Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Santri

Hati Wanita, Siapa yang Tahu?

Diperbarui: 23 Oktober 2020   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

behance.net/aykutmaykut

Hari ini saya ingin bercerita tentang seorang wanita tangguh dan bijaksana. Nas redaksinya adalah al-Rijalu qawwamuna 'ala al-Nisa'. Di mana pria memiliki tanggung jawab atas wanitanya.

Tetapi wanita juga memiliki ruang untuk melakukan pun membantu proses tanggung jawab sang pria. Menjaga haknya misalnya, atau menjaga kodrat dan posisinya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.

Hal itu adalah bagian saling melengkapi satu sama lain. Tidak hanya itu bahwa wanita adalah gambaran dari ibu kita justru menjadi penguat atas ruang sadar bagi pria atau suami.

Karena tidak akan lahir seorang penerus tanpa adanya seorang wanita atau ibu. Ibu dalam sebuah pesan Rasul, disebutkan selama tiga kali lalu bapak. Dengan kata lain ada rasa hormat yang luar biasa kepada seorang ibu, pun wanita.

Wanita yang saya temui ini adalah wanita tangguh yang hemat saya ia adalah bentuk perlawanan atas kesembronoan dan sikap semena-menanya pria atau suami.

Dalam hal ini saya tidak sebut nama, tetapi saya akan berusaha menggambarkan wanita tersebut. Ia cantik, layaknya wanita pada umumnya. Ia juga berkeluarga, mapan secara sosial pun finansial. Ia mandiri, jelas. Ketika kita ketemu dengannya pasti ia adalah simbol kemandirian itu. Ia juga mengajar, pun untuk anak-anaknya.

Tetapi di mana masalahnya? Masalahnya adalah pada ruang sadar. Si prianya atau suaminya jarang berada di sampingnya. Kesibukan di sana sini. Bahkan jarang pulang juga. Agaknya pekerjaannya mengharuskan ia untuk lebih kerap dengan kolega ketimbang dengan keluarga. Tetapi tanggung jawabnya tiada lepas. Ia masih menafkahi baik dhahir maupun bathin.

Berbagi tugas tentu ia, tetapi layaknya wanita lain, ia juga ingin mendapatkan kasih sayang lebih. Bahkan tak sudi ketika harus berbagi. Hal ini tentu umum.

Dapat dipastikan bahwa ketika jarang bergumul dengan keluarga pasti mengalami prasangka-prasangka yang purwarupa.

Tetapi tidak bagi wanita ini. Ia justru menyandarkan prasangka itu kepada Tuhan dan alam. Ia mempercayai sepenuhnya proses itu. 

Karena proses tiada menyelingkuhi hasil katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline