya bekerja.

Syahir Karim Vasandani kemudian menikah dan menetap di Bandung sampai tahun 1979. Setahun berikutnya, ia berangkat ke Nigeria selam 4 tahun untuk bekerja dengan bosnya yang berjualan kosmetik impor. Sekembalinya dari Nigeria SKV memutuskan untuk mencoba usaha sendiri. Ia mendirikan PD Aarti Jaya yang bergerak di bidang usaha garmen. Nama Aarti diambil dari nama sebuah kota di India

Berbagai usaha yang dia geluti kala itu belum berhasil dengan baik. Setahun kemudian di Tahun 1993, ia berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekah, bersama istrinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline