Lihat ke Halaman Asli

Ashwin Pulungan

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Satrio Piningit Indonesia Harus Segera Dilamar

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13956375251575391969

Setiap periode terpuruk dan tersungkur bagi setiap bangsa, akan selalu muncul periode kebangkitan dari bangsa itu yang dipimpin oleh sosok yang sangat ideal sebagai wujud harapan bangsa tersebut menginginkan perbaikan kondisi iklim kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik, berkeadilan, sejahtera dan makmur.

Kondisi Indonesia saat ini, sudah masuk kedalam situasi yang terpuruk dan tersungkur sebagai dampak dari sangat banyaknya para pemimpin di Indonesia hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompok serta kepentingan rakyat banyak dikesampingkan bahkan diabaikan.  Undang-undang sebagai amanat rakyat senantiasa dilanggar oleh para pemimpin dan selalu tidak bisa dituntut atas pelanggaran hukumnya, karena aparat penegak hukum dalam Negara Indonesia saat ini, sudah sangat rusak kinerjanya dan bisa dibeli putusannya oleh para pemimpin jahat tersebut. Bahkan sampai kini Trias Politika sebagaimana dikenal secara positip oleh dunia, di Indonesia sudah berubah menjadi konotasi negatif berupa Trias Koruptika. Reformasi Pertama yang telah dicanangkan selama ini, tidak berjalan secara baik sebagaimana harapan seluruh rakyat dan sudah dalam status gagal. Oleh karena itu, pada tahun 2014 ini, kita semua mengharapkan adanya keseriusan menjalankan Reformasi Tahap Kedua tentu dengan persyaratan munculnya para wakil rakyat dan pemimpin Nasional yang bersungguh-sungguh hanya semata ingin memakmurkan seluruh rakyat Indonesia serta keluar dari keterpurukan.

Tahun politik akhir-akhir ini, menyuguhkan informasi kepada seluruh rakyat, bahwa semua Partai Politik bersama para pengikutnya yang telah disetujui oleh KPU, adalah merupakan para Partai yang semata hanya bertujuan pemenuhan kepentingan perut dan materi kelompok belaka. Begitu juga para Capres yang dimunculkan adalah merupakan sosok yang berpamrih bahkan banyak sosok Capres yang semata sebagai boneka serta dakocan asing. Jadi kita sebagai rakyat di Indonesia dalam tahun politik 2014 ini, harus waspada 9 April 2014 (Pileg) dan waspada Juli 2014 (Pilpres). Mengapa kita harus waspada ? Karena pada Pileg 9 April 2014 kita akan memilih ±90% orang lama (incumbent) yang prestasinya sangat buruk dan sudah diketahui seluruh rakyat pemilih. Waspada Pilpres Juli 2014, kita akan memilih dari para capres yang telah dijagokan selama ini, tidak ada satupun yang bisa memenuhi kriteria yang sesuai dengan harapan seluruh rakyat yang ada dari para capres yang dijagokan, adalah sosok karbitan yang disetting dan direkayasa populis secara bombastis oleh pihak-pihak kepentingan asing untuk memperpanjang hegemoni penjajahan ekonomi terhadap Indonesia.

Ramalan munculnya Satrio Piningit telah lama tercantum dalam tulisan filosofi dan spiritual dan tersaji sebagai buah karya kekayaan warisan para leluhur futurolog Nusantara (Indonesia) dalam : Serat Kalatidha R.Ng. Ronggowarsito, Syair Joyoboyo, Serat Musarar Joyoboyo, Ramalan Sabdo Palon Noyo Genggong, Serat Darmo Gandhul serta Wangsit Siliwangi. Menimbang serta mengamati situasi kekinian, dimana Indonesia disamping menghadapi situasi krisis multi dimensi dari dalam negeri, juga bangsa Indonesia sudah berhadapan dengan tantangan globalisasi ekonomi dunia yang puncaknya akan terjadi pada tahun 2020 mendatang. Untuk ini semua, kita sebagai bangsa dari salah satu wilayah sangat besar didunia serta jumlah penduduk keempat terbesar dunia, membutuhkan seorang sosok pemimpin bangsa Indonesia yang mumpuni dari turunan putra pribumi membawa ajaran keluhuran budi pekerti, piawai melakukan penataan Negara dan memimpinnya dengan cara arif bijaksana untuk membuat suatu perubahan positif yang luar biasa dalam kehidupan seluruh rakyat Indonesia beserta lingkungannya (Gemah ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kertaning Raharjo). Sosok Satrio Piningit yang Rahmatan Lilalamin ini, mampu memproyeksikan secara obyektif tentang faham (pola pikir dan pola tindak) dalam berbangsa dan bernegara yang sebenarnya sehingga segala daya dan upaya perpecahan dalam NKRI berubah menjadi keutuhan persaudaraan dan persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Raya (NKRI Raya). Inilah yang kita maksudkan dengan sosok Satrio Piningit dengan sebutan nama julukan Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu.

Tanda-tanda hadirnya sosok Satrio Piningit :

Tertulis dalam Serat Musarar Joyoboyo bait 20 : "Bojode ingkang Negoro, Narendro pisah lan abdi, Prabupati sowang-sowang, Semono ngalih nagari, Jaman genti, Koro murko ratunipun, Semono linambangan, Dene Maolana Ngali, Panji loro semune Pajang Mataram."

Artinya : "Negara rusak, Raja berpisah dengan rakyat. Para Bupati memikirkan diri sendiri-sendiri. Waktu itu ada keinginan memisahkan diri. Kemudian jaman berubah karena pemimpinnya bersikap angkara murka. Demikianlah dilambangkan. Setelah itu akan muncul dua pemimpin (seperti Joko Tingkir # Pakubuwono) yang berseteru seperti pada zaman Pajang Mataram dahulu."

Dalam Wangsit Siliwangi : "Mingkin hareup mingkin hareup, loba buta nu baruta, naritah deui nyembah berhala. Laju bubuntut salah nu ngatur, panarat pabeulit dina cacadan; da nu ngawalukuna lain jalma tukang tani. Nya karuhan: taraté hépé sawaréh, kembang kapas hapa buahna; buah paré loba nu teu asup kana aseupan. Da bonganan, nu ngebonna tukang barohong; nu tanina ngan wungkul jangji; nu palinter loba teuing, ngan pinterna kabalinger."

Artinya : "Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala. Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan hanya menjadi bahan omongan, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti aturan itu sendiri. Sudah pasti: bunga teratai hampa sebagian, bunga kapas kosong buahnya, buah padi banyak yang tidak masuk kukusan (gagal panen). Sebab yang menanamnya banyak tukang bohong, semua hanya janji-janji belaka, orang pinter banyak (haji banyak), tapi kaji dan pintar mereka yang kebelinger."

Penulis sangat yakin, bahwa sosok Satrio Piningit ada dalam masyarakat Indonesia, dia berasal dari suku-suku daerah asli Indonesia, dia sudah sangat lama mengasah diri, tampilannya sangat bersahaja, dia tidak akan menjadi anggota partai, dia sudah lama berwawasan luas, buah pemikirannya tentang perbaikan Indonesia sudah banyak didengar serta dibaca dalam bentuk tertulis oleh mayoritas rakyat. Dia tidak akan pernah mau mempublikasikan dirinya. Agar sosok Satrio Piningit ini bisa dimunculkan pada tahun politik 2014 ini, sewajarnya dan sepantasnya beberapa tokoh masyarakat Indonesia yang masih memiliki nilai panutan dari masyarakat, melakukan pertemuan untuk membuat acara pelamaran kepada sang Satrio Piningit tersebut agar yang bersangkutan mau ikhlas menjadi sosok pemimpin Nasional pada periode 2014-2019. Sosok ini kita tampilkan, agar ada peluang bagi para pemilih untuk memilih pemimpin yang sesungguhnya bagi Indonesia kedepan. (Ashwin Pulungan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline