Lihat ke Halaman Asli

Mewajibkan Membaca dan Menulis

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkadang, bila kegiatan membaca dan menulis sebagai ritual wajib, maka tidak mungkin, kegiatan itu ditinggalkan begitu saja tanpa alasan yang jelas. Barangkali lupa, itu pun mesti ada kodonya atau penggantinya dikemudian hari.

Membaca, bagi saya adalah sesuatu yang mesti dilakukan setiap hari, setiap saat, setiap ada kesempatan, dan seluruh setiap. Ke jamban pun, dengan tanpa malu dilihat, dicibir orang, saya selalu melakukannya. Bagi saya, wc adalah tempat terbaik yang saya temukan abad ini. Kenapa mesti kamar mandi sebagai ritual saya membaca? Saya kira, Anda akan tahu jawabannya manakala Anda berani mancoba tanpa rasa takut dan rasa-rasa lainnya.

Selain jamban memberikan kesunyian yang dahsyat, ia adalah tempat bermuaranya, berlabuhnya, bergentayangannya ide. Ide bisa didapat tatkala kita melangsungkan adat ekskresi di sana. Ide tentang apapun. Kalo boleh saya saran, bila perlu di ruang kamar mandi dibuatkan semacam rak buku, atau apalah, yang penting bisa untuk menyimpan sesuatu yang dapat dibaca.

Setelah kegiatan membaca usai dan merasa puas, selanjutnya adalah mencoba menuliskan sesuatu atau ide yang ditangkap dari hasil bacaan tadi. Memang, ini, barangkali terasa sulit bagi yang belum terbiasa. Bagi yang belum terbiasa, boleh dibiasakan dan boleh dicoba setelah Anda membaca tulisan sederhana ini. Ada cara jitu agar Anda lancar menulis. Caranya adalah dengan mencoba menulis, menulis, dan menulis setiap hari. Bila belum punya komputer atau laptop, apa salahnya membeli sebuah buku catatan harian yang harganya tidak lebih dari Rp.10.000.

Kenapa pula, setelah ritual membaca usai, mesti dilanjutkan dengan menulis? Mungkin, pertanyaan ini kurang berbobot bagi yang kurang suka dengan membaca dan menulis. Tapi, tak apalah, toh saya pun tidak merasa dirugikan seandainya itu ada. Yang ada saya malah merasa bahagia sebab saya, sedikit-sedikit sudah bisa merangkai kata. Meskipun, banyak dari kata yang saya rangkai belum juga sesuai dengan para redaktur koran-koran Indonesia. Ha..

Ya, sudah lah. Yang pasti, dengan banyak membaca, dan diteruskan dengan menulis, itu ada manfaatnya, dan Anda di masa yang akan datang, tiba-tiba menggoyangkan dunia hanya gara-gara Anda berkarya melalui tulisan.

Sekali lagi, saya teringat ungkapan saudara saya, Umberto Eco”Menulis adalah kewajiban moral!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline