Oleh: Hafidzul Umam.*
Psikologi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas mengenai jiwa dalam diri manusia. Nama psikologi sendiri diambil dari bahasa yunani dari kata “psycho” yang artinya jiwa dan ”logos” yang artinya ilmu. Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi ialah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi merupakan cabang ilmu yang diakui ketika Wundt membuat laboratorium pertama kali di Jerman yang disebut Liebzig pada Tahun 1879 dari situlah Wundt dijuluki Bapak psikologi. Dari situlah banyak tokoh-tokoh yang memulai penelitiannya di bidang psikologi diantaranya ialah Sigmeund Freud dengan psikoanalisanya, Watson dengan teori behaviornya,Maslow dengan Humanistiknya dll.
Psikologi juga mulai berkembang dan maju pada zaman sekarang ditandai dengan mulai berkembangnya cabang-cabang ilmu tersebut diantaranya ialah psikologi pendidikan, psikologi klinis, psikolog keperawatan, psikologi lintas budaya, psikologi islam dan masih banyak yang lainnya. Dalam bidang inilah psikologi juga sangat dibutuhkan sekali untuk membantu manusia dalam memahami kejiwaannya di bidang masing-masing. Dalam hal tersebut maka setiap bidang pun mempunyai wadah masing-masing dalam menangani masalah kejiwaan tersebut diantaranya ialah clinical psychology, counseling pychology, school psychology, dan industrial and organizational psychology.Diantara cabang ilmu tersebut school psychology merupakan suatu wadah yang sering dijadikan sebagai problem solving di dunia pendidikan yang sekarang terjadinya pergeseran moral dan akhlak di kalangan pelajaran khususnya. Kebanyakan diantaranya pergeseran tersebut dengan semakin meluasnya dunia pergaulan bebas di kalangan pelajaran dan disebabkan karena semakin merabahnya budaya barat (western culture) yang diadopsi di kalangan pelajar.
Dari sinilah banyak para orang tua yang khawatir terhadap anak-anak mereka ketika anak-anak mereka menjadi sasaran pergaulan bebas tersebut. Maka dari itu banyak para orang tua yang memilih solusi untuk anaknya dengan memilih ditempatkan di sebuah lembaga pendidikan yang masih terjaga dari hal-hal tersebut yaitu pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai visi dan misi yang luhur untuk menjadikan anak didiknya mahir dalam hal pendidikan formal maupun non formal yang dibekali dengan nilai-nilai keislaman dan kekuatan aqidah yang terkandung di dalamnya. Serta menjadikan anak didik merekapun mempunyai sebuah benteng agama yang baik untuk membuat pribadi yang dinamis antara pengetahuan umum dengan pengetahuan keagamaan. Dari sinilah lembaga pesantren mempunyai sebuah kerangka dan asas yang berbeda dibandingkan dengan lembaga pendidikan yang lainnya. Akan tetapi pemikiran orang tua yang baik dengan memasukkan anaknya ke lembaga pesantren membuat kejiwaan anak tergoncang ketika mereka terpaksa untuk masuk ke lembaga pesantren dan mendengar bahwa ia akan dimasukkan ke sebuah lembaga pesantren karena di dalam benak setiap anak mereka akan kehilangan sebagaian kebebasannya ketika mereka dimasukkan di lembaga pesantren diantaranya, mereka tidak dapat keluar pesantren tanpa izin, tidak dapat membawa barang elektronik, dan juga tidak dapat menggunakan kendaraan mereka. Dan di samping itu juga mereka harus mengukuti aturan dan disiplin di pesantren selama mereka menjadi santri. Dan hanya sebagaian kecil dari mereka yang ingin masuk ke lembaga pesantren dengan keinginannya dan tanpa paksaan dari orang tua.
Dari sinilah seorang santri yang masuk ke pesantren dengan keterpaksaan memiliki dampak yang negative yang salah satunya itu ialah dampak psikisnya. Seorang anak yang terpaksa ketika ia dimasukkan dalam lembaga pesantren sering terlihat murung, cemas, dan kadang mereka luapkan dengan tangisan sampai ada beberapa santri yang ingin mencari cara untuk kabur dan berhenti dari pesantren ketika pertama kali ia menginjak dunia pesantren. Kemudian bagi sebagaian santri yang tidak mempunyai pertahanan diri (defence mechanisme) yang baik dalam menghadapi permasalahan psikisnya yang diakibatkan ketidakbetahannya di pesantren, santri tersebut banyak membuat masalah yang membuatkisruh pesantren tersebut diantaranya yaitu kabur, berkelahi, pacaran, bolos sekolah dll. Ini merupakan sebuah masalah yang serius bagi lembaga pesantren ketika masyarakat berharap lembaga pesantren menjadi solusi yang baik bagi anaknya agar mereka menjadi bibit unggul yang dapat memilki benteng agama yang kuat dan mempunyai akhlak yang baik dalam kepribadiannya akan tetapi mereka menjadi anak yang tidak baik di dalam pesantren .
Maka dari itu perlunya sebuah sentuhan psikologis bagi mereka bukan hanya sentuhan spiritual yang diberikan para pengajar sekaligus pengasuh pondok pesantren atau pembelajaran dari kitab-kitab yang mereka pelajari akan tetapi pembelajaran psikologis bagi mereka dengan mangajarakan problem solving yang baik ketika mengahadapi masalah, mengajarkan bagaimana meregulasi emosi ketika mereka terbawa kepada hal-hal yang negative, mengajarkan bagaimana menjadi pribadi yang baik dengan terhandungnya psikologis keislaman dalam diri mereka. Bukan hanya itu saja sentuhan psikologis ini pun perlu diberikan terhadap para pengajar di pesantren untuk memberikan pemahaman ke mereka tentang psikologi pendidikan yang tepat bagi anak didik dan bagaimana seharusnya menjadi seorang pengajar sekaligus pendidik untuk menyentuh anak didik ketika mereka mengalami masalah di pesantren dengan sebuah bimbingan konseling yang baik. Inilah alasan perlu adanya sebuah pembelajaran psikologi kepesantrenan di dunia pesantren dengan harapan santri dapat memilki kepribadian islami yang luhur dengan berasaskan kepada aqidah islamiah agar ketika mereka keluar dari pesantren mereka menjadi generasi unggul untuk merubah bangsa ini menjadi bangsa yang memilki jiwa pancasila untuk yang kian hari mulai terkikis di kalangan remaja.
* Mahasiswa STAINU Jakarta yang sedang mengikuti program kelas internasional di universitas Ibn. Thufail, Kenitra-Maroko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H