Lihat ke Halaman Asli

Ashwin Pulungan

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Senior Tempramen Preman Tidak Harus Dipatuhi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kembali seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara bernama Dimas Dikita Handoko (19) tewas akibat dipukul dan dikeroyok secara serampangan oleh seniornya bernama Angga, Fachry dan Adnan. Hebatnya, pemukulan keroyokan itu dengan berkali-kali tendangan-terjangan, berbagai pemukulan di-uluhati serta beruntunnya penamparan keras kepada Dimas (korban) sehingga terjatuh dan pingsan lalu tewas. Bagaimana bisa keberutalan para senior mahasiswa dari sekolah tinggi, terpelajar, tega menghabisi juniornya. Artinya para mahasiswa senior ini, selama mereka mengikuti pendidikan sejak SD, SMP, SMA hingga STIP, tidak mampu membentuk kepribadian terpelajarnya mereka.

Menurut Merdeka.com, Dimas sebagai taruna tingkat pertama STIP dinilai  oleh para seniornya Angga, Fachry dan Adnan tidak partisipatip, tidak tanggap disaat berhadapan dengan para seniornya. Justru bagian dari penilaian ini berkaitan dengan pemanggilan diluar jadwal terhadap 11 junior ketempat kost-nya Angga, akan tetapi yang datang Cuma 7 orang termasuk Dimas yang datang terlambat. Pada lingkungan kost-nya Angga inilah kemudian Dimas dikeroyok secara sadis, brutal dan keras. Seolah-olah Dimas dan keenam teman juniornya adalah hamba sahaya miliknya para Senior yang sedang berkuasa abai hukum dan bukan lagi dibawah kekuasaan STIP Marunda. Kasus ini jelas merupakan penganiayaan terencana kriminal berakibat kematian, karena sebelum ke-7 junior datang, Angga, Fachry dan Adnan sudah membuat perencanaan  pemukulan dan dilakukan diluar wilayah STIP. Perbuatan pelanggaran hukum ini, harus dipertanggung jawabkan serta dihukum secara berat dan setimpal sesuai UU yang berlaku. Kepada petinggi kampus yang mengizinkan dan memberi mandat pelaksanaan OSPEK juga harus dilakukan tindakan hukum yang berat.

Menjelang penerimaan mahasiswa baru, akan semarak berbagai model per-peloncoan atau katanya masa orientasi kampus dengan beraneka nama sebutan yang seolah-olah pengenalan pendidikan kampus seperti OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus), PPA (Program Pengenalan Akademik), PPSMB (Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru), PPKMB (Program Pembinaan Kebersamaan Mahasiswa Baru), LDKK (Latihan Dasar Kedisiplinan Kampus) entah apalagi nama lainnya. Semua kepanitiaan yang bermaksud pengenalan kampus ini, dibeberapa PT (Perguruan Tinggi), bisa berakhir dengan peristiwa tragis yang sangat memilukan. Lucunya, banyak mahasiswa dan mahasiswi masih berpendapat bahwa ospek dengan kekerasan masih bermanfaat. Katanya untuk memberi nuansa kesan mendalam antar mahasiswa senior dan junior disaat berakhirnya masa ospek, layaknya serasa baru selesai mengalami medan pertempuran. Apanya yang berkesan dan bermanfaat ? Tidak ada pengaruhnya yang sangat positif dari acara OSPEK ini bagi yang mengikutinya. Justru banyak mahasiswa yang saling tawuran berfriksi antar jurusan dalam satu kampus. Yang nyata adalah, mahasiswa-mahasiswi sekarang tidak sensitif terhadap permasalahan kekinian seperti kemiskinan masyarakat tidak adanya rasa empati dari para mahasiswa dalam berbagai permasalahan kenegaraan. Kalaupun ada hanya sebagian kecil dari mahasiswa-i. Bagi mahasiswa-i berpunya, yang nampak adalah berhura-hura dan pesta-pesta pamer mobil dan benda gadget, hedonisme memanfaatkan kekayaan orang tuanya.

Sangat disesalkan, Rektorat dari sebuah kampus malah menyerahkan kepanitiaan pengenalan kampus ini hanya kepada para Mahasiswa senior tanpa didampingi erat dengan beberapa dosen bidang terkait. Oleh karena itu, jika ada terjadi korban junior hingga meninggal dunia akibat adanya tindak kekerasan penganiayaan, pihak Rektorat atau manajemen tertinggi kampus harus bertanggung jawab penuh, karena telah memberi mandat pelaksanaan Ospek kepada beberapa mahasiswa seniornya. Biasanya, mahasiswa senior yang sangat sadis perlakuannya kepada junior disaat masa ospek, adalah mahasiswa yang bodoh (tidak cerdas) dan kurang berprestasi akademik dalam studinya di kampus akibatnya terjadi kompensasi psikologis berperilaku gagah-gagahan dan jago-jagoan.

Kepada seluruh calon mahasiswa PT dan akademi atau akademi kedinasan, yang akan mengikuti OSPEK, jika dalam pelaksanaannya tidak melibatkan para dosen pengajar secara langsung dan apabila dalam penyelenggaraannya terlihat berbagai tindak kekerasan, makian, hardikan kasar, sebaiknya para mahasiswa junior meninggalkan saja acara OSPEK tersebut sampai acara itu berakhir. Kemudian, anda masing-masing membuat berita acara OSPEK yang anda alami sendiri-sendiri tentang perlakuan kasar tersebut sebagai bahan awal kemungkinan adanya pengaduan kepada aparat penegak hukum. Karena, setiap acara OSPEK yang diselenggarakan pada berbagai kampus, tidak memiliki dasar hukum UU yang kuat, dan hanya memiliki mandat pelaksanaan dari Rektor atau Petinggi PT dan Akademi saja. Anda para junior mendaftar ke PT, Akademi atau Akademi Kedinasan tersebut lalu membayar uang pendidikan, adalah untuk belajar menggali ilmu yang ilimiah serta keterampilan yang diperoleh dari para dosen pengajar, bukan dari para mahasiswa senior.  Tidak sedikit, ada kaitan eratnya dengan materi OSPEK. Oleh karena itu, tinggalkan saja acara OSPEK. Sebaiknya, acara-acara seperti OSPEK ini diselenggarakan oleh manajemen PT, Akademi, Akademi Kedinasan dibantu oleh para mahasiswa senior jika masih diperlukan, sehingga lebih bisa dipertanggung jawabkan.

Penulis berharap setiap Akademi Kedinasan, sebagian pembiayaannya jangan ada lagi pembebanan kepada alokasi APBN Pendidikan yang 20%. Sudah selayaknya dan seharusnya Akademi Kedinasan dibiayai sepenuh dan seutuhnya oleh Kementerian Terkait yang berkepentingan. Selanjutnya harapan penulis, segala kegiatan yang bernuansa per-peloncoan seperti Ospek dan bentuk lainnya, dihapuskan saja disetiap PT, Akademi dan Sekolah Tinggi lainnya. (Ashwin Pulungan)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline