Lihat ke Halaman Asli

Mengenal "ndhaut" Teknik Petani padi Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13487402882004222575

Banyak proses yang dilakukan seorang petani padi dalam bertani, salah satunya adalah "nandur" atau menanam benih padi disawah. Nah, benih harus diambil terlebih dahulu dari penyemaian. Kalau didaerah saya, yaitu di daerah Banguntapan, Bantul Yogyakarta cara ini disebut "ndhaut". Kalau diartikan, ya semacam cara untuk mencabut atau mengambil benih padi semaian untuk ditanam.

[caption id="attachment_214929" align="aligncenter" width="300" caption="Langkah-langkah "][/caption]

Benih padi yang sudah berumur kira-kira 25-30 hari merupakan benih yang sudah siap ditanam(gambar no1). Pada intinya "ndhaut" ialah mencabut benih, namun perlu kehati-hatian agar batang yang masih muda tidak patah. Supaya proses tetap berjalan cepat maka perlu teknik. Pertama, dengan kombinasi kedua tangan(gambar no 2), jari-jari tangan kiri membelah benih sedangkan tangan kanan mencabut dibagian batang bawah dekat akar. Setelah itu benih dibersihkan dari "lumpurnya" dengan memukul-mukulkan pada batang pacul(gambar no 3). Oya, agar lumpur tidak terlalu banyak dan memudahkan proses ndhaut disarankan pada saat menyemai biji padi, alas lumpur diberi abu terlebih dahulu. Hasil dari proses ndhaut adalah benih yang siap untuk ditanam(gambar no 4). Setelah proses ndhaut, selanjutnya adalah proses menanam benih padi di lahan sawah atau biasa disebut "nandur".

Begitulah proses ndhaut para petani di daerah saya, bagaimana teknik semacam ini didaerah anda? atau bahkan diluar negeri sana?, bagaimana teknik  mereka ndhaut?. Tentunya Petani akan senang bila ada cara atau teknik yang lebih efisien dan efektif mengingat dengan teknik ndhaut ini, terlihat benih-benih yang mati.

[caption id="attachment_214929" align="alignleft" width="90" caption="thumbnail"]

13487402882004222575

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline