________Sepertinya ada ketidak pedulian, bisa jadi kebebalan, puluhan tahun memperjuangkan kebudayaan menjadi fondasi cara ita membangun negara, manusia dan bangsa di dalamnya, hasilnya hampir nihil bahkan negatif_______ (Radhar Panca Dahana; 2020)
Dalam salah satu tulisannya yang berjudul "Sakratul Maut Seni Budaya" Pak Radhar menjelaskan bagaimana persoalan kebudayaan di tanah air. Kebudayaan dpat dilihat dari berbagai sudut pandang; agama, moral, estetika, bangsa, dan ekonomi. Sedangkan di tanah air ini, menurut pak Radhar masih belum jelas kacamatanya.
Seni dan budaya kadang dipahami hanya sebatas ruang estetika. Tidak ada sangkut pautnya dengan moral dan nilai-nilai agama. Bahkan cenderung lebih kepada sekadar hiburan belaka. Manusia memiliki pesan intelektual yang disampaikan dalam bentuk yang beragam. Aktualisasi diri. Keberpihakan. Dan kepekaan.
Pak Radhar ingin menampilkan kepada semua element di tanah air, bahwa kebudayaan bukan hanya sebatas nilai atau kearifan yang turun temurun. Melainkan upaya untuk membangun generasi dan upaya membangun keberpihakan itu sendiri. Yang agamanya beda saling menghargai. Yang sukunya berbeda saling menghormati. Begitu juga status sosial.
Ketika kesadaran atas pembangunan manusia menuju akal budhi, maka keberpihakan adalah sebuah keniscayaan. keberpihakan adalah sebuah etika sosial, intelektual terdalam pada diri manusia.
Pak Radhar kita kenal sebagai budayawan yang sangat getol mengkampanyekan budaya dan seni bangsa ini. Melalui jalur sastra, teater, kita sebagai manusia dapat menyampaikan keberpihakan itu. Masyarakat luas adalah gambaran dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga bukan pada aspek estetiknya saja, tetapi juga pada aspek kesadaran sosial perlu juga disangkut pautkan.
Tentu yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apa sebenarnya kebudayaan itu? mengapa semua bangsa perlu memiliki kebudayaannya, pun mengokohkannya? Jawaban sederhananya adalah manusia selalu berkembang seiring perkembangan zaman. Manusia juga makhluk yang paling adaptif dalam segala zaman perkembangannya.
Di sadari atau tidak, setiap manusia pasti memiliki perjumpaan pada zaman yang ia temui, dan memiliki komunikasi dengan perkembangan-perkembangan tersebut. kita sudah sering mengalami. Dari yang bersifat luring (luar jaringan) sampai akhirnya dapat dikemas dalam kondisi daring (dalam jaringan).
Artinya kebudayaan dapat kita jumpai dengan pola pemikiran, akal budi, pola komunikasi, sistem nilai dan lalu menggunakan pisau analisis yang berupa seni. Dengan seni kita bisa memahami seberapa besar keberpihakan itu. Seberapa legang urusan dan kepentingan antara pemerintah dan rakyatnya.
Puncak kebudayaan adalah kesadaran kemanusiaan.
Sebagai makhluk yang heterogen, manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan. Di mana kecenderungan itu dipantik oleh pola pikir dan skala kesadaran yang dimiliki. Oleh karenanya, apa yang disinggung oleh Pak Radhar di atas adalah sebuah upaya untuk memantik kesadaran itu.
Saya mencoba untuk meraba-raba perihal kepentingan akan prioritas terhadap kebudayaan itu sendiri. Selanjutnya mari kita urun rembug. Dinamisnya kehidupan memberi ruang gerak akan kesadaran kita. Seberapa menarik kebudayaan itu bagi kita? atau justru kita terlalu sempit memaknai kebudayaan yang hanya berkutat pada pemaknaan tradisi dan kebiasaan-kebiasaan atau adat.