Lihat ke Halaman Asli

Curhat Anak

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Curhat Anak”

05-11-2012

Ini hari ke-2 les bersama 3 anak yang terbilang lama. Arasy, Siti Nabila dan Nurul. Semua 6th dan berkelas 1 SD.

Hari pertama (kamis, 01-11-12) cukup mengasyikkan. Materi yang diberikan tentang hitungan (angka) dan baca. Arasy dan Siti hampir adu cepat dalam mengerjakan soal. Sementara Nurul, sangat lambat tetapi dia sangat bertanggung jawab menyelesaikannya.

Hari ini (senin) kacau! Aku emosional menyikapi kondisi mereka. Nurul pulang tanpa pamit. Siti susah paham membuat huruf a (HTB) dan Arasy senang menolak, apapun yang ditawarkan. Parahnya Arasy dihari pertama ketahuan menyembunyikan “wafer-nabati” milik Siti. Tapi dia tidak mengaku. Nah, hari ini dia melakukan lebih banyak kebohongan. Bagaimana ini?

07-11-2012

Alhamdulillah, les berjalan lancar.

Siti Nabila memang bermental baja. Dia suka belajar, tak peduli ada teman atau tidak. Dia senang hitungan juga hadiah (buku*). Namun dia sulit mengingat langkah-langkah dalam menulis, juga sulit merangkai huruf ketika membaca (wa-wi-wu). So, metode apa yang cocok?

Nurul punya kreativitas yang bagus, pandai meniru. Sekarang membacanya juga cukup lancar. Lanjutkan!

Arasy, masih suka nolak. Jail (menyembunyikan barang teman seperti pencuri). Bagaimana ini? Dia suka bertanya, “Bu hari ini les nggak?” terus bilang, “Kabur ah!” padahal dia bersembunyi. Hari ini dia serba gak mau, kecuali menggambar. Jadi? Aku belum tahu. Kubiarkan dia lakukan sesuka hatinya menggambar, hasilnya lumayan. Kita lihat perkembangannya.

14-11-2012

Senin aku berkunjung ke rumah Siti Nabila. Sambutan keluarganya cukup antusias, malah dibekali 1 sikat pisang, hehe. Hasil bincang-bincang mengenai perkembangan Siti sbb : hitungan bagus, baca belum, nulis sangat kurang.

Berhubung Siti tidak pernah ikut kegiatan olah raga di SD-nya. Entah karena membencinya. Dia suka kabur pas pelajaran olah raga. Karena itu keluarganya meminta difokuskan pada motivasi belajar (olah raga) dan merapikan tulisan! Aku tahu, ini tentang motorik. Bismillah, dalam 1 bulan, semoga ada perubahan. Amin…

Arasy dihari yang sama melakukan kebohongan lagi. Kali ini, dia tidak les karena tidak ada teman. Lalu pulang dan bilang pada neneknya begini, “Les libur, karena bu gurunya gak ada dan besok juga sekolah libur.”

Padahal aku ada kok! Dan besok masuk sekolah!

Hem, bagaimana meningkatkan motivasi belajar Aras? Menghentikan kebiasaan berbohongnya? Hari kemarin dia masih bertingkah menjengkelkan (menyembunyikan barang milik teman) dan hari ini dia menunjukkan adegan yang cukup menegangkan. Dia memasukkan jarum pentul ke kulit tangan. Apa maksud pertunjukkan ini? Apakah dia ingin menunjukkan bahwa “Aku banyak kesedihan. Aku ingin ibu tahu, aku berani menyakiti diri sendiri melebihi orang lain ketika menyakiti perasaanku!”

Dan lagi-lagi dia menolak les. Inginnya cuma pulang. Kupikir dia mungkin lapar. “Sudah makan belum?” tanyaku. Dia mengangguk. “Aras les ya! Baca saja deh, bagaimana?” tawarku. Bersyukur dia mau.

Sepanjang membaca ternyata masih saja sulit. Kecuali ketika diselingi dengan hadiah makanan. Habis 3 baris baca, dia boleh mengambil hadiahnya, sampai makanannya pun ludes.

Teory-ku hari ini:

Tutor di kampus bilang. “Anak gak boleh dipaksa! Gak boleh dilarang-larang dan berkata jangan! Tapi ajari mereka ketegasan dengan ajakan dan kasih-sayang.”

Awalnya aku sepakat. Benar-benar sangat berhati-hati memilih kata, tindakan dan meminimalisir larangan. Tapi hari ini aku membantah. Khususnya untuk anak-anak yang “unik.”

Kenyataanya, ketika sudah baligh manusia harus terlatih dalam menyikapi keinginan yang tidak bisa dipenuhi. Harus terlatih mengerjakan hal-hal yang tidak disukai, meskipun sudah tahu tujuannya untuk kebaikan diri sendiri.

Anak gak boleh dipaksa, bagaimana jika ia sudah dewasa? Ketika dia harus memaksa dirinya sendiri untuk memenuhi kewajiban. Dia harus tahu cara “memaksa” yang baik sejak dini. Semua orang pasti sepakat. Lebih enak sadar sendiri daripada harus ditabok orang lain supaya sadar kan?!

Gak boleh dilarang-larang dan berkata jangan! Padahal sebagian besar isi AlQuran adalah perintah dan LARANGAN. Apa efeknya jika sejak dini anak dihindarkan dari larangan? Jadi tidak menyukai larangan termasuk larangan dalam Al Quran kah?

Ajari mereka ketegasan dengan ajakan dan kasih-sayang! Aku tidak membantah soal ini, karena begitu pula yang Rosululloh ajarkan. Sekali lagi, ini terkhusus untuk anak yang “unik”. Aku lebih dominan memilih “ajari mereka dengan cinta!” (dalam buku Easy To Love Dificult To Diciplint).

Nah, giliran Nurul sekarang. Informasi perkembangan Nurul aku dapatkan dari Mamanya. Beliaulah yang sengaja mendatangiku. “Nurul akhir-akhir ini malas sekolah Bu. Baik ke SD, ke Dinniyah maupun les.” Keluhnya.

Hem, mungkin dia kelelahan, pikirku. Khusus untuk Nurul, jadwal les-nya memang tidak dibakukan. Mengingat dia jarang sekali masuk sekolah, maka hampir setiap kali dia masuk, maka dia les.

Aku masih ingat, dulu dia sempat tertidur pulas ditengah-tengah KBM. Aku membiarkannya dan ketika bangun dia langsung mengerjakan tugasnya tanpa basa-basi. Nurul termasuk anak yang bertanggung jawab. Meskipun dalam prosesnya cukup sulit. Bahkan dari kemampuannya membaca, aku pernah mencurigai dia punya gejala dyslexia. Tapi kuharap tidak. Sekali lagi kuharap dia hanya kelelahan!





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline