Lihat ke Halaman Asli

Konspirasi Amerika (Part 2)

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PUBLIKASI ABIGAIL YANG SEMPAT NAMPAK DI JEJARING SOSIAL

Tak ada yang bisa menyangkal bahwa Amerika mempunyai peran yang sangat besar dalam berbagai tragedi yang terjadi di dunia . Irak , Afghanistan , Palestina , Suriah , Mesir dan Somalia .

Terdapat setidaknya 9 data tentang konspirasi AS yang dipublikasikan oleh Abigail Teressa Rodwell lewat beberapa situs dan akun jejaring sosial . Sebelum kita membahasnya lebih jauh tentang 9 data itu pasti para pembaca bertanya-tanya , mengapa Abigail tidak mempublikasikan semua data-data itu lewat media masa secara terbuka seperti yang dilakukan Edward Snowden ?

Alasannya adalah tak ada Media massa besar di dunia yang luput dari tangan Amerika . Seperti pengakuan Mark Darrent mantan  reporter surat kabar terkemuka Inggris , Reuters . Mark adalah salah satu reporter asal Inggris yang menjadi incaran CIA karena  pernah menyebut skandal politik global AS dalam tulisannya berjudul ‘political Madness’ dalam tulisan tersebut Mark menyebut AS telah mendalangi invasi ke negara-negara timur tengah bahkan menurut Mark militer AS menguasai 55% kepemilikan saham dari berbagai media-media massa besar di dunia meliputi hampir semua media massa di AS dan Inggris serta beberapa media massa di timur tengah termaksud Al Jazeera media massa terbesar di Timur tengah milik Qatar , media yang selama ini menjadi kepercayaan warga timur tengah . Selain itu Mark juga menyebut AS adalah pihak  yang paling bertanggung jawab atas krisis di Libya dan Suriah serta juga pembantaian pengungsi Palestina di Kamp pengungsian di Sabrha Shatilla , Lebanon pada 1988 silam . Namun media massa dunia justru menyoroti Khadafi dan Bashar al Assad yang dinilai sebagai pemimpin diktator yang tidak demokratis , serta permasalahan tragedi Sabrha Shatilla tak pernah ada intervensi media terhadap opini publik untuk mengakui tragedi itu sebagai kejahatan kemanusiaan .

‘There is no people that we can trust’

Ucapan Abigail seperti ditujukan pada beberapa media massa dunia yang menjadi jari-jari AS dalam mengendalikan pandangan masyarakat . Seperti apa yang dilakukan The Guardian dan Washington Post ketika mempublikasikan data milik NSA .

Seperti halnya Abigail , Mark Darrent tak pernah diakui sebagai reporter Reuters bahkan database tentangnya dalam stastistik kependudukan Inggris bahkan Britanya Raya tidak dapat lagi ditemukan . Padahal Mark Darent jelas pernah menjadi bagian dari Reuters bahkan ia pernah mewawancarai grup band asal Inggris Musepada 2010 silam .

DAN INILAH BEBERAPA INFORMASI RAHASIA ABIGAIL TENTANG KONSPIRASI AS

Abigail telah beberapa kali memposting informasi tentang konspirasi AS di beberapa situs dan jejaring sosial . Wnita yang diduga berumur 35 tahun itu menggunakan media jejaring sosial untuk menciptakan kesan ‘lelucon’ dalam setiap informasi yang ia publikasikan . Abigail cenderung menggunakan theknik perang logika untuk membuka mata dan wawasan warga dunia tentang kebenaran informasi yang di sampaikannya .

1AS lebih fokus untuk menguasai media massa daripada menguasai PBB

Hal ini di sampaikan Abigail lewat situs www.layofamerika.com yang menyebut AS sebagai negara yang paling berambisi mengambil kuasa atas opini masyarakat lewat media massa . Ia menyebut AS tidak perlu menguasai PBB lagi ketika telah mengendalikan media massa sebab PBB disebut terlalu terpaku pada opini dunia yang berkembang serta fakta-fakta yang terabaikan . Meskipun begitu AS juga coba menguasai PBB dengan intervensinya dalam beberapa resolusi yang disetujui oleh dewan keamanan PBB termaksud invasi militer ke beberapa daerah di Timur tengah .

2. AS melakukan ekspansi ideologi ke berbagai negara di dunia .

AS menurut Abigail telah melakukan doktrin terhadap jutaan rakyat di dunia untuk mengadopsi sistem demokrasi seperti apa yang terjadi di Mesir .Menurut Abigail sistem pemerintahan yang demokratis adalah cara AS untuk mengendalikan dunia . Sistem yang kekuasaan ada ditangan rakyat ini membuka peluang AS untuk mengendalikan sebuah negara di dunia dengan mengendalikan opini rakyatnya lewat media massa . Hal ini berhasil di beberapa negara Eropa dan Asia bahkan hal ini juga berkaitan dengan runtuhnya rezim orde baru pada 1999 lalu .

3 . Mantan Presiden AS (BUSH)  membenci agama

Tragedi 11 september dan invasi AS di beberapa negara timur tengah beberapa tahun lalu dianggap sebagai titik balik dalam tindakan implementatif atas sikap mantan presiden AS ke 43 George Walker Bush yang membenci kaum muslim . Fakta ini dikuatkan atas sikap Bush yang menjadi satu-satunya presiden AS yang menyebut Islam sebagai teroris secara terbuka . Namun fakta ini belum sempurna , sebab presiden Bush dianggap membenci semua agama . Hal ini di dasarkan pada kesaksian Josep Alkington salah seorang pastur asal Virginia yang menyebut Bush beberapa kali membuang ludah di gereja First Baptist Church saat kebaktian beberapa bulan setelah invasi AS ke irak mendapat persetujuan PBB . Padahal gereja ini adalah salah satu pihak yang paling pro dalam serangan AS terhadap negara-negara Islam di dunia . Di waktu lain Bush juga pernah bercanda dengan salah satu protokoler gedung putih Eric Myers dengan menyebut ‘Monkey’. Ucapan Bush tersebut untuk menanggapi kerja Eric yang dianggap cekatan seperti seekor kera , namun ketika menyebut Monkey Bush terdengar jelas melakukan penekanan terhadap kata ‘monk ‘ yang artinya biarawan Budha sebelum menambahkan ‘KEY’ di akhir kata .

4.SERANGAN DI LIBYA MURNI FAKTOR EKONOMI

Ketika AS memborbardir kota Tripoli , ibukota Libya tujuannya hanyalah satu yaitu menghancurkan semua infrastruktur yang ada di kota tersebut . Hal ini akan membuat kota Libya lumpuh sementara bahkan ketika Khadafi berhasil ditangkap . Taktik ini digunakan AS untuk menghindari anggapan dunia tentang tujuan AS untuk menguasai kilang minyak Libya seperti yang terjadi di Afganistan , Irak dan Kuwait . Bila tripoli lumpuh maka pemerintahan baru yang akan berjalan membutuhkan dana besar untuk kembali membangun beberapa kota di Libya khususnya Tripoli yang dibombardir tentara AS . Hal inilah yang menjadi cara AS untuk menguasai negara tersebut dengan pinjaman jangka panjang oleh IMF yang mustahil di lunasi pemerintah Libya dalam waktu singkat .

5. AS merencanakan serangan terhadap dua kota besar di Eropa .

AS , disebut-sebut pernah merencanakan serangan terhadap dua kota besar di Eropa , yaitu Brussel (Belgia) dan Warsawa (Polandia ) menurut penuturan Vladimir Milosevic direktur senior FSB , ASlewat menteri pertahanannya pernah melayangkan somasi terhadap dua negara Eropa saat pertemuan negara-negara persekutuan militer (NATO) di Paris pada 23 April 2011 lalu . Perancis dan Polandia disebut-sebut sebagai negara yang paling gigih menolak intervensi AS dalam persekutuan tersebut selain Rusia . Menurut Vladimir ancaman AS tersebut ditujukan langsung kepada presiden Perancis , Nicholas Sarkozy dan perdana menteri Polandia , Donald Tusk . Hingga sikap Perancis melunak dan kembali memberi dukungan penuh kepada AS dalam kaitannya dengan NATO . AS juga disebut-sebut  berencana melakukan invasi bawah tanah terhadap kota Brussel untuk meluluhlantakan kantor pusat NATO yang berada di sana .

6. Operasi Ilegal AS di Mogadishu

Cerita tentang ‘Black Hawk Down’ tidak sepenuhnya benar . Hal ini di dasarkan atas skema jatuhnya dua Helikopter MH-60 Black Hawk yang disebakan roket dari militan Somalia cenderung bagian dari ‘korban’ yang disengaja . Kisah BHD berdasar pada operasi militer AS di Mogadishu , Somalia untuk menangkap pemimpin militan Somalia Mohammed Aidid Farrah Aidid pada 1993 silam , namun faktanya Pendanaan Operasi ini di tolak oleh parlemen AS . Hingga presiden AS saat itu Bill Clinton harus meminta dukungan militer pada NATO .

Namun mengapa bantuan dari Militer NATO dan Pakistan datang pasca  kekalahan pasukan AS di mogadishu yang ditandai oleh KODE ‘BLACK HAWK DOWN’ .? Menurut Jhon Perkins salah seorang penulis Amerika , Kode BHD bukan hanya menandakan jatuhnya helikopter AS yang menewaskan 19 prajurit , BHD lebih kepada situasi militer ‘serangan’ NATO terhadap militan somalia . Hal ini di dasarkan pada kode ‘Merah’ parlemen AS yang menyetujui serangan AS di Mogadishu meski menolak jumlah dana yang di minta militer AS . Melakukan konspirasi penghancuran kota Mogadishu dengan dana minimum namun efisien sebab melibatkan tentara NATO dan Pakistan yang ikut melakukan invasi setelah kode Black Hawk Down diterbitkan . Hal ini menyebabkan operasi militer di Mogadishu seolah dibiayai oleh NATO dan PBB padahal faktanya AS lah yang mempunyai kepentingan terhadap salah satu daerah paling berkonflik di Afrika tersebut .

Nyaris tak ada alasan yang rasional untuk menyetujui invasi AS di Somalia .

7.AS menggunakan selebriti untuk mendongkrak kecintaan dunia pada negeri paman sam tersebut

Pada 10 desember 1999 lalu , selebriti papan atas Amerika , Madonna sempat berujar ‘siapa yang mencintaiku , ia juga harus mencintai AS’  dalam  wawancara dengan salah satu majalah terkemuka AS  , TIME. Hal yang sama juga dilakukan beberapa selebriti dunia bahkan yang berasal dari luar AS . sebut sajaKatty Perry (TIME , 6 maret 2012) , Lady Gaga (Vogue , 12 juli 2012) , Horrison Ford (People , 2001) , Britney Spears (Vogue , 12 oktober 2009) serta Kate Beckinsale ( Reuters 22 agustus 2010) yang unik dari beberapa ucapan selebriti-selebriti diatas adalah sama persis dengan apa yang diucapkan Madonna pada tahun 1999 .

‘who loves me, he should love the U.S.’ ucapan yang juga keluar dari aktris cantik Kate Beckinsale yang notabene adalah aktris berkewarganegaraan inggris .

BERSAMBUNG ........




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline