Lihat ke Halaman Asli

Ashwin Pulungan

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Pemerintah Gagal Mengurus Gas Untuk Rakyat

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13374472261103256657

Banyak daerah di Propinsi Jawa Barat telah terjadi kesulitan dimasyarakat untuk membeli gas LPG 3 kg, dikatakan pada setiap titik penjualan untuk konsumen belum ada pasokan dari distributor gas LPG 3 kg dalam beberapa hari ini, kelangkaan sudah berlangsung selama empat pekan yang lalu hingga kini pasokan sangat berkurang sehingga harga gas 3 Kg dikonsumen saat ini kalaupun ada, harga dikonsumen mencapai Rp. 16.000,- s/d Rp. 20.000,-/tabung.  Untuk memenuhi gas kebutuhan rumah tangga, banyak masyarakat mencari kedaerah-daerah lain yang jarak radiusnya 30 Km, akan tetapi tetap juga sulit mendapatkan gas walaupun harga sudah sangat mahal.

[caption id="attachment_182439" align="aligncenter" width="449" caption="Gas Siap Salur Digudang Distributor (Foto: AHH)"] [/caption]

Seorang konsumen yang penulis temui, mereka mengeluh katanya : "Bagaimana pemerintah saat ini, mereka selalu berkinerja mempersulit masyarakat, hanya untuk mengurus gas saja pemerintah sangat lamban tidak bersikap cepat dan tegas untuk mengatasi kesulitan gas LPG di masyarakat, apakah mereka mampu mengurus negara dan rakyat ?". Penulis mensurvey pada beberapa distributor, dikatakan oleh mereka kami juga mengalami kesulitan mendapatkan pasokan gas dari Pertamina kalau kami pesan empat tangki truk, hanya dikirim Pertamina dua tangki saja. Pihak Pertamina (Sales Representative Elpiji PT. Pertamina Rayon V Bandung) selalu mengatakan tidak langka dan pasokan kepada pihak distributor besar tetap disuplai sejumlah kuotanya baik yang bersubsidi 3 Kg maupun yang non-subsidi 12 Kg. Justru yang terjadi gas 3 Kg bersubsidi selalu langka. Kemungkinan kuat adanya penyalahgunaan pada distributor besar.

Ada apa sebenarnya yang terjadi pada Pemerintah sehingga pasokan gas untuk masyarakat menjadi sangat berkurang ? Apakah dengan cara seperti ini yaitu masyarakat dipersulit dahulu lalu kemudian ada rencana pemerintah seolah-olah melangkakan Gas sebagai cara kotor nan busuk dari birokrasi untuk argumentasi memperkuat alasan menaikkan harga Gas LPG dikonsumen ?  Dengan kelangkaan gas 3 Kg saat ini harga dikonsumen sekitar Jawa Barat yang tadinya Rp. 12.500,- s/d Rp. 13.500,-/tabung sekarang berharga Rp. 16.000,- s/d Rp. 20.000,-/tabung. Pemerintah beserta para penegak hukum seharusnya melakukan tindakan tegas agar para manipulator gas ini menjadi jera untuk melakukan penimbunan gas sehingga bisa menekan terulangnya kelangkaan gas ini.

Perpindahan penggunaan Minyak Tanah kepada Gas yang dianjurkan pemerintah telah diikuti secara baik oleh seluruh masyarakat Indonesia, yang diiringi dengan beraneka argumentasi pemerintah untuk penghematan serta mengurangan subsidi. Lantas setelah masyarakat melaksanakan anjuran pemerintah itu walaupun melalui kejadian pahit dan menyedihkan banyaknya korban ledakan gas, malah pemerintah sendiri yang membuat kesulitan untuk mendapatkan gas LPG dan hal konyol seperti ini telah bekali-kali terjadi diberbagai daerah di Indonesia. Seringnya terjadi kelangkaan gas LPG ini, sebenarnya Pemerintah mau-nya apa ? Sudahlah kinerja pemerintah berasyik maksuk dengan maksiat dan korupsi ria, serta ada sejumlah 157 Kepala daerah yang terlibat korupsi, lalu rakyat dibeberapa daerah terabaikan kebutuhan energinya. Belum lagi biaya kebutuhan hidup rakyat sehari-hari sudah sangat berat, apakah ini sebagai undangan untuk percepatan memunculkan revolusi rakyat serta Pengadilan Rakyat ?

Kelangkaan gas LPG 3 Kg ini, tidak hanya terjadi di Wilayah Propinsi Jawa Barat saja, akan tetapi terjadi juga di Propinsi Sumatra Barat dan kemungkinan kuat pada daerah lainnya yang jauh dari kota besar kelangkaan sudah lama terjadi. Inikah kinerja yang bisa ditampilkan oleh KIB II dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta para Menteri para Kepala Daerah lainnya ?

Manajemen Gas Nasional Yang Gagal Total setahun Rugi Rp. 183 T.

Ekspor Gas yang dilakukan Indonesia selama bertahun-tahun ini, tidak pernah mendatangkan devisa bagi kas Negara bahkan ekspor Gas terutama ke China dan negara lainnya mengalami kerugian yang sangat besar dan spektakuler senilai Rp. 183 Triliun per tahun. Angka sebesar itu sudah bisa membuat beraneka infrasruktur yang dapat dibangun untuk kemudahan serta peningkatan kesejahteraan rakyat. Kerugian yang cukup besar ini, disampaikan oleh Anggota Komite Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas (BPH-Migas) Qoyum Tjandranegara. Dia membeberkan pada tahun 2011 produksi gas bumi kita sebesar 8.430 mmscfd (million standard cubic feet per day) yang setara dengan BBM sebesar 1,5 juta barel/hari. Dalam jumlah tersebut sebanyak 53% gas telah diekspor yang setara dengan BBM sebanyak 795.000 barel/hari. Lalu harga gas bumi 55% harga 1 liter BBM. Atas dasar angka ini, dalam setahun negara Indonesia kehilangan devisa sebesar 795.000 barel x 365 hari x 45% (harga 1 ltr BBM) x 1,4 x US$ 108/barel x Rp. 9.250/US$ = Rp. 183 Triliun.

Jika kerugian yang cukup besar ini terus terjadi, seharusnya ada upaya kuat dari Pemerintah Pusat bersama DPR-RI untuk gigih menegosiasikan penyesuaian harga gas secara bilateral agar negara Indonesia tidak mengalami kerugian beruntun yang cukup besar. (Ashwin Pulungan)

Ashwin Pulungan : "Kesungguhan memimpin dari para pemimpin ditandai dengan kejujurannya, keadilannya, kesosialannya serta sayang dan cintanya dia kepada seluruh rakyatnya, ibarat dia memiliki keluarga yang selalu dibela,  disayang dan dicinta sepanjang masa"

Salam selamatkan NKRI dari para pemimpin yang menjadi boneka asing.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline