Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Santri

Berbagi Peran, Sebuah Keniscayaan

Diperbarui: 1 November 2020   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Theconversation.com

Suami menggantikan peran istri, agaknya ini adalah tradisi keluarga yang seharusnya bukan bersifat mendesak. Melainkan ada pranata tugas dan tanggung jawab suami pun istri.

Istri tidak hanya mapan, macak, manak kalau menurut pandangan estren dalam budaya jawa. Istri lebih dari sekadar pasangan hidup. Istri memiliki posisi paling puncak dalam keluarga.

Mengapa? Karena istrilah peran mendidik anak menjadi terbantukan, bahkan perannya sangat signifikan. Karena istrilah (dalam ruang agama) suami melaksanakan ibadah yang paling mulia di mata Tuhan.

Istri, garwa atau sigarane nyawa, atau separuh jiwa bagi suami. Oleh sebab itu istri tidak hanya pelengkap, melainkan pengampu atas terjalinnya cinta kasih dalam keluarga. Hal ini yang kemudian dikenal dengan "Wudda"

Secara filosofis anak tidak akan lahir tanpa adanya istri, pun suami. Dengan kata lain saling mengisi dan berbagi bukan hanya semata posisi yang bersifat sangat mendesak, melainkan harus dijalani dan disepakati bersama.

Teks kitab suci mengatakan bahwa tanggung jawab suami lebih utama atas istrinya. Bukan hanya sebatas sebagai pemuas birahi, atau libido semata. Istri memiliki ruang kesadaran bagi suami agar melatih dan menganalisis diri.

Istri; surga nunut neraka katut, begitulah ujaran jawa mengatakan. Dengan kata lain wa i'tasimu bihablillahi jami'a adalah rangkaian otoritas suami atas nasib istrinya dan keluarganya.

Maka wajar jika seharusnya peran istri di dapur, di kamar mandi, seharusnya dilakukan oleh suami bukan oleh istri. Mencuci misalnya, memasak pun demikian.

Tetapi apakah peran ini kemudian disetujui? Tentu tidak, karena sebagian sejarawan muslim mengatakan bahwa jika saja tidak karena diberi mahar dalam menikahi seorang wanita maka ia hanya sebatas budak.

Dengan kata lain, pernikahan itu di satu sisi mengangkat derajat sang wanita. Karena tradisi masa lalu wanita hanya sebatas budak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline