Lihat ke Halaman Asli

Ashwin Pulungan

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Jaga Konsistensi Kebaikan dan Kebersihan Kata "Berjama'ah"

Diperbarui: 28 Januari 2021   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto koleksi dari Penulis

Kata "jama'ah" diambil dari kata al-ijtima' yang memiliki arti "kumpul, bertemu, bergabung, bersatu, interaksi antar masyarakat". Oleh karena itu, jama'ah dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang berkumpul, dikumpulkan oleh satu tujuan yang keseluruhannya berniat ibadah sangat POSITIF. Sebuah perkumpulan yang tidak memiliki tujuan positif tertentu tidak bisa disebut dengan jama'ah. Dapat diartikan jika Berjama'ah didalam masjid sebagai pelaksanaan ibadah secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam.

Jika sekelompok orang berbuat tujuan tertentu secara negatif, tidak bisa dan tidak pantas disebut dengan "Berjamaah". Makanya jika ada tulisan tertentu yang memaksakan kata "Berjama'ah" menggandengkannya dengan kata Korupsi seperti "Korupsi Berjama'ah" adalah tidak tepat dan mengandung suatu rencana tujuan berjangka panjang pendegradasiian makna untuk merusak nilai makna dari kata al-ijtima' atau jamaah itu sendiri.

Kata berjama'ah selalu bergandengan dengan "Sholat Berjama'ah", "Pengajian Berjama'ah", "Kajian Islam Berjama'ah", Ibadah haji berjama'ah dan lain sebagainya. Jadi kata Berjama'ah selalu selama ini bergandengan dengan tujuan dan ibadah yang sangat positif sifatnya. Tidak pernah didalam Islam kata berjama'ah dipaksakan kepada hal hal yang bersifat negatif. Selalu kata berjama'ah didalam agama Islam dalam tujuan nawaitu yang POSITIF.

Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada para umatnya untuk selalu menjalin persatuan dan kesatuan dalam wujud berjama'ah. Keberkahan sebuah tujuan positif terletak di dalam suasana berjama'ahnya (al-barakat fi al-).

Dalam Al-Qur'an dan Al Hadis sangat menekankan tujuan kerja yang kolektif (Berjama'ah). Banyak sekali ayat dalam Al-Qur'an menekankan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan dan melarang kita untuk bercerai-berai, antara lain diantaranya : "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya." (Q.S. Ali 'Imran 3:103).

Dalam ayat selanjutnya dinyatakan secara tegaskan lagi : "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". (Q.S. Ali 'Imran 3:105).

Shalat berjama'ah sesungguhnya adalah merupakan upaya ibadah ritual bagi orang orang yang ingin mencapai kesuksesan dunia dan akhirat dalam kehidupannya. Perhatikan struktur atau sistem Sholat bejamaah, dalam sholat berjama'ah ada seorang imam yang berwibawa dan baik bacaannya untuk memimpin shalat. Di belakangnya ada sejumlah makmum atau rakyat yang santun tetapi tetap kritis. Antara imam dan makmum diatur oleh sebuah aturan dalam bentuk tata sistem yang disebut konsep keimaman (imamah). Keseluruhan shalat berjama'ah berorientasi kepada suatu tujuan yang sama yaitu hanya untuk ibadah kepada Allah SWT.

Sebagai gambaran nyata sebuah Ilustrasi kekuatan berjama'ah dijelaskan dalam hadis bahwa perbandingan antara shalat sendiri-sendiri dengan shalat berjama'ah adalah 1:27. Artinya 27 kali pahala lebih utama shalat itu manakala dilaksanakan secara berjama'ah dengan shalat sendiri-sendiri hanya mendapatkan satu (1) pahala.

Selanjutnya didalam hadis Nabi juga diungkapkan bahwa doa yang dipanjatkan secara berjama'ah lebih kuat daripada doa sendiri-sendiri. Bukan hanya dalam soal ibadah saja tetapi juga amalan-amalan sosial dianjurkan dilaksanakan dengan bejama'ah, seperti makan berjama'ah, kerja bakti berjama'ah, dan lain sebagainya.

Sebagai analogi, sejarah yang pernah terjadi, kita selalu menemukan ketakjuban pada setiap suasana kejama'ahan. Suatu ketika Rasulullah SAW. ketika ikut serta menggali parit (Khandaq) sebagai benteng di Madinah, Rasulullah SAW diundang seorang diri oleh seorang sahabat untuk makan siang di rumahnya. Alangkah kagetnya sang Istri dari sahabat itu, ketika Rasulullah juga mengundang sahabat-sahabatnya yang lain untuk ikut makan. Rasulullah menyampaikan kepada sang Istri sahabat untuk tidak perlu khawatir tidak cukup makanannya. Nabi mengambil alih belanga lalu dibagi-bagikan makanan itu kepada semua sahabat. Setelah semua sahabat sudah kenyang, tetapi masih saja tersisa sebagian makan di dalam belanga. Ini adalah sebuah ketakjuban di dalam tujuan positif berjama'ah.

Bersinergi atau Berkolaborasi, Berkoperasi adalah kesamaan yang mendekati dari kata berjama'ah. Ketika kita bisa melakukan sesuatu secara bersama sama dalam satu tujuan baik dan positif maka itu adalah identik dengan berjama'ah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline