Lihat ke Halaman Asli

Ashwin Pulungan

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Waspada, Nama Jokowi di Catut Beberapa Partai

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Betapa buruknya dan busuknya citra Partai di Indonesia bagi mayoritas masyarakat non-partai. Kita semua sependapat bahwa semua partai baik yang lama dan yang baru, adalah sebagai organisasi yang hanya aktif disaat menjelang Pemilu. Rapat-rapat pengurus sejak pada jajaran cabang, daerah dan pusat begitu intensif  berjalan hanya memikirkan bagaimana bisa menang dan bisa masuk dalam persyaratan ambang batas parlemen(parliamentary threshold) seperti tertuang dalam UU Pemilu Presiden-Wapres (bisa mencapai 20% kursi di DPR atau 25% suara sah Nasional pada Pileg DPR-UU No.42 Tahun 2008). Coba anda sekalian perhatikan disaat selesai setiap Pemilu, semua sekretariat partai pengurus cabang, daerah dan pusat menghilang dan kantor pengurus hanya sebagai kantor papan nama yang pintunya tidak pernah dibuka lagi sampai Pemilu mendatang. Partai di Indonesia tidak menjadi pintu masuk penampung permasalahan rakyat serta pensolusi. Padahal, disaat selesai Pemilu-lah persoalan rakyat sangat banyak yang tidak bisa dipenuhi dan tidak bisa dilayani oleh Pemerintah sebagai lembaga eksekutif memenuhi pesan dan amanat undang-undang untuk itu lembaga kepartaian sangat diperlukan oleh rakyat sebagai tempat pengaduan. Kenyataannya, baik semua partai dan seluruh lembaga pemerintahan, tidak memperhatikan permasalahan rakyat, malah memanfaatkan permasalahan dan persoalan rakyat dengan mengkreasi berbagai proyek beranggaran besar seolah-olah mensolusi permasalahan rakyat, lalu proyek itu bisa dengan mudah dimanipulasi dengan membuat berbagai bukti dan mark-up pengeluaran palsu dalam pembenaran untuk argumentasi palsu dalam pemeriksaan BPK yang juga besar peluang berdamainya.

Nama dari figur Jokowi berdasarkan berbagai survey selalu menempati posisi teratas dari berbagai nama calon Presiden yang telah diajukan sebagian partai. Jokowi yang selalu berpenampilan sederhana, bersahaja tidak dibuat-buat, anti korupsi, anti manipulasi, tegas, dan tidak suka protokoler seperti  selama ini, menjadi idola pemimpin masa depan Indonesia dan sangat diimpikan oleh banyak rakyat. Besarnya citra pribadi Jokowi adalah dipupuk sejak kecil lalu menjadi Walikota Solo. Kebesaran citra pribadi Jokowi inilah lantas sebuah partai menjadikannya sebagai kader partai sampai Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan melambungkan citra itu sehingga menjadi sebuah keinginan massa untuk menjadikannya sebagai Indonesia satu.

Banyak partai sebenarnya menginginkan figur Jokowi ini. Tarik ulur yang selama ini terjadi dengan partai berlambang banteng hitam mabuk adalah disebabkan terhalang dengan adanya nafsu tak terbendung dari petinggi partai tersebut yang juga menginginkan, mendambakan sebagai Indonesia satu juga pada Pilpres 2014 ini. Sangat populernya figur Jokowi, hanya dengan pernyataan partai sebagai "Jokowi adalah calon kami sebagai Presiden RI", akan membuat partai tersebut bisa menjadi imbas pilihan dalam Pilleg 2014 ini. Kita ketahui bahwa citra partai berlambang banteng hitam ngamuk selama menjadi partai pemerintah kualifikasinya sama saja seperti dengan partai pemerintah saat ini yang sangat anjlok citranya. Bisa dinilai dan dilihat juga dari beberapa kualitas produk UU yang dihasilkan ketika partai itu sebagai yang dominan di DPR-RI.

Janganlah percaya kepada partai yang hanya menyatakan bahwa Jokowi sebagai calon jadi mereka, lalu anda sekalian yang mengikuti Pemilu Caleg 2014, memilih para kader partai tersebut secara membabi-buta agar tercapai parliamentary threshold. Anda bisa tertipu kepada partai model seperti ini, jika mereka bisa mencapai parliamentary threshold, maka kemungkinan besar calon presidennya bukanlah Jokowi akan tetapi sosok yang lainnya yang sangat bernafsu besar menjadi RI satu.

Apalagi dalam dalam Pemilu Legislatif 2014 ini ( 9 April 2014) yang kita pilih adalah ±90% dari anggota DPR-RI adalah orang-orang lama (incumbent) dan selebihnya hanya ±10% adalah anggota baru yang dipilih oleh partainya masing-masing dan anggota baru ini sudah nampak kualitas buruknya.  Dipastikan, pada Pemilu Legislatif 2014 ini, kita kembali memilih mayoritas anggota DPR yang malas rapat, yang sebagian besar gemar manipulasi absensi, gemar manipulasi keuangan Negara, para anggota DPR yang suka pamer kekayaan, para anggota yang memiliki track record yang sangat lamban menghasilkan UU walaupun RUU-nya sudah ngantri, pandai bersilat lidah dalam membela pendapatnya yang salah. Disamping itu, para anggota incumbent ini sebagian besar banyak terlibat dalam berbagai manipulasi yang belum terungkap.

Semua partai yang masuk dalam peserta Pemilu Caleg 2014 mendatang yang hanya tinggal 29 hari lagi, memiliki suasana dan kondisi serta posisi kepartaian yang sama yaitu bercitra sangat buruk dan busuk serta berselera manipulatif. Oleh karena itu, seorang figur yang dipandang masih memiliki banyak simpatisan dan bercitra baik dalam masyarakat seperti Jokowi, akan menjadi rebutan para partai di Indonesia dalam rekayasa mendulang suara. Kondisi citra dan kinerja para partai seperti ini, akan sangat membahayakan kondisi perpolitikan Indonesia kedepan. Bagi kekuatan asing, kondisi buruk para partai ini adalah peluang untuk menjajah lebih dalam lagi secara ekonomi dan undang-undang serta produk hukum Negara Indonesia dan kedepan rakyat akan lebih sengsara lagi. Ditambah lagi dengan grand design politik para partai yang hanya mengandalkan kader partai di Kementerian untuk menjadi sumber pendanaan partai. Makanya koalisi selama ini yang dibangun bersama partai berkuasa adalah merupakan kejahatan katel politik kepada sebuah Negara dan rakyatnya. Belum ada hukum yang bisa menjangkau kejahatan kartel politik ini. Mengapa penulis mengatakan seperti ini ? Karena para partai kedepan, jika tidak mau berupaya keras memperbaiki diri sebagai partai agen perubahan dan pembangunan kesejahteraan seluruh rakyat, maka mereka para partai di Indonesia akan selalu menjadi partai pelacur yang dapat dibeli murah oleh para kekuatan ekonomi asing. (Ashwin Pulungan)



Pileg 2014, anda hanya memilih Anggota DPR Lama.

Dewan Pengkhianat Rakyat.

Tri Rismaharani-pun dimanfaatkan popularitasnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline