Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Neras Suara Institute

Apa Sulitnya Mengingat Tuhan?

Diperbarui: 25 Maret 2022   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Berdoa (Sumber: Pixabay) 

Kondisi manusia selalu menemui dinamikanya, kadang bahagia, kadang senang, lalu di lain waktu sedih, bahkan menemui musibah dan kesusahan. Suatu kewajaran yang perlu dipahami dan dimengerti. Karena ada hikmah yang terkandung dalam setiap kondisi tersebut.

Hikmah tersebut adalah sebuah kesadaran. Di mana kita tahu bahwa potensi manusia untuk bersikap beringas dan belingsatan itu pasti ada, siapapun itu. Atau justru bersikap baik, lemah lembut dan penuh dengan andhap asor, tata krama.

Dalam ajaran agama, Tuhan memberikan gambaran manajemen dalam kehidupan. Tuhan berfirman dalam al-Qur'an (QS: Ar-Ra'd: 28) yang berbunyi "Alaa bidzikrillahi Tathmainnul-Qulub" bahwa ingatlah Tuhan, niscaya hatimu akan menjadi tentram.

Mengingat Tuhan atau dalam istilah lain disebut "dzikir" adalah sebuah upaya untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya, dalam kondisi apapun. Tentu bukan lantas dimaknai secara tekstual. Karena mengingat Tuhan itu dimensi dan ruangnya sangat luas.

Apapun yang terjadi dan dialami oleh kita saat ini, tentu atas peran dan keridhoan Tuhan. sehingga dalam keadaan apapun kita perlu menghayati sedalam mungkin bahwa memang Tuhan sedang merencanakan hal yang kita sendiri tak mampu menerimanya.

Jika anda adalah seorang pelajar, maka jangan menghindari Tuhan dalam proses belajar anda. Begitu juga jika anda seorang petani, bisnisman, tukang becak, atau apapun itu, maka tiada alasan untuk jauh-jauh dari Tuhan.

Salah satu hal -- yang oleh kanjeng Nabi Muhammad Saw. juga disinggung dalam hadits Qudsinya, bahwa "siapapun yang menahan syahwatnya (kehendak, ambisius) dengan mengurangi makan dan minum, lalu menyandarkan apapun kepada Allah, maka ia tergolong orang yang sabar."

Dengan kata lain, kesabaran itu perkara manajemen, bukan perkara dampak atau akibat. Sehingga menjalani dan memaknai proses kehidupan itu lebih penting, ketimbang memaki-maki kehidupan yang dalam pandangannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Oleh sebab itu, berdzikir adalah proses memahami sebuah perjalanan dalam kehidupan. Seperti halnya menanam padi, maka tugas kita hanya menanam dan menyianginya. Perkara hasilnya itu urusan Tuhan. Karena yang terpenting adalah prosesnya.

Begitu juga dalam belajar, tugas kita adalah selalu membuka cakrawala berpikir kita, belajar sampai ujung. Masalah hasil akhir dari proses belajar, kita kembalikan kepada kehendak-Nya. Tentu hal ini berlaku dalam hal apapun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline