Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Harus Membunuh?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekarang ini banyak kasus yang marak terjadi mengenai pembunuhan. Kasus-kasus tersebutmenjadi salah satu topik perbincangan di media massa baik itu media cetak ataupun media elektronik, Yangmana hal tersebut merupakan bagian dari kajianpelanggaran HAM Berat. Seperti contohnya Kasus pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto (5/3/2014). Mayat Ade Sara ditemukan di ruas tol lingkar luar Jakarta (JORR) di sekitar Km 41 Bintara, Bekasi Barat. Gadis berusia 19 tahun ini dibunuh oleh sepasang kekasih yang sekaligus sahabat karibnya Ahmad Imam Al Hafitd (19) dan Assyifa Ramadhani (19). Motif pembunuhan ini adalah cinta segitiga.

Ironis memang ketika kita mendengar suatu kasus pembunuhan, yang seolah-olah tidak ada ampun bagi para korban. Kita semua tidak tahu apa yang ada di benak para pelaku sehingga mereka berani melakukan tindakan-tindakan yang sungguh memprihatinkan dan terkesan keji ini. Sebenarnya pelanggaran-pelanggaran HAM Berat seperti pembunuhan ini sudah ada sejak zaman Nabi Adam a.s. Pembunuhan ini dilakukan oleh anak Nabi Adam sendiri yaitu Qabil yang membunuh Habil.

Pada waktu itu Siti Hawa melahirkan dua pasang anak kembar. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama “Iqlima”, kemudian menyusul pasangan kembar kedua yaitu Habil dan adik perempuannya yang diberi nama “Lubuda”. Setelah mereka dewasa nabi Adam hendak menikahkan putranya yang bernama Habil dengan putrinya yang bernama Iqlima. Sedangkan putranya yang bernama Qabil dinikahkan dengan putrinya yang bernama Lubuda.NamunQabil tidak setuju jika dia dinikahkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda, alasannya karena Lubuda adalah seorang wanita yang buruk dan tidak cantik. Qabil berpendapat bahwa ia lebih patut menikahi adiknya sendiri yang bernama Iqlima karena wajah Iqlima jauh lebih baik daripada Lubuda. Karena ketidak sepakatan tersebut, Nabi Adam memutuskan agar Qabil dan Habil menyerahkan korban kepada Tuhan dengan catatan bahwa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima korbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.

Dan pada akhirnya korban dari Habillah yang diterima oleh tuhan. Hal ini dikarenakan Qabil tidak ikhlas jika dia harus berkorban. sehingga ia membawa korban berupa gandum yang dipilih dari hasil cocok tanamnya yang rusak dan busuk. Karena kekalahannya itu akhirnya Qabil menikah dengan Lubuda. Namun di dalam hati Qabil ia masih menaruh rasa dendam terhadap Habil. Karena itu ia menyusun rencana untuk membunuh Habil. Keesokan harinya ketika Nabi Adam sedang tidak ada di rumah. Qabil berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk melaksanakan rencana jahatnya itu. Qabil pun menemui Habil yang sedang bekerja. namun Qabil tidak tahu dengan cara bagaimana ia membunuh Habil. Lalu menjelmalah iblis menjadi seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Melihat kejadian itu Qabil pun langsung mempraktikkannya kepada Habil. Habil pun jatuh dan langsung meninggal.

Melihat hal itu, Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya. Ia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu. Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mondar-mandir oleh Qabil dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu. Namun kebingungan Qabil tidak berlangsung lama karena ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu. dipertunjukkanlah kepada Qabil, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, Qabil pun berbuat seperti burung gagak itu.

Kisah Qabil dan Habil ini telah tercantum dalam kitab Al-Qur’an surah Al- Maaidah ayat 27 berbunyi “Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka kisah (mengenai) dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya, iaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan korban (untuk mendampingkan diri kepada Allah). Lalu diterima korban salah seorang di antaranya (Habil), dan tidak diterima (korban) dari yang lain (Qabil). Berkata (Qabil):" Sesungguhnya aku akan membunuhmu!". (Habil) menjawab: "Bahwasanya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa”. Ada juga surah Al-Maaidah ayat 31 berbunyi Kemudian Allah hantarkan seekor burung gagak (menyuruhnya) mengorek-ngorek di bumi supaya, diperlihatkan kepada (Qabil) bagaimana cara menimbun mayat saudaranya. (Qabil) berkata: "Wahai celakanya aku! Alangkah lemah serta bodohnya aku, aku tidak tahu berbuat seperti burung gagak ini, supaya aku dapat menimbunkan mayat saudaraku?". Kerana itu menjadilah ia dari golongan orang-orang yang menyesal.

Sementara itu dalam UUD 1945 kehidupan manusia telah dijamin oleh pasal 28A yang berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya” dan pasal 28I ayat (1) berbunyi “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak di perbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Namun kenyataannya saat ini, kehidupan orang lain tidaklah ada harganya. Seseorang dengan tega dan dengan mudahnya menganiaya bahkan membunuh orang lain dengan motif yang sepele. Selain itu juga mengenai tindak pidana pembunuhan tercantum dalam KUHP pasal 338 berbunyi “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.

Menurut saya, hal ini dapat terjadi karena pudarnya nilai-nilai agama yang di anut oleh seseorang. Lantas siapakah yang harus disalahkan dalam hal memudarnya nilai-nilai agama disini? Apakah orang tua yang telah mengajarkan kita agama sedari kita kecil atau kita sendiri yang patut dipersalahkan karena tidak bisa memegang teguh mengenai apa-apa yang telah diajarkan oleh agama kita masing-masing? Tentu tidak. Orang tua telah melakukan hal yang terbaik agar kita menjadi anak yang berguna dan bermanfaat bagi sesama. Tidak ada orang tua yang mengajarkan anaknya untuk berbuat jahat. Masing-masing dari kita juga harus saling berintrospeksi diri mengenai apa yang harus diperbaiki dan langkah baik apa yang akan selanjutnya kita lakukan. Selain itu, yang dapat mengakibatkan kasus pembunuhan marak terjadi adalah mudahnya seseorang tersulut emosi sehingga hal ini akan membuat seseorang tersebut menjadi tidak bisa berfikir secara jernih. Kita semua tahu bahwa ketika kita dalam keadaan emosi, lalu dengan tergesa-gesa mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan, tentu keputusan dan tindakan yang kita ambil akan berdampak buruk bagi diri kita sendiri. Oleh karena itu,kita dilarang untuk mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan dalam keadaan sedang emosi atau marah.

Lalu terbesit pertanyaan dibenak saya. Apakah tidak ada cara lain selain membunuh? Kata-kata ini lah yang ingin saya utarakan kepada setiap pelaku pembunuhan. Apakah kita harus menyalahkan sejarah Qabil dan Habil di atas?. Tentu tidak. Kita adalah orang yang hidup bukan di zaman Qabil dan Habil, kita Hidup di era modern yang setiap orang itu memiliki Hak Asasi masing-masing. dimana hak asasi pada sekarang ini sangatlah dijunjung tinggi keberadaannya. salah satu Hak Asasi yang dijunjung tinggi keberadaannya adalah hak untuk hidup. Setiap kehidupan manusia memiliki harga yang tidak ternilai. nafas yang dihembuskannya setiap hari itu adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu marilah hargai karunia yang telah diberikan oleh tuhan untuk kita, hargai hak hidup orang lain!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline