Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Santri

Cinta dari Telaga Surga

Diperbarui: 5 April 2022   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Telaga (Sumber: Hipwee)

Refleksi atas pembacaan burdah bab 1 pasal 9-12

Bagaiamanapun jika cinta itu sudah mendera, ia akan menjadi lena karena cinta itu. Begitulah ungkapan para arif, syahdan saat mendengar kisah tentang sebuah kelahiran, yang menyita segala pikiran.

Kelahirannya penuh cahaya, penuh dengan desas-desus kekhawatiran. Tetapi yang namanya cinta, tidak bisa diganggu gugat. Innallaaha wa malaa'ikatahu yushaluna 'ala annabi, ya ayyuhalladzina amanuu shallu 'alaihi wa sallimu taslima.

Sesungguhnya, Tuhan beserta malaikatnya, mendamba kanjeng nabi dengan mengucapkan shalwat pujian atasnya, begitu juga orang-orang yang beriman.

Oleh sebab itu, ketika seseorang dilanda cinta, maka ia akan mabuk, tuli bahkan enggan menanggapi cercaan dan cela dari siapapun. Karena yang namanya cinta, adalah ketulusan yang memahkota di dalam dirinya.

Kecintaan kepada kanjeng nabi, janganlah sampai sirna. Karena dengan syafaatnya dan suapan air telaga surga dari tangannya, kita selamat dan mendapatkan tempat yang lega kelak.

Karena cinta kepada kanjeng nabi, banyak sekali pengalaman hidup yang sebenarnya ada campur tangan nabi melalui salam atas shalawat yang kit abaca sehingga segala urusan kita dapat diselesaikan.

Begitu juga para salik, ia menemukan ketentraman dan hakikat pebacaan akan "siapa aku?" juga dipermudah karena lantaran shalawat kepada kanjeng nabi. Dikisahkan, jika kita membaca shalawat satu kali, maka Nabi akan menjawab dengan salam satu kali juga. Jika kita mambaca dengan khusyuk, sering dan istiqamah maka kanjeng nabi akan hadir di antara kita.

Itulah kemuliaan cinta, kata Nabi ketika akan wafat, "Ummaty, ummaty, ummaty?" bagaimana dengan umatku? Kecintaan dan kepedulianya kepada kita umatnya tak tergambar oleh apapun, bahkan saat ia akan segera berjumpa dengan Tuhan justru masih mengingat dan menghawatirkan kita.

Maula yashalli wa sallim daaiman abada, ala habibika khoiri khalqi kullihimi. Wahai kekasih yang dari gurun Sinai, iringilah hidup ini dengan cinta dan kasih darimu. Agar kami mampu menjadi manusia yang manusia, menjadi walas asih kepada sesama dan menjadi rumah bagi siapapun saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline