Lihat ke Halaman Asli

Defi Aryani

Guru, Penulis, Founder @galaksi_aksara_kita

PTM atau Daring, Wajib Antisipasi Bullying

Diperbarui: 30 Agustus 2021   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://unsplash.com/

Banyak kasus remaja mengalami bullying saat di sekolah. Sayangnya, pelaku masih menjadi orang yang kuat ketika lingkungan menganggap perilakunya wajar-wajar saja. Lelucon atau guyonan yang berlebihan akan menimbulkan hal yang tidak nyaman ketika korban merasa terpojok. Perlu adanya sebuah antisipasi bahkan sebuah gerakan terstruktur untuk menanggulangi bullying. Jika setahun lebih pendidikan difasilitasi dengan teknologi, apakah saat PTM bullying masih terjadi?

Sejak daring, intensitas bertemu antar siswa dilakukan dengan teknologi. Banyak aplikasi sosmed dimodifikasi menjadi media pembelajaran yang menyenangkan. Siswa punya banyak waktu untuk bercanda sekaligus bersosialisasi. Namun, candaan seperti apa yang tepat untuk anak sebaya? Apakah sebuah candaan bisa menjadi bullying di kemudian hari?

Bullying yang terjadi pada remaja tidak muncul begitu saja. Banyak faktor yang melatarbelakangi. Diantaranya yang mudah dikenali seseorang melakukan bullying ataupun tidak adalah saat bercanda. Sebuah candaan yang selalu diulang dengan orang yang sama menjadikan seorang siswa merasa minder dengan lingkungan. Dampaknya sangat fatal. Korban bisa jadi menjadi pelaku bullying di kemudian hari atau korban menarik diri dari lingkungan sekitarnya.

Macam bullying akan sangat bisa terjadi di dunia maya. Sangat fatal dibanding bullying yang terjadi dalam keseharian. Dunia maya justru lebih kejam karena prosentase dipermalukan lebih besar. Apa saja yang bisa dilakukan saat daring maupun PTM  oleh keluarga dan sekolah untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan dari dampak bullying ini?

Fakta yang harus dilakukan ketika PTM diantaranya bullying bisa dihentikan secara sistematis dengan gerakan bersama dan secara konsisten dilaporkan dengan pihak terkait. Jika bullying merupakan salah satu sisi negatif yang selalu ada dalam lingkungan, maka pemutusan mata rantai bullying bisa dilakukan dari sebuah sistem pendidikan yang terstrukur. Dimulai dari sekolah, bullying dapat diantisipasi dengan merubah pelaku menjadi manusia yang bisa menghormati manusia lainnya.

Berikut merupakan cara yang bisa dilakukan sekolah ataupun lingkungan dalam membentuk karakter positif. Dengan menyadarkan pelaku dari perilaku negatif ke perilaku positif dimulai dengan kemantapan hati keluarga, sekolah maupun konselor sebagai fasilitator perdamaian.

  • Sanksi Disiplin. Sanksi bukan berarti sebuah hukuman saja. Sanksi disiplin lebih pada penanganan pada pelaku dengan konsep "Rasakan sendiri akibatnya". Pelaku akan diberi tahu resiko yang dialami jika membully. Pelaku juga diberikan cerita bahwa bully bisa membunuh karakter korban. Sanksi disiplin diwujudkan dengan perjanjian "Target kebaikan" yang harus dilakukan pelaku. Perubahan positif akan terjadi ketika pelaku terbiasa berbuat baik dan merasakan efek baik dari perbuatan baiknya.
  • Peer Counseling. Setiap remaja akan merasa berharga ketika berkomunikasi dengan sebayanya. Salah dalam berperilaku bisa diantisipasi dengan memilih konselor sebaya yang setipe dengan pelaku bullying. Selain pelaku juga tidak terintimidasi balik, pelaku diberikan kesempatan berbenah melalui komunikasi yang dijalin dengan sebayanya. Peer Counseling juga termasuk dalam terapi lingkungan. Selain pelaku masih terkondisikan dengan manusiawi, efek baiknya pelaku akan berubah lebih baik.
  • Tantangan Tanggung Jawab. Setelah melewati beberapa tahapan, pelaku bisa diberikan tanggung jawab sharing efek membully bagi korban. Saat bercerita perubahan baik setelah pernah menjadi pelaku bullying, maka tiap calon pelaku bisa jadi akan berhati-hati dalam berbuat. Memang dalam perbuatan tercela wajib diberikan efek jera. Namun, dengan menyadarkan perilaku negatif dari pelaku bisa memberikan efek baik bagi lingkungan.

Perilaku bullying wajib kita antisipasi. Namun, lebih baik lagi bila diberikan pemahaman bagi pembully. Siapapun yang dibully wajib kita bantu, dan siapapun yang pernah jadi pelaku juga layak kita didik. Selamat melawan bullying di sekitar kita!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline