Akhir akhir ini, beberapa kelompok koalisi Partai dalam dua kubu kepentingan selalu mengadakan berbagai rapat penting untuk menentukan siapa yang wajar menjadi Cawapres Jokowi maupun Cawapres Prabowo Subianto. Berbagai media pemberitaanpun meliput dengan susah payah informasi apa gerangan yang akan muncul yang bisa menjadi berita hangat.
Kita melihat pada hari Senin, 23 Juli 2018 di Istana Bogor atas prakarsa Presiden Joko Widodo berkumpul sebanyak enam orang tokoh masing masing sebagai Ketua Umum Partai diantaranya Megawati Soekarnoputri PDIP), Surya Paloh (Nasdem), Oesman Sapta Odang (Hanura), Airlangga Hartarto (Golkar), Muhaimin Iskandar (PKB) serta Romahurmuzij (PPP).
Dalam pertemuan di Bogor itu, telah disepakati serta menyerahkan secara aklamasi bahwa penentuan siapa nama Cawapres untuk Joko Widodo ditentukan oleh Capres. Pada pertemuan itu tidak satupun dari keenam figur yang hadir mengetahui nama yang diputuskan dan itu ada ditangan Capres.
Penggunaaan Istana Bogor sebagai status istana Negara untuk Presiden Indonesia, tidaklah pantas dan layak fasilitas Kenegaraan digunakan untuk kepentingan kelompok enam partai saja, selayaknya dan sewajarnya dalam berbangsa dan bernegara ada sebuah etika yang harus dijunjung bahwa Istana Negara (Istana Kepresidenan RI) seharusnya dan selayaknya digunakan untuk membicarakan serta merundingkan bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Sebaiknya pertemuan yang diprakarsai oleh Presiden Joko Widodo dengan enam partai tersebut bertempat diluar Istana Negara.
Koalisi Partai GERINDRA dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) serta Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat (PD), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai BERKARYA, akan ditentukan dalam waktu dekat ini. Tentulah nanti didalam pertemuan besar tersebut semua partai akan sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya kepada Prabowo Subianto untuk menentukan siapa Cawapres didalam persiapan matang menghadapi Pemilu Presiden 2019.
Penulis sangat berharap kepada semua koalisi partai apakah dari koalisi beberapa partai yang sedang berkuasa serta koalisi beberapa partai oposisi, semua tokoh memikirkan keselamatan Negara Indonesia serta kemajuan Negara Indonesia untuk bisa mengkondusifkan iklim ekonomi yang bisa mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia yang sedang dirundung berbagai permasalahan hutang Negara yang cukup besar serta permasalahan politik yang tidak kondusif, serta banyaknya konspirasi untuk memecah belah keutuhan nasionalisme rakyat didalam negeri.
Terpenting adalah semua tokoh Nasional hendaknya berbesar hati dalam kedewasaan berpola pikir serta kematangan bertindak dan memutuskan untuk semata bisa berbuat perencanaan yang matang dan berprospek kemajuan Indonesia, untuk menghindari bangsa dan Negara Indonesia dari peluang kemungkinan besar cengkraman penjajahan dari pihak asing terhadap Negara dan Bangsa Indonesia.
Buanglah semua pemaksaan kepentingan kelompok dan pribadi yang dibelakangnya selalu menempel berbagai kepentingan KAPITALISME dan sudah saatnya kita di Indonesia bersegera memikirkan untuk membangun kemampuan kemandirian ekonomi serta bisa mensolusi untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia kini dan kedepan.
Ada sebuah usulan yang telah disampaikan penulis dari beberapa alternatif terbaik bagi kemaslahatan serta harapan besar kejayaan Indonesia kedepan (2019-2024) dan usulan tertulis itu, sebagian besar sudahpun dituliskan di media ini. Mereka yang bisa masuk sebagai calon kuat Cawapres untuk Prabowo Subianto dalam mendukung "strong leadership" adalah : Rizal Ramli, Gatot Nurmantyo serta alternatif Zulkifli Hasan. (Ashwin Pulungan)